Ara terus menangis dengan nasib yang sekarang dia alami. rasanya ingin sekali Ara mengakhiri hidupnya,tapi Ara tidak mungkin berani karena teringat bapak dan embunya.
Tok... Tok...
"Eneng,ada nak Rio datang ke rumah. katanya nak Rio,sudah janjian sama Eneng. sok atuh temuin dulu, tidak baik tamu di suruh menunggu lama-lama."
Ara yang mendengar nama Rio,langsung ketakutan dan gemetar,tapi dia tidak ingin Embu juga bapaknya tau soal kejadian perkosaan itu kalau Ara tidak menemuinya.
"Embu tinggal ya nak Rio. silakan di minum teh nya,nanti Ara segera turun."
"baik Bu,terima kasih."
"hallo calon isteri ku." sapa Rio saat melihat Ara duduk di depannya.
"ngapain kamu datang ke sini." dengan suara yang ngemetar.
"tidak usah jutek gitu sayang. apa mau Embu kamu tau yang sebenarnya soal kita."
"jangan kurang ajar kamu Rio."
"makanya jangan jutek denganku Ara. kartmu sudah ada di tanganku."
"mau kamu apa Rio?"
"menikahlah denganku!!!"
"A-P-A kamu bilang,menikah. tidak akan Rio,aku tidak akan mau menikah dengan orang seperti kamu."
"OH....masih ingin menolak? berarti kamu lebih suka bapak dan Embu kamu tau,soal kejadian saat itu."
"KEJADIAN APA YANG DI MAKSUD,NENG??"
bapak Ara yang habis pulang dari pengajian tidak sengaja mendengar obrolan mereka. Ara dan Rio sama-sama terkejut dan menoleh secara bersamaan memastikan asal suara berasal.
"maksud nak Rio,apa...kejadian apa?"
Rio dan Ara sama-sama terdiam, tidak bisa berkata apa-apa.
"katakan... kejadian apa? apa ini ada hubungannya perubahan kamu selama seminggu ini?" sekarang bapaknya bertanya kepada Ara.
"pak. saya dan Ara ingin melanjutkan pernikahan yang sempat tertunda pak.kami berdua sudah sama-sama sepakat."
"benarkah neng? apa yang nak Rio sampaikan?"
Ara hanya menggeleng-gelengkan kepala.
"jawab jujur neng. jangan kamu tutup-tutupi lagi. ada bapak di sini."
Ara hanya menangis dan diam seribu bahasa.
Embu yang mendengar suara keributan di ruang tamunya segera datang dan memeluk sang anak yang terlihat tertekan.
"ini kenapa pak? neng ko nangis?"
"ini yang bapak ingin tanyakan mbu,tapi anak kita malah menangis."
"seperti neng tertekan pak. nak Rio,mohon maaf boleh nak Rio pulang dulu. seperti juga Ara sedang tidak sehat. maaf ya nak,bukan niat kami sekeluarga untuk mengusir tamu. semoga nak Rio mengerti."
"baik pak,Bu. Rio izin pamit. tapi yang bapak dan ibu harus tau,apapun keadaannya Rio akan bertanggung jawab dengan menikahi Ara." segera pergi meninggalkan rumah Ara.
"MAKSUD RIO BICARA SEPERTI ITU APA NENG?" tanya bapaknya penasaran.
"pak.... udah pak.... kasih neng waktu pak,biar Embu yang bicara ke Eneng."
"TAPI ANAK KITA SUDAH SEPERTI INI DARI 1 MINGGU YANG LALU MBU,BAPAK YAKIN INI ADA HUBUNGAN DENGAN RIO. KATAKAN SEKARANG JUGA NENG?"
Ara yang tidak pernah melihat bapaknya marah,jadi ketakutan dan terus memeluk Embu nya semakin erat.
"KATAKAN ARA!!!" sambil menahan dadanya yang terasa sakit.
"bapak... bapak kenapa? udah pak jangan di paksain." Embu yang mulai khawatir dengan ke adaan suaminya.
Ara yang makin terlihat binggung, tapi dia juga tidak tega melihat sang bapak menahan sakit,dengan hati-hati membuka suara.
"R-i-o per-kosa neng." dengan tangis yang semakin pecah.
bapaknya semakin shock mendengarkan penjelasan dari sang anak, pandangannya tiba-tiba gelap dan terjatuh di lantai.
Embu yang sama-sama kaget mendengar ucapan Ara,tapi lebih kanget lagi melihat bapak yang tergeletak di lantai.
setelah dapat pertolongan di rumah sakit. bapak Ara di nyatakan kena serangan jantung dan segera harus di operasi. tapi sang bapak menolak dan ingin berbicara pada anaknya juga istrinya.
"bapak punya 1 permintaan terakhir untuk kamu neng,menikahlah dengan Rio. dia harus bertanggung jawab padamu. bapak mohon neng,bapak takut bapak tidak bisa mendampingi kamu lagi."
Ara hanya bisa menangis dan menyesal,karena dia bapaknya seperti sekarang.
akhirnya setelah persetujuan kedua belah pihak,Ara dan Rio di nikahkan di depan bapaknya Ara yang sakit sebagai wali dari Ara.
"saya terima nikah dan kawinnya Ara putriani binti Muhammad norma dengan mas kawin tersebut di bayar tunai."
"sah" "sah" para saksi menjawab pernikahan tersebut sudah sah di mata agama dan negara.
umur tidak ada yang tau,setelah 1 jam pernikahan bapaknya Ara di nyatakan meninggal. begitu hancur hidup Ara,karena sang bapak meninggal karena kesalahannya.
"maafkan neng pak... maaf pak. harusnya neng bisa jujur sama bapak dari awal,mungkin kejadiannya tidak seperti ini. maafin neng pak." menangis di atas kuburan bapaknya.
"neng,sudah ya bapak sudah tenang. neng harus ikhlas ya. jangan salahin diri sendri terus ya. emang ini sudah jalannya harus seperti ini."
setelah selesai pengajian,satu persatu tamu berpamitan untuk pulang.
"ayo kita pulang Ara." ajak rio
"tidak,ini rumahku dan aku akan tetap di sini."
"kamu lupa Ara, kita sudah menikah dan aku sudah jadi suami kamu harusnya kamu ikut kemanapun aku pergi."
"aku tetap tidak mau."
"neng... jangan begitu neng,yang di bilang nak Rio benar. kamu harus ikut suami kamu neng."
"tapi nanti Embu sendrian? aku tidak bisa meninggalkan Embu sendrian dalam keadaan seperti ini." sambil terus memeluk embunya seperti ia memang tak ingin beranjak.
"jangan khawatir ya sayang,masih ada bibi sama paman kamu di sini. Embu tidak sendirian. lagian,besok kamu masih bisa ke sini lagi nak. nurut ya sama Embu cantik."
"kamu mau terus di depan pintu begitu?"
"eh... iya."
"ayo sini,jangan lama-lama." menarik tangan Ara dan menutup pintu juga tidak lupa mengunci pintu.
Deg.... hati Ara tidak karuan,Ara salah tinggah dan benar-benar takut apa yang akan di lakukan Rio setelah ini.
tapi Rio berlalu meninggalkan Ara begitu saja dan menuju kamar mandi. setelah Ara Menganti daster tidurnya,dari arah belakang sudah ada tangan yang melingkar di pinggang nya. sesaat Ara diam mematung dan merasakan ciuman Rio mendarat di leher Ara.
Ara yang di perlukan seperti itu,sepontan membalikan badan tapi Ara lebih terkejut lagi saat melihat Rio hanya menggunakan handuk yang melilit di pinggangnya dengan bagian dada yang terlihat polos.
"kamu.... kamu.... mau apa Rio?"
bukan menjawab,tapi Rio mencoba mendekatkan bibirnya ke arah bibir Ara.
Ara langsung menolehkan muka mencoba menghindar.
"maaf.... aku belum siap. aku juga masih dalam keadaan berkabung."
"aku tidak perduli Ara. saat ini aku suami sah kamu,jadi aku akan minta hak ku malam ini dan kamu suka atau tidak suka harus tetap melayani ku sebagai suami kamu."
tanpa aba-aba lagi,Rio langsung melahap Ara dan Ara merasakan kembali di perkosa Rio terhadap dirinya. tapi kali ini, perlakuan Rio sah terhadap agama dan hukum.
"AAAACCHHHHH..... ARA SAYANGKU."
itu tanda pelampiasan Rio terhadap Ara. Ara hanya menangis kembali di dalam kamar mandi sambil merasakan sakit di bagian bawahnya.
"kenapa hidupku jadi seperti ini tuhan"