setelah kepulangan dari rumah sakit. Ara masih jadi wanita yang pendiam. padahal Rio telah sabar menghadapi semua kelakuan Ara yang berubah drastis.
Rio mulai mencintai Ara saat melihat Ara berjuang melahirkan anaknya di ruang operasi. apalagi bayi laki-laki nya sangat lucu perpaduan antara dirinya dan Ara. matanya sipit dan chubby mirip sekali sedang ibunya sedangkan hidung dan kulitnya yang putih persis seperti ayahnya.
tapi aneh,Ara seperti berbanding terbalik dengan Rio yang sangat antusias atas bayi laki-laki yang baru saja di lahirkan itu. Ara seperti cuek,dia hanya mengendong bayi itu saat bayi itu menangis karena lapar dan langsung menaruhnya kembali saat Ara menyusuinya.
saat tengah malampun,Ara tetap bisa tertidur pulas tanpa peduli bayi nya yang kadang terbangun. Rio lah menjadi seorang ayah yang sigap untuk anaknya itu.
"sayang... Ara... bangun dulu ya. Arri sepertinya haus. aku sudah ganti Pampers nya tapi dia tetap menangis." bayi laki-laki itu beri nama Arri oleh Rio,gabungan namanya dan Ara.
"tapi aku ngantuk banget Aa. kasih aja susu formula nya dulu." terlihat cuek
"tapi ini jamnya arri minum asi sayang,tadi arri sudah susu formula. memangnya kamu tidak sakit, payudaramu sudah membengkak seperti itu. lihat saja ASI-nya sampai rembes seperti itu. sayang banget itu,ebih baik kamu menyusui anak kita. sebentar saja Ara."
"aku yang merasakan sakit atau tidak nya di payudaraku bukan kamu. jadi tidak usah sok tau kamu Aa." menjawab dengan nada kesal.
"kamu tega ya sama anak sendiri."
"itu anak kamu,bukan anak aku."
"ARA...APA KAMU BILANG? BISA-BISANYA KAMU NGOMONG SEPERTI ITU. ITU ANAK KITA,KAMU IBUNYA."
"tapi karena kamu kan aku hamil? bahkan jadi ibu dari anak itupun aku tidak pernah meminta."
"KAMU???" siap-siap menampar Ara,tangan kanannya sudah d angkat tinggi-tinggi. tapi Arri menangis lebih kencang dan Rio seperti tersadar dari emosinya.
"maaf ya anak ayah. cup..cup..cup. yuk ayah buatkan susu. tunggu ya,jangan menangis anak jagoan ayah." berbicara pada anaknya,sedangkan Ara melanjutkan tidur nya kembali tanpa peduli bahwa Rio benar-benar kesulitan.
makin hari... kelakuan Ara makin aneh-aneh. dia seperti benar-benar bukan Ara yang dahulu lagi. sekarangpun Ara lebih berani dengan Rio,bahkan tidak jarang sering sekali pertengkaran antara mereka berdua.
"tolong jangan ribut Mulu,malu sama tetangga. arri biar sama embu saja,kalian sudah dewasa sudah menjadi orang tua. embu kasih kalian waktu untuk berbicara empat mata dari hati ke hati. Embu mohon jangan pakai emosi,tolong ya nak ini demi rumah tangga kalian juga." pergi meninggalkan mereka berdua dengan cucu di tangannya.
beberapa saat hening di ruangan kamar,tapi Rio mencoba mencairkan suasana.
"kamu kenapa,kenapa sekarang berubah? kamu bukan Ara yang aku kenal."
"saat perkosaan itu terjadi,aku tidak berhak atas apapun termasuk tubuh aku sendiri. kebahagiaan, hidupku bahkan semua yang ada di tubuh ini aku tidak bisa memilikinya. itu semua karena kamu, kamu yang telah menghancurkan hidupku."
Deg... Rio benar-benar tidak menyangka Ara bisa bicara seperti itu padanya.
"maksud kamu apa bicara seperti itu? kamu menyesal menikah dengan ku? kamu menyesal melayaniku? kamu menyesal melahirkan anak ku?"
"apa aku punya pilihan? kamu memang merenggut semuanya."
"tapi ini takdir Ara. kita sudah menikah bahkan kita sudah mempunyai buah hati cinta kita. kenapa terus kamu sesali,kita bisa bahagia setelah ini dengan keluarga kecil kita."
"buah hati cinta kita? aku tidak salah mendengarnya? itu bukan cinta,itu nafsu yang tiap malam kamu lampiaskan ke aku. kamu hanya ingin tubuh ini,bahkan dari sebelum ada pernikahan kamu telah mengambil tubuh ini secara paksa."
"itu bukan nafsu Ara,kita sudah sah menjadi suami isteri. kewajiban kamu memang melayaniku di ranjang,itu malah akan mendapatkan pahala bukan dosa."
"tidak usah kamu sok agamis,apa kamu sudah pantas di katakan seorang suami?"
"maksud kamu apa Ara???jangan memancing emosi ku Ara."
"aku hanya bertanya,apa kamu pantas di katakan seorang suami? kenapa kamu marah."
"aku bilang jangan memancing aku Ara!!!"
"siapa Sinta?"
Deg....hati Rio tiba-tiba berdebar mendengar nama Sinta di sebut.
"kok diem?"
"Sinta... Sinta siapa maksud kamu?"
"Sinta janda dari kampung sebelah." jawab Ara dengan santai. "oh ya,kamu sudah tau belum kalau kamu akan jadi seorang ayah lagi tapi bayi nya dari Sinta. selamat ya, sebentar lagi anak mau punya anak 2."
"jangan ngaco kamu kalau ngomong. siapa sinta,aku tidak kenal."
"oh ya? coba sini hp kamu,ada kontak atas nama Sinta tidak. harus dia gelisah si Karena kamu akhir-akhir ini selalu bersama aku,pasti dia ngechat kamu. ya kan?"
"sial kenapa dia bisa tahu soal Sinta,tau dari mana dia." bicara dalam hati.
"diam itu berarti benar kan."
"males aku ngomong sama orang yang tidak bisa di ajak bicara baik-baik,aku mau jemput arri."
"sudah ketahuan masih tidak mau mengakui. laki-laki pengecut kamu."
Rio yang mendengarkan harga dirinya di ijak,berbalik badan dan menarik dagu Ara ke atas dengan tatapan yang sangat tajam.
"jangan semakin berani dengan ku Ara. aku bisa berbuat lebih kejam terhadap kamu,jadi jangan buat aku melupakan kalau kamu adalah isteri sekaligus ibu dari anak ku. CAM'KAN ITU ARA !!!"
tapi Ara seperti juga sudah dia ambang emosi,dia semakin berani menantang suaminya itu.
"terus kamu mau apa? sekalian aja kamu bunuh aku sekarang."
"aku tidak mungkin membunuh kamu, tapi kamu akan mengingat kejadian ini dan akan ingat sebelum berani menantangku." dengan cepat Rio membuka baju Ara dengan paksaan sampai baju Ara benar-benar di sobek oleh rio. seperti Rio benar-benar kehilangan akalnya dan terus merobek baju Ara sampai Ara sekarang tanpa benang sehelai pun.
Ara mencoba menjauh dari suaminya itu sambil menutupi dua gunung kembarnya dengan tangannya menyilang.
"mau kemana kamu sayang. aku selalu tidak tahan melihat tubuhmu yang seksi,sudah lama aku menahan ini karena masa nifasmu dan kesiapan kamu melakukan ini lagi. tapi hati ini,aku yang menentukan bukan dari kamu lagi."
Ara yang mulai ketakutan,mencoba berlari tapi segera di tangkap oleh Rio dan melemparnya di atas kasur. Rio yang melihat Ara tanpa busana seperti itu apalagi melihat gunung kembar Ara yang semakin membesar membuat dirinya dengan cepat membuka semua bajunya dan melempar sembarangan tempat.
Rio langsung menindih Ara dan langsung memegangi tangan Ara ke atas bagian kepalanya. tanpa aba-aba Rio dengan rakus melahap gunung kembar punya isteri itu.
Ara yang belum siap di perlakukan seperti itu,membuatnya menangis karena teringat kembali di mana dirinya di perkosa dengan Rio pertama kali.
"AAACCCCHHHH....sakit Rio, lepasin aku."
"sssttthhh....acchhh... rasakan ini sayang,punya kamu sempit sekali seperti masih perawan."
Rio terus menghajar Ara tanpa ampun,Rio benar-benar melampiaskan emosinya dengan seks. Ara yang kewalahan melayani Rio, beberapa kali meminta ampun terhadap Rio untuk di lepaskan tapi Rio seperti tidak ingin berhenti dari kenikmatan tersebut.
hentakan keras yang di buat Rio,membuat Ara terus mendesah "ssstttt...aaachhh...aaaccchhhh.... Rio.."
30 menit berlalu dan
"AAACCCCHHHH.....makasi sayang" sambil mengecup jidat Ara dan langsung tertidur pulas.
sedangkan Ara,makin membenci suaminya itu karena dia merasakan lagi perkosaan saat itu.