Sore hari telah tiba. Saat Kaila sampai di rumah tadi Kaila memutuskan untuk membersihkan tubuhnya terlebih dahulu karena sudah lengket akibat keringat.
Dan saat selesai nanti baru dia akan menemui Ayah Aris dan memberikan foto itu kepadanya.
45 Menit kemudian....
Di sinilah Kaila sekarang setelah melakukan rutinitasnya tadi. Kaila juga sudah rapih dengan balutan dress cantik yang sudah melekat di tubuh mungilnya itu. Dress berwarna biru laut bermotif bunga putih ini sangat cocok juga dengan wajah cantik naturalnya Kaila.
Dress yang di berikan oleh Ibu Talita.
Kaila pun berjalan ke arah kaca besar milik Arkan untuk meneliti penampilannya hari ini. Wajah cantiknya tiba-tiba tersenyum puas karena tidak menemukan hal yang aneh di sana.
Di rasa sudah siap Kaila memutuskan untuk turun ke bawah menemui Ayah Aris di ruangannya yang berada di lantai bawah . Karena Kaila juga sangat ingin tau tentang pemilik nama itu.
Dengan langkah lebar Kaila sudah sampai di anak tangga. Namun saat Kaila ingin turun tiba-tiba tangan seseorang mencekal tanganya dan dia adalah Arkan dengan wajah datarnya.
" Tunggu ,"
" Bikin kaget aja sih hobbinya," Omel ku kepada pemuda yang memiliki wajah datar ini.
" Sorry ,"
" Hem," Jawabku cuek.
Aku memperhatikan tampilan Arkan. Namun mataku tidak sengaja melihat ke arah tangannya yang sedang memegang sebuah map.
" Apa tuh?," Mataku masih mengarah pada map yang dia bawa itu.
" Maksud lo ini?," Tanya Arkan sambil mengangkat map itu.
Aku mengangguk
" Ini itu berkas yang Ayah kasih. Karena setelah nanti gua nikah sama lo gua udah mulai pegang saham dia,"
" Bukanya kamu itu masih kuliah apa bisa bagi waktu?," Aku memicingkan mata kepadanya.
" Bisa. Karena Ayah gak akan kasih full kerjaan sama gua,"
Aku Ber'oh Ria
" Oiya aku boleh tanya?,"
Alis Arkan terangkat ke atas
" Soal?,"
" Aku belum tau kamu kuliah di mana?," Ucapku menahan malu takut dia mengira aku sangat kepo.
" Universitas Harvey College ,"
Mulutku tercengang.
Berarti Arkan ini adalah murid yang cerdah. Karena setau aku untuk bisa masuk ke sana harus dengan nilai yang tinggi meskipun mereka orang kaya sekalipun. Kalau kapasitas nilai mereka rendah tetap tidak akan bisa masuk.
Mau menyogok pun tidak bisa karena kampus itu terkenal dengan kejujurannya. Jadi sebisa mungkin jika ingin sekolah di sana harus giat belajar. Dan memiliki prestasi lain untuk nilai tambahan.
" Lo mau bengong di sana apa ke ruang kerja Ayah?," Ucap Arkan yang sudah berada di bawah tangga.
" Iya tunggu ," Ucapku lalu menyusul pemuda itu.
" Lo mau kuliah juga di sana?," Tanya Arkan dengan wajah serius.
" Engga tau ," Jawabku yang masih bingung antara kuliah atau tidak.
" Ok,"
Tanpa ada pembicaraan lagi aku mengikuti pemuda itu menuju ke ruang kerja Ayahnya.
Tok Tok Tok Tok
Arkan mulai mengetuk pintu.
" Ya masuk ," Teriak Ayah di dalam.
Ceklek
" Ini udah selesai ," Arkan menyerahkan map itu pada Ayah.
Mata Aris mulai mengecek hasil kerja anak semata wayangnya ini. Dengan tatapan kagum Aris tidak salah untuk membiarkan Arkan mengurus saham nya sekarang. Karena kerjaan anak ini sangat rapih dan juga sangat bagus.
" Arkan tidak salah Ayah kasih ini sama kamu. hasilnya sangat luar biasa. Pantas kampus itu memberikan kamu beasiswa ," Ucap Aris sangat bangga kepada anaknya ini.
" Hah ," Pekikku karena kaget mendengar beasiswa.
" Gausah lebay deh bikin kaget ," Omel Arkan dengan wajah datarnya.
" Tapi aku gak nyangka kamu sepintar itu ," Aku masih terkejut dengan pemuda ini.
" Bukan hanya pintar Kaila , Arkan juga jago bela diri. Dia selalu menang juara 1 setiap mengikuti perlombaan," Ucapnya Aris membuatku semakin terkejut di buatnya.
Ternyata banyak kejutan yang pemuda ini miliki. Aku pikir dia masuk kampus itu karena dia cerdas dan uang nya banyak. Ternyata aku salah dia mendapatkan beasiswa karena otaknya tidak bisa di ragukan lagi dan memiliki prestasi bela diri.
Aku harus bersyukur memiliki calon suami sepeti dia.
" Kagetnya udahan kita harus bahas masalah foto itu?," Ucap Arkan yang memecah keheningan.
" Iyah kamu benar. Kamu bawa foto itu Kai?,"
" Bawa ko Yah," Aku menyerahkan foto itu kepadanya.
Saat ini Ayah sedang melihat foto itu dengan teliti. dan tidak lama wajah nya mulai menegang membuat aku dan Arkan penasaran.
Kami saling pandang karena heran melihat Ayah tidak bergeming sama sekali.
" Ayah jadi gimana?," Arkan mulai bertanya untuk meminta sebuah jawaban dari Aris.
" Kalian saat ini lebih baik fokus saja untuk acara pernikahan kalian .Dan soal foto ini akan Ayah beritahu kalian tapi nanti," Ucap Aris dengan wajah serius.
Aku menghela nafas kecewa. Karena gagal mendapatkan sebuah informasi.
Berbeda dengan Arkan yang saat ini sedang diam. Ntah apa yang pemuda ini sedang pikiran.
Namun aku sangat ingin tau. Sebisa mungkin aku akan membuat Ayah memberikan aku sebuah informasi walau hanya sedikit.
" Ayah kasih Kaila sedikit aja tentang om Heru itu?," Ucapku memohon kepada Ayah. Karena aku benar-benar sangat ingin tau.
Aris yang melihat itu menghela nafas pasrah. Karena mereka pasti akan membuat dirinya tidak tenang.
" Baiklah nak jika kamu memaksa Ayah akan kasih tau kamu. Untuk lebih jelasnya nanti," Jawab Aris dengan wajah seriusnya.
Arkan mendongak menatap sang Ayah dan mulai menajamkan Indra pendengarannya.
" Baik Yah maksih ," Aku bersorak senang.
" Jadi Heru itu adalah teman bisnis Ayah kmu Kaila mereka berteman dengan sangat baik bahkan mereka memulai bisnis pun bersama. Namun suatu hari saat kamu menginjak usia 15 tahun Heru dengan kejamnya menghianati Ayah kamu.
Heru ingin menguasai semua harta Toni dengan serakah. Tapi Toni langsung bertindak dengan sangat cepat sehingga Heru gagal menggarap semuanya hanya beberapa yang dia ambil. Tidak hanya di situ saja semua yang di lakukan Toni membuat Heru marah besar dan mulai melakukan aksinya untuk membuat Toni jatuh ke dalam jurang.
Dan terjadilah saat itu aksi kejar-kejaran antara Toni dan juga Heru. Dengan sengaja Heru ingin menabrak mobil Toni agar Toni jatuh ke dalam jurang itu. Tapi Toni dengan cepat menghindar agar mobil Heru tidak mengenainya. Namun yang di lakukan oleh Toni membuat Heru jatuh sendiri ke dalam jurang itu dan membuatnya tewas di tempat," Ucap Aris panjang lebar sambil menatap manik mata Kaila.
Tubuh Kaila seketika langsung menegang mendengar kejadian yang menimpa Ayahnya itu. Pantas saja saat itu wajah Ayah langsung panik saat menerima telfon dari orang. Jadi ini alasannya.
" Apa Ayah aku tidak mendapatkan masalah pada saat itu Yah?," Aku menatap mata Ayah meminta kelanjutan.
" Ayah kamu di salahkan oleh istrinya Heru karena dia mengira Ayah kamu lah yang membuat Heru jadi tewas. Dan istrinya Heru kemudian menuntut Ayah kamu pada saat itu.
Namun tuntutan itu gagal karena Ayah kamu memang tidak salah atas kejadian semua itu. Dan wanita itu tidak terima dan akhirnya mengalami gangguan jiwa ,"
" Dan apa wanita itu masih hidup sampai detik ini Yah?,"
" Ayah tidak tau nak, karena pada saat itu Ayah mengalami masalah juga," Ucap Aris dengan wajah sendu.
Aku penasaran dengan nasib wanita itu. Apa dia masih hidup hingga sekarang. Tapi aku lebih terkejut dengan kejadian yang Ayah alami kenapa dia tidak memberitahuku dan Ibu. Dia menyimpan semua ini sendirian.
Arkan yang melihat wajah sedih Kaila mulai tidak tega. Ternyata kehidupan gadis ini sangatlah rumit.
" Yaudah Yah aku keluar dulu. Ayo Kai ikut gua," Arkan menggandeng tangan Kaila untuk mengajaknya keluar.
Aku yang di gandeng seperti ini hanya bisa pasrah. Tanpa ingin bertanya kemana dia akan membawaku pergi.
" Angkat wajah lo?," Titah Arkan yang telah sampai pada tempat tujuan.
Aku mendongak lalu menatap Arkan.
" Ck kenapa jadi liatin gua. Liat depan lo?," Arkan memutar tubuhku agar aku menghadap ke depan.
Aku menatap ruangan ini penuh dengan alat musik dan juga lukisan cantik.
" Ini ruangan tempat gua kalau lagi pengen sendiri sambil main piano ," Sahut Arkan tiba-tiba sambil duduk manis di sofa.
" Tempatnya enak ," Ucapku yang masih melihat setiap sudut ruangan ini.
" Gua selalu ke sini kalau lagi pusing ,"
Aku berjalan menghampiri pemuda itu lalu duduk di sebelahnya.
" Orang kaya kamu bisa pusing juga ,"
" Karena gua juga manusia pasti ada pusingnya," Arkan menatap Kaila sebentar lalu memalingkannya lagi.
" Aku memilih untuk merasakan pusing Arkan daripada merasakan kesedihan seperti sekarang ," Aku menjawab perkataan Arkan tadi sebari menatap langit-langit ruangan ini.
" Kesedihan akan berubah menjadi kebahagiaan suatu saat nanti. Tuhan gak akan kasih cobaan di luar kemampuan hambanya sendiri ," Sahut Arkan yang kini sedang menatap Kaila.
" Tapi apa semua ini bisa berakhir Arkan?," Aku melihat ke arahnya dan mata kami bertemu.
" Bisa. Asalkan mau sabar untuk menunggu sesuatu yang telah di buat. Kehidupan itu gak selamanya akan berjalan dengan mulus pasti ada rintangan dan masalahnya juga. Jadi lo harus yakin sama diri lo sendiri kalau lo mampu lewatin semua ini. walau dalam keadaan lo gak mampu sakalipun," Ucap Arkan dengan panjang lebar.
" Apa aku bisa Arkan. Banyak masalah yang sedang aku alami aku hampir mau menyerah karena aku tidak sanggup hiks," Aku akhirnya kalah tidak bisa lagi menahan bendungan air mata itu.
Arkan langsung mendekap tubuh Kaila yang sudah terisak dan menyalurkan kekuatan untuknya.
" Jangan pernah berfikir untuk menyerah dengan mudah. Badai pasti berlalu tetap bertahan lo pasti bisa. Ada gua di sini ada Ayah dan Ibu , tolong jadikan mereka sumber kekuatan lo yang baru," Ucap Arkan dengan tulus.
Aku mencerna ucapan Arkan tadi. Apa yang dia katakan benar ada Ibu Talita dan Ayah Aris yang sayang sama aku mau anggap aku sebagai putri kandungnya sendiri.
Walau Ayah kandung ku sendiri tidak menganggapku ada setidaknya aku masih memiliki mereka.
Dan mulai sekarang aku akan menjadi wanita yang kuat, dan aku juga yakin aku bisa melewati semua ini.
" Baiklah Arkan aku akan hadapi semua ini. Makasih untuk sarannnya ," Aku melepaskan pelukannya lalu menatap matanya.
" Sama-sama dan semangat ," Jawab Arkan tersenyum sambil memperlihatkan deretan giginya yang rapih. Baru kali ini aku melihat Arkan tersenyum seperti ini ,sangat tampan pikirku.
Kemudian aku membalas senyuman itu. Aku sangat senang semenjak kehadirannya hidupku sedikit berubah.
" Lo mau di sini atau ikut keluar?," Ucapan Arkan berhasil membuatku kaget karena dia bicara tepat di depan wajahku dengan jarak sangat dekat.
" Ikut aja," Jawabku gugup.
Ngeselin, bikin jantungan aja tuh human Batinku.
Kami berdua lalu berjalan untuk keluar dari ruangan ini. Mataku menatap takjub saat berada di luar. Ternyata ruangan ini kelilingi oleh pohon dan juga rumput hijau yang subur di halamannya.
Tidak hanya itu saja banyak bunga mawar bunga lainnya juga di sini lalu ada ayunan yang sudah di hias oleh bunga mawar putih.
Aku baru sadar saat di luar. Saat aku masuk aku tidak melihat karena sedang menunduk saat Arkan menarikku tadi.
Tapi halaman ini sangat cocok untuk menenangkan diri.
" Kalian dari mana?,"
Aku dan Arkan terperanjat kaget saat seseorang tiba-tiba saja berada di depan. Dan orang itu adalah Ibu Talita yang sekarang sedang berkacak pinggang sambil menatap mata kami dengan tatapan curiga.
" Bisa gak Bu gausah ngagetin," Ucap Arkan yang kesal.
" Harusnya Ibu yang marah kamu bawa anak gadis Ibu kemana?," Jawab Talita sambil memicingkan matanya kepada Arkan.
" Ke ruangan musik,"
" Benar itu Kaila?," Tanya Talita dengan serius.
" Benar Bu," Ucapku jujur kepadanya.
" Yaudh kirain Ibu kalian kemana? Ibu khawatir pas Ibu panggil-panggil gak ada yang jawab,"
Aku yang melihat wajah khawatir Ibu. Membuat hatiku menghangat ternyata Ibu Talita sangat tulus.
" Iyah Bu ,yaudah Arkan mau masuk dulu," Ucap Arkan lalu pergi masuk ke dalam.
" Kamu juga masuk istirahat ," Titahnya mengelus pucuk rambutku dengan sayang.
" Iya Bu Kaila masuk dulu dan maaf udah buat Ibu khawatir ,"
" Iya nak gapapa ko ," Jawabnya lalu tersenyum sangat lembut.
Aku masuk ke dalam rumah itu dengan gontai. Karena lelah hari ini banyak hal yang membuatku terkejut lagi.
Aku berharap semua ini berakhir.
Ceklek
Saat ini aku telah sampai di kamar lalu aku langsung merebahkan diriku di kasur sambil memandang langit kamar ini.
Kemudian aku memejamkan mataku.
Tiba-tiba dering ponselku berbunyi.
Dengan sigap aku mengecek siapa yang menghubungiku. Ternyata itu Andin aku pikir Renata.
Aku menghela nafas kecewa lalu mengangkat telfon dari Andin.
" Kaila," Pekik Andin di sana.
" Kebiasaan kamu ih sakit kuping aku," Omelku kepadanya.
" Sorry, Kai gua ada di rumah sakit,"
" Kamu sakit apa?," Ucapku yang kaget.
" Bukan gua tapi Renata," Ucap Andin dengan lesu.
Deg
" Kenapa Renata Andin?," Tanyaku dengan panik.
" Nanti gua ceritain. Lo dateng kesini nanti gua serlock,"
" Ok aku tunggu," Aku mematikan telfon itu sepihak.
Aku mengambil tasku dan menunggu Andin mengirim serlock.
Dadaku tiba-tiba sesak perasaan ku pun menjadi tidak tenang. Kenapa bisa Renata ada di rumah sakit.
Ting
Notifikasi pesan dari Andin.
Dengan sigap aku mengambil ponsel ku dan melihat serlock yang di kirim oleh Andin.
Tidak ingin berlama-lama aku langsung memesan ojek online lalu pergi ke bawah dengan terburu-buru.
Sesampai nya aku di tangga tanganku di cekal.
" Lepas ih aku buru-buru," Aku berusaha melepaskan cekalan orang itu.
" Buru-buru kemana Hem," Suara serak namun sangat dingin.
Pergerakan ku terhenti saat mendengar suara yang sangat aku kenali.
Aku pun membalikan tubuhku. Terlihat di sana Arkan dengan tatapan mautnya.
Aku menelan salivaku dengan susah payah. Tatapannya membuat tiba-tiba merinding.
" Ma-maaf aku gak tau ," Ucapku gagap.
" Terus lo mau kemana?,"
" Mau kerumah sakit jenguk temen ,"
Ting
Ternyata itu pesan dari Abang ojek yang aku pesan tadi. Dia telah sampai.
" Aku pergi dulu buru-buru ,Dah ," Ucapku berlari meninggalkan Arkan.
Aku sudah berada di luar dan terlihat di sana Abang ojek yang aku pesan tadi.
" Bang cepat," Ucapku langsung naik ke atas motor itu.
" Pake dulu helmnya," Ucap Abang ojek lalu menyerahkan helm itu.
" Ayo jalan ," Aku mengambil helm itu.
Kini aku sedang dalam perjalanan untuk menuju rumah sakit tempat Renata di sana. Aku berharap dia baik-baik ajah.
30menit kemudian...
" Nih bang helm nya. Udah bayar di aplikasi yah ," Aku menyerahkan helm itu.
Tanpa ba-bi-bu aku langsung masuk ke dalam dan mulai mencari Andin.
Aku bersorak senang saat melihat orang yang aku cari berada di dekat lift lalu aku langsung menghampirinya.
" Andin ," Aku memanggilnya.
" Kai," Ucap Andin dengan wajahnya yang sangat lesu.
" Kenapa Renata Din?," Tanyaku dengan sangat panik.
" Gua gak tau Renata sakit apa Kai. Gua ketemu dia di dalam salah satu kamar, wajah dia pucat. Saat gua mau masuk nenek gua manggil jadi gua urungkan niat buat masuk nemuin Renata.
Tapi pas gua balik lagi ke kamar itu Renata udah gaada. Gua telfon lo tadi ajah Renata masih ada makanya gua suruh lo buat datang kesini, tapi sayangnya Renata malah gaada," Jawab Andin dengan wajah sedih.
" Apa kamu serius Renata udah gaada?," Tanyaku dengan wajah kaget mendengar penjelasan Andin tadi.
Andin mengangguk lemah.
" Gua udah cari-cari disini juga gaada Kai,"
" Kita harus cari tau kemana Renata Din, aku takut Renata kenapa-kenapa ,"
" Iyah gua setuju,"
Aku dan Andin memutuskan untuk membuat sebuah rencana dan mencari keberadaan Renata.
Semoga Tuhan mau menolongku aku sangat berharap kepadanya untuk bisa menemukan Renata Batinku.
"Oiya kamu di sini karena nenek kamu sakit apa Din?," Ucapku memecahkan kesunyian ini.
" Sakit paru-paru ," Jawab Andin dengan lesu.
" Sabar yah Andin semoga nenek kamu di kasih kesembuhan ,"Ucapku sebari mengusap punggungnya.
" Amiin, maksih Kai ," Jawab Andin tersenyum.
" Sama-sama Andin, kamu disini siapa?," Aku mengangkat alisku ke atas.
" Aku sama Ibu di sini ,"
" Syukurlah jadi kamu gak sendirian ," Ucapku lalu tersenyum padanya.
" Iyah Kai ," Andin membalas senyuman Kaila.
" Yaudh kalau gitu aku pulang yah Andin ," Pamitku kepada Andin.
" Iyah Kai hati-hati di jalan, besok sekolah Bu Sri juga udah nanyain lo,"
Kaila mengeryit
" Nanyain apa?," Jawabku dengan bingung.
" Ck jangan bilang lo lupa sama olimpiade itu?," Andin memicingkan matanya pada Kaila.
Mataku membulat sempurna.
" Oiya aku lupa ," Pekiku karena emang aku benar-benat sangat lupa.
" Yaudh lo balik terus belajar ," Titah Andin pada Kaila.
"Siap aku pulang dulu , Dah Andin ," Aku pamit kepada Andin lalu pergi.
Hari Sabtu lagi Batinku.
Aku keluar dari rumah sakit dengan langkah lebar. Saat sudah berada di luar aku ingin memesan ojek online, namun ponselku tiba-tiba saja mati membuat aku bingung sendiri bagaimana caranya aku pulang. Lama aku berfikir dan akhirnya aku memutuskan untuk mencari pengkolan ojek.
Aku sudah berjalan mulai meneliti jalan namun aku tidak juga melihat ada pengkolan ojek, Aku menghela nafas kecewa, karena lelah berjalan jauh namun tidak ketemu juga ojeknya.
Dengan memaksakan diri akhirnya aku memilih untuk berjalan terus.
Tiba-tiba di tengah perjalanan aku merasa ada yang mengikutiku dari belakang namun saat di lihat tidak ada siapa-siapa di sana. Bulu kudukku pun mulai berdiri karena aku sangat merinding berada di tempat yang cukup sepi ini.
Aku memilih untuk kembali saja karena semakin ke depan tempat ini semakin sepi juga.
" Hallo neng sendirian aja nih ,"
Deg
Tubuh ku menegang saat mendengar suara seorang pria di belakangku. Ada yang teratawa dan ada juga yang menggodaku, mereka semua lebih dari satu.
Dengan takut aku membalikan tubuhku lalu melihat ke arah mereka.
Tenggorakan ku tiba-tiba tercekat saat melihat lima pria dengan tubuh yang besar sedang memandangku dengan tatapannya yang menjijikan.
" M-mau apa kalian?," Teriaku dengan tubuh yang sudah bergetar.
" Mau bersenang-senang sama kamu," Goda salah satu pria lalu memegang tanganku.
" Gausah pegang-pegang ," Aku menghempaskan tangannya.
" Kita suka gadis kaya kamu gini loh, menantang ya ga," Sahut pria itu kepada temannya.
" Yoi ," Jawab mereka semua.
Mereka semua mendekati ku lalu aku berjalan mundur.
" Mundur gak," Teriaku yang tidak mereka hiraukan.
Aku menutup mataku dan tertunduk berharap ada yang menolongku. Tapi tempat ini sepi aku tidak tau nasibku akan seperti apa, dan mereka mulai mendekatiku.
Kaila Takut Ibu Gumam Kaila sambil terisak.
" Sini sayang ," Pria itu mulai menarik tangan Kaila.
"Akhhh tolong,"
Bugh
Bugh
" Sini lo sialan ," Teriak seorang pemuda yang menghajar pria itu.
Aku mendongak untuk melihat pemuda yang menolongku sekarang.
Mulut ku tercengang dia adalah Kenan.
" Siapa lo jangan ganggu mangsa kita-kita, atau mau lo gua bunuh " Ucap pria itu dengan sengit.
" Gua gak takut sini lo semua maju ," Jawab Kenan tersenyum Smirk.
" Hajar dia ," Titah pria yang memiliki tato yang sangat banyak itu.
Bughhh
Bughhh
Shit Gumam Kenan karena salah satu pria itu berhasil membuat sudut bibir nya robek.
Tidak ingin tinggal diam saja Kenan kembali menghajar mereka semua dengan gerakan cepatnya.
Bughhh
Bughhh
" Lo liat ini," Sahut pria yang saat ini sedang memegang sebuah pisau lipat yang tajam lalu mengarahkan pisau itu kepada Kenan.
Kenan yang melihat itu mengambil langkah untuk lebih waspada.
" Mati lo Anji*ng," Teriak pria itu lalu mengarahkan pisaunya kepada Kenan.
Dengan cepat Kenan menghindar lalu menendang tulang kering pria itu.
Bughhh
Akhhhh Teriak pria itu kesakitan.
Tidak hanya di situ saja Kenan mulai menghajar mereka semua dengan membabi buta.
Krekek
Bughhh
Krekek
Krekek
Krekek
Bughhh
Krekek
Kenan tersenyum senang karena berhasil mematahkan kaki mereka dan membuat mereka semua memekik kesakitan.
" So jago ," Maki Kenan kepada mereka.
Luar biasa Batinku melihat kemampuan pemuda itu.
Dalam waktu singkat mereka semua tumbang di tangan Kenan dengan kondisi yang sangat mengenaskan.
" Masih mending lo semua gak gua kirim ke kuburan," Ucap Kenan tersenyum miring.
Aku melihat pemuda itu sedang berjalan ke arahku.
" Ngapain lo di sini lagian?," Tanya Kenan dengan wajah songongnya.
" Cari ojek,"
" Ojek gak lo temuin ,musibah yang lo dapat,"
" Udah tau , makasih udh tolongin ," Sahutku kepadanya lalu pergi.
Kenan langsung mencekal tangan Kaila.
" Biar gua yang antar ," Ucap Kenan dengan wajah datar.
" Gausah bisa sendiri ," Aku mau melenggang pergi namun Kenan malah menarik tanganku.
" Keras kepala banget lo bocil," Ucap Kenan menarik tangan ku dengan kesal.
Aku yang di tarik menghela nafas pasrah. Mau kabur juga gabisa.
" Masuk ," Titah Kenan membuka pintu mobilnya.
Aku masuk ke dalam mobil itu dengan perasaan Kesal.
Hening di sini tidak ada yang ingin membuka suara aku diam dan Kenan juga diam karena sibuk menyetir.
Aku masih teringat terakhir aku bertemu dengannya dalam keadaan situasi yang kurang baik , tapi sekarang pemuda ini malah menolongku.
" Rumah lo masih yang itu kan," Tanya Kenan karena sudah masuk jalan raya.
" Hem ," Jawabku cuek. Membuat Kenan mendelik ke arahku.
Dari mana Kenan tau rumahku. Karena dia dulu memata-mataiku dan Sering kerumah ku juga untuk menjelaskan ke jadian hari itu , tapi aku tidak ingin mendengarkan penjelasannya bagiku Kenan lah yang salah.
Lama di perjalanan, mobil Kenan akhirnya telah sampai di rumahku.
Rumah yang masih tampak sangat sepi, Aku sengaja tidak kembali kerumah Arkan karena tidak mungkin mengajak Kenan ke sana pasti dia akan curiga.
" Yaudh makasih yah aku masuk dulu ," Ucapku lalu membuka pintu mobilnya.
" Ya, walau gua udah tolongin lo malam ini tapi urusan lo sama gua belum kelar ," Ucapnya dengan sinis.
Aku menghela nafas pasrah lalu mengangguk padanya.
" Yah ," Jawabku lalu masuk ke dalam.
Aku berjalan menuju pintu masuk dengan langkah yang sangat lelah, kejadian ini sangat membuat ku takut. Jika tidak ada Kenan mungkin aku sudah tidak bisa pulang kerumah.
Perlahan aku mulai menaiki tangga untuk menuju ke lantai 2 tepat kamarku berada, sebelum membersihkan diri aku mencahger ponselku dulu yang lowbet ini.
Setelah selesai aku menuju kamar mandi dan membersihkan diriku. Hanya dalam hitungan menit saja aku sudah keluar dalam keadaan segar dengan balutan piyama bergambar Hello Kitty yang sudah melekat ditubuku.
Kemudian aku mulai merebahkan diri di atas kasur lalu mengambil ponselku di nakas untuk di nyalakan.
Karena pasti Arkan dan Ibu Talita ,Ayah Aris sedang khawatir karena aku tidak kembali.
Aku menyalakan data selulerku.
Tiba-tiba ponselku berbunyi menampilkan nama Arkan di sana.
Dan aku mengangkat telfon itu.
" Ck dimana sih lo?," Omel Arkan di sebrang sana.
" Dirumah sendiri,"
" Kenapa kesana?,"
" Karena ingin aja,"
" Nyusahin banget ,Ayah sama Ibu khawatir sama lo?," Ucap Arkan dengan kesal di sana.
" Iya maaf ," Jawabku lesu.
" Tunggu gua kesitu?,"
Mataku membulat.
" Ngapain?," Ucapku yang terkejut.
" Kepo," Setelah mengatakan itu Arkan mematikan telfonnya.
"Ngapain sih tuh orang," Gumamaku yang bingung.
Tidak ingin memikirkan Arkan aku kembali merebahkan diriku dengan posisi tengkurap.Dan aku malah tertidur.
°°°°
Di kediaman Arkan.
POV Arkan.
Usai menghubungi Kaila tadi aku akhirnya memutuskan untuk menyusul dia d rumahnya. Karena sejak dia pergi tadi aku memiliki firasat tidak tenang tentang dirinya.
Aku bergegas untuk mengambil kunci mobilku lalu turun ke bawah.
Saat aku sudah di bawah aku melihat ruang tamu ini tampak sepi karena orang tuaku tidur duluan. Kalau aku di larang kerasa oleh Ibu sebelum Kaila belum pulang aku tidak boleh tidur.
Aku menghela nafas lelah kemudian melangkah keluar untuk mengeluarkan mobilku yang sudah masuk garansi.
Tidak ingin membuang waktu aku langsung menancap gas lalu pergi ke rumah gadis itu.
30 menit kemudian.....
Akhirnya aku sudah sampai drumah yang masih tampak sepi ini.
Tidak habis pikir aku dengan Kaila dia sangat berani di rumah sepi ini sendirian lagi , kaya uji nyali pikirku.
Kemudian aku masuk ke dalam rumah ini, namun aku tidak menemukan Kaila berada di lantai bawah. Mungkin dia sedang berada di lantai atas.
Aku bergegas naik ke lantai atas itu untuk mencari dia, namun saat di atas aku melihat ada 2 pintu lalu dimana pintu kamar gadis itu.
"Gua buka aja lah satu-satu sepi ini," Gumamku lalu membuka pintu itu satu persatu.
Ceklek
" Kai ," Aku membuka pintu ke 2 itu lalu melihat dia ada di sana sedang tidur lelap dengan posisi tidur yang sangat acak-acakan.
Gimana ini kalau tidur bareng gua bisa-bisa gua di tendang sama dia Batin ku bergidik ngeri.
Aku perlahan merapihkan gaya tidur nya itu lalu aku menarik selimut itu untuk menutupi tubuh kecilnya.
Wajahnya sangat damai kalau tidur seperti ini.
"Sebisa mungkin gua akan jaga lo Kai, lo tenang aja," Ucapku kepada gadis yang sedang tidur ini.
Dirasa sudah tidak ada lagi urusan disini aku keluar dari kamar ini takut khilaf juga.
Kemudian aku melangkah turun ke ruang tamu karena terpaksa aku harus menginap di rumah ini. Aku menghela nafas lega saat melihat gadis itu baik-baik saja.
Lalu aku merebahkan diriku ini di sofa dan perlahan masuk ke alam mimpi.