Chereads / Little Wife And Life / Chapter 14 - ( FOURTEEN )

Chapter 14 - ( FOURTEEN )

Pagi hari yang cerah untukku yang sekarang sudah rapih dengan baju seragam karena aku ingin masuk ke sekolah dan bertemu dengan Andin.

Tidak lupa aku juga menguncir rambutku agar terkesan sangat imut.

Huh akhrinya udh rapih juga Gumamku sangat senang.

Di rasa sudah rapih tidak ada yang kurang aku turun ke bawah untuk membuat sarapan. Karena stok makanan wanita ular itu masih ada disini.

Sambil bersenandung ria dengan langkahku yang riang sebari perlahan menuruni tangga , namun saat di bawah mataku tidak sengaja melihat ada tangan seseorang di sofa.

Siapa ini kalau maling gak mungkin Gumamku masih melihat tangan itu.

Dengan hati-hati aku mendekat dan melihat siapa dia.

Arkan 

Mulutku seketika tercengang.

Kasian sekali dia padahal di sini kalau malam itu dingin banyak nyamuk lagi, aku kira dia boongan gk akan kesini pikirku masih melihat pemuda ini yang masih tidur lelap.

Dengan hati-hati aku mengambil sebuah selimut untuk pemuda ini dan langsung menyelimuti tubuhnya itu.

Namun tiba-tiba.

Hoammm

Dia malah bangun.

Arkan menguap sambil mengucek-ngucek matanya lalu mengubah posisinya menjadi duduk.

" Kemana lo?," Tanya Arkan dengan suara khas bangun tidur nya menatap Kaila.

" Sekolah lah gak liat ini baju seragam ," Jawabku mendelik sambil menunjuk baju yang aku pakai.

" Semalam kemana gara-gara lo gua kena Omelan Ibu semalam," Omel Arkan kepada Kaila.

Aku jadi teringat kejadian semalam, apa aku cerita sama Arkan ajah yah. Mending gak usah lah nanti ribet.

" Woi ," Teriakan Arkan memenuhi ruangan ini.

" Berisik, sana pulang ," Ucapku sangat kesal karena mendengar teriakan pemuda ini.

" Ngusir?," Alis Arkan terangkat ke atas.

Aku yang tidak ingin menjawab ucapan nya itu memilih untuk pergi ke dapur dan membuat sarapan.

Dengan cekatan aku mulai memasak walau hanya nasi goreng, tapi aku akan menambahkan banyak toping di atasnya agar tidak hanya ada telur mata sapi saja.

Aku membuat dua porsi yang satunya untuk Arkan.

Sudah selesai dengan hasil yang sangat memuaskan ini lalu aku membiarkan pemuda itu untuk menyicipi masakanku terlebih dahulu.

" Cobain deh," Aku menyerahkan 1 porsi nasi goreng itu untuknya.

" Thanks ," Ucap Arkan mengambil nasi goreng itu lalu melahapnya.

" Gimana?," Ucapku meminta pendapat darinya.

Arkan mengangguk 

" Enak," Jawabnya masih melahap nasi goreng itu hingga tandas.

Senyumku mengembang ternyata Arkan menyukainya.

" Nanti buatin gua nasi goreng kaya gini lagi yah?," Ucap Arkan menatap mata Kaila. 

" Iyah ntr aku buatin,"Jawabku sambil menyuap suapan terakhir.

Arkan mengangguk lalu melenggang pergi menuju dapur.

Setelah selesai makan aku lalu menyusulnya karena piring ini harus aku cuci dulu sebelum berangkat sekolah.

Saat aku ingin mencuci piring tangan Arkan tiba-tiba saja mengehentikan pergerakan tanganku.

Aku mendongak menatap nya.

" Biar gua aja yang cuci nanti baju lo kotor," Ucap Arkan lalu mengambil alih tugasku.

Aku heran kenapa harus kaya gtuh dulu sih bikin bingung aja kelakuannya.

" Lain kali bilang yah Arkan es batu ," Ucapku dengan gemas.

" Hem ," Jawab Arkan cuek.

Harus sabar ngadepin orang kaya Arkan, sifatnya kadang nyebelin kadang juga lembut. random banget.

" Udah nih ," Sahut Arkan dengan pring yang sudah bersih di tangannya.

" Taro situ aja ," Tunjuku pada lemari kecil di bawahnya.

Arkan kemudian menaruh piring itu.

" Yu otw ," Ucapnya kemudian mengambil kunci mobil dan memakai jacketnya.

Aku lalu keluar bersamanya karena Arkan ingin mengantarku dulu ke sekolah.

" Tapi kamu jangan masuk yah?," Aku ingin memastikan pemuda itu tidak memasukan lagi mobilnya di halaman sekolah.

Karena aku tidak ingin mendapatkan tatapan yang kurang mengenakan nantinya dari murid lain.

" Hem," Jawab Arkan cuek. 

Gak bosen apa dia ham hem ham hem terus Batinku merasa kesal.

" Nanti gua jemput karena kita akan ke butik buat cari baju pengantin," Ucap Arkan tiba-tiba membuatku langsung diam.

Pasalnya karena sebentar lagi aku akan menjadi istrinya dia. Bagimana saat malam pertama nanti apa aku harus melakukannya, tapi bagaimana dengan pendidikanku.

Aku takut hamil kalau aku melakukanya.

Kaila sangat gelisah tuhan memikirkan semua ini. 

" Iya aku tau ko," Jawabku gugup.

" Setelah nikah nanti gua gak akan minta hak gua ko, karena lo perlu lulus SMA dulu, tapi perlu di ingat Kaila tugas seorang istri menurut jadi gua harap lo jangan jadi istri pembangkang , karena gua yang nantinya nanggung dosa lo ,"Ucap Arkan dengan serius.

" Perlu di ingat Arkan, tugas seorang suami membimbing seorang istri ke jalan yang benar , kalau istri salah jangan pernah kasar atau bentak dia tapi nasehati dia dengan cara yang lembut, bantu dia juga memperbaiki kesalahannya supaya dia tidak melakukan kesalahan yang sama lagi," Jawabku mengikuti gaya Arkan bicara.

" Itu udh pasti Kaila , tanggung jawab gua banyak saat nikah nanti, gua sebagai seorang laki-laki gak akan pernah kasar sama lo, gua juga akan sabar ngadepin tingkah kekanakan lo itu ," Sahut Arkan dengan wajah datanya.

Aku mendelik ke arahnya.

" Wajar kalau cewe kenakan dan manja karena emang udah menjadi sifatnya, apalagi kaya aku, aku gabisa kaya tema-teman lain yang bisa manja sama Ayahnya ," Aku menunduk dengan sedih.

" Kalau gak dapet dari Ayah ,lo bisa lakuin itu sama gua ," Ucapan Arakan berhasil membuatku menatapnya.

" Kamu yakin?," Ucapku memastikan karena takut dia salah bicara.

" Yakin," Jawab Arkan singkat.

Seulas senyuman terbit di bibirku.

" Makasih Arkan ," Ucapku terharu dengannya.

Arkan sebenarnya baik hanya saja kadang sifatnya so dingin, so cuek bikin aku kesal sendiri.

" ya," 

" Aku kira perjodohan itu kaya di dalam novel, yang awalnya kurang baik saling maki-maki saling ribut, bahkan dia tidak terima, tapi perjodohan yang aku terima jauh dari novel ," Sahutku tanpa sadar membuat Arkan langsung terdiam. 

Aku yang melihat pemuda itu diam panik sendiri ,apa aku salah bicara yah pikirku.

" Gua bisa ajah kaya di dalam novel gak perduli saat awal bertemu , bahkan menentang orang tua karena gua gak terima, atau maki-maki membuat kesan pertama yang sangat buruk.

Tapi gua gak mau kaya gitu Kai, walaupun gua kadang suka cuek sama lo dan biasa ajah tapi gua ga bisa memberikan kesan pertama dengan buruk, Dari awal gua udah iklas dan terima takdir jadi untuk apa berontak, gua hanya berfikir seperti itu ,jadi saat kita pertama kali bertemu gua gaada niatan jadi tokoh pria dalam novel yang lo baca itu," Jawab Arkan dengan serius.

"Tapi aku suka kesan pertama kaya gini , jadi aku gak canggung," 

" Makanya itu , lebih baik melihat situasi, karena gak semua perjodohan itu kita harus marahan dulu baru saling suka,"

" kamu benar Arkan," Ucapku yang takjub dengan semua jawaban Arkan.

" Dan maaf soal perasaan. Gua belum tau perasaan apa yang sekarang gua rasain sama lo," Ucapan Arkan membuatku memahami perasaannya.

" Gapapa, lagipula kita belum terbiasa Arkan ," 

" Iyah Kai ," 

Hening..

Tidak ada lagi suara, aku memilih diam dengan pikiran ku yang gelisah. Masih tentang pernikahan itu.

" Kai udh sampai?," Ucap Arkan yang membuat ku tersadar dari lamunanku.

" Ah iya makasih Arkan, hati-hati di jalan aku turun dulu ," Aku lalu beranjak pergi namun Arkan mencekal tanganku.

" Tunggu ," Ucapnya lalu mengambil sebuah dompet dan mengeluarkan 10 lembar kertas merah dari dalamnya.

Aku menelan salivaku melihat kertas merah itu. 

" Nih gua belajar dari sekarang buat nafkahin lo dan itu gaji pertama gua dari Ayah," Ucapnya lagi lalu memberikan kertas merah itu kepadaku.

" Makasih Ar ," Jawabku lalu mengambilnya.

" Iyah ," 

" kalau gitu aku pergi dulu , Dah," Ucapku lalu keluar dari mobil Arkan.

Setelah keluar dari mobil Arkan aku langsung menuju masuk ke gerbang sekolah yang sebentar lagi akan di tutup.

Dengan semangat aku masuk dan ingin cepat-cepat menuju kelas untuk bertemu dengan Andin, dan siapa tau ada Renata juga sudah masuk.

Tidak ingin berlama-lama aku ingin segera sampai, dan akhirnya aku sampai juga di kelas, langsung di sambut oleh adu mulutnya Andin dan Alvino.

Aku memutar bola mataku malas.

" Apaan sih sana," Ucap Andin dengan sengit kepada Vino.

" Bawaanya sensi mulu sama gua heran," Jawab Vino dengan lesu.

" bodo ,"

KHEM 

Aku berdehem membuat mereka kaget.

" Kerjaannya ribut mulu heran aku," Ucapku kepada mereka.

" Kaila," Pekik Andin langsung memelukku.

Padahal baru kemarin ketemu Andin lebay.

" Akhirnya lo masuk juga ," Sahut Andin dengan senang.

" Kenapa kamu kangen? ," Godaku kepadanya.

" Bukan, tapi sepi aja Renata gaada lo juga sama ," Jawab Andin dengan wajah sendu.

" Kan ada aku Ayang ," Sahut Vino tiba-tiba.

" Kenapa lo masih di sini!," Andin mendelik pada Vino ,membuat Vino menghela nafas pasrah lalu pergi.

" Jangan galak-galak ntr jodoh ," Ucapku cekikan melihat wajah kesalnya Andin.

" Ngeselin ," Jawab Andin lalu duduk di kursi.

" Baperan nih ," Aku menoel tangannya.

" Ngga ,cuma gua kepikiran Renata aja," 

" Kamu tau rumah dia gak?," 

" Tau sih, gua baru kepikiran apa kita kerumahnya ajah yah ," Sahut Andin dengan wajah senang.

" Boleh tuh ," Ucapku menyetujui Idenya Andin.

" Pulang sekolah atau hari minggu?," Tanya Andin kepada ku.

" Minggu aja soalnya aku pulang sekolah ada urusan , kalau sabtu aku lomba jadi minggu aja ,"

" Okelah , semangat bestie ," Ucap Andin lalu tersenyum.

Aku mengangguk dan membalas senyuman itu.

Brak 

Aku dan Andin terkejut saat ada yang menggebrak meja kami.

Aku menatap pelaku yang membuat ku kaget ini.

Mataku membulat karena Kenan lah pelakunya.

" Ini sepatu gua kotor tolong lo bersihin kalau kering bawa," Ucap Kenan lalu menyerahkan sepatu itu kepadaku.

Membuat seisi kelas melongo menatap adegan ini.

" Aku gak mau ," Ucapku lalu menyerahkan sepatu itu lagi kepadanya.

" Lo lupa atau harus gua ingetin lagi!," Ucap Kenan tersenyum miring. Membuat seisi kelas bergidik ngeri.

Sial. Dia gak mau rugi ternyata.

Dengan kesal aku mengambil sepatu itu.

" Good girl," Ucapnya lalu pergi.

" Kai lo punya hutang atau ada masalah sama dia?," Tanya Andin dengan kepo.

" Ceritanya panjang nanti aja Din ," 

" Hem oke deh ," Pasrah Andin.

Aku menatap nanar sepatu ini , dia menolongku semalam dan sekarang dia menyuruhku untuk mencuci sepatunya.

Benar-benar bikin kesal aja. 

"Permisi," Ucap seorang pemuda di ambang pintu dan dia adalah Anton.

Aku tersenyum pada Anton namun dia malah memalingkan wajahnya, Anton kenapa ,pikirku mulai aneh.

" Gua kesini cuma mau bilang Pak yoga gak bisa ngajar hari ini karena ada urusan mendadak," Ucap Anton membuat seisi kelas langsung heboh.

" Gua pamit cuma itu yang gua sampein ," Ucap Anton yang langsung pergi tanpa melihat dulu ke arahku , karena biasa nya Anton akan tersenyum dulu sebelum pergi ke arahku. Namun sekarang senyuman itu mendadak hilang begitu saja.

Aku bingung kenapa Anton , apa aku ada salah sama dia. Tapi apa yah?.

" Kai tumben s Anton cuek sama lo?," Sahut Andin menyenggol tanganku.

" Aku juga gak tau, tadi aja aku ajak dia senyum malah buang muka gitu," Jawabku yang bingung atas berubah nya Anton.

" Yaudhlah mungkin dia ada masalah, sabar lo tanyain nanti ," Ucap Andin mengelus pundaku.

Aku mengangguk 

Aku tau betul Anton dari kecil meskipun dia ada masalah dia gak akan gitu , dia masih bisa senyum atau bersikap hangat sama aku.

Mungkin aku akan menemuinya nanti.

°°°°

POV Arkan.

Setelah mengantar Kaila tadi aku langsung kembali ke rumah karena hari ini libur tidak ke kampus. 

Aku membersihkan diriku terlebih dahulu setelah selesai aku turun ke bawah untuk menemui Ibu dan bilang padanya kalau Kaila semalam berada di rumahnya.

" Bu ," Aku memanggil Ibu yang sedang menyiapkan makanan.

" Eh Ar, gimana apa Kaila pulang?," Tanya Ibu lalu menghadap ke arahku.

" Semalam dia ada di rumahnya ," Jawabku membuat Ibu langsung menghela nafas lega.

" Syukurlah, tapi apa dia di sana sendiri?," Ucap Ibu lalu memicingkan matanya ke arahku.

Aku diam seribu bahasa, kalau jujur pasti banyak pertanyaan kalau tidak jujur dosa.

Dan akhirnya aku memilih untuk jujur saja.

" Jadi semalam pas Arkan tau dia ada di rumah , Arkan langsung ke rumahnya dan tidur di sana," Jawabanku membuat Ibu langsung diam.

Apa ada yang salah Batinku gelisah.

" Tapi kamu tidur dimana?," Ucap Ibu menatap mataku penuh selidik.

" Di ruang tamu," Jawabku jujur karena memang benar adanya ko.

" Syukurlah kalau gitu , sini makan. Ibu mau panggilin Ayah kamu dulu," Ucap Ibu lalu melenggang pergi untuk menemui Ayah.

Ting 

Notifikasi ponselku berbunyi menampilkan pesan dari grup.

Grup

(Pria Punya Banyak selera )

8:30 AM

@VitoJualKulkas [ Kalian bisa gak temuin gua di cafe Vio*** jam 10? ] 

@ Arkan [ Bisa ko ]

@ RaihanJelek [ Bisa ]

@ RenoLambehTurah [ 2In ]

Setelah membuka grup aku meletakan kembali ponselku.

" Ar ," Panggil pria parubaya yang sedang berjalan ke arahku.

" Kenapa yah?," Aku mendongak kearahnya.

" Ada yang ingin Ayah sampaikan sama kamu?," Ucap Aris dengan wajah serius lalu mendaratkan bokongnya di kursi.

" Apa tuh?," Aku menajamkan Indra pendengaranku.

" Toni Ayahnya Kaila dia akan lama di Amerika Ar?,"

" Kobisa?,"

" Kamu tau sendiri kan," Ucap Aris menatap putra semata wayangnya itu dengan dengan serius.

Aku menghela nafas, aku sangat tau apa yang Ayah maksud.

" Baiklah Ayah lalu?,"

" Toni berpesan agar kamu dan Kaila menepatkan rumah itu saat kalian menikah nanti,"

" Bagaimana dengan mereka?,"

" Toni telah menceraikan mereka Ar,"

Sudah aku duga pasti semua itu akan terjadi, tapi baguslah aku tidak menyukai wanita serakah itu.

" Mereka kembali menjadi gelandangan lagi dong?," Aku tersenyum miring menatap Ayah.

" Iyah ," Jawab Aris yang sedang melahap makanannya.

" Baguslah,"

" Ini cake buatan Ibu tolong kamu kasih Kaila yah?," Ucap Ibu yang baru datang lalu memberikan sebuah tempat makan itu ke padaku.

" Iyah ," Jawabku lalu mengambil tempat makan itu.

" Jam 2 kita ke butik , Ibu akan kesana duluan nanti kamu nyusul sama Kaila,"

Aku mengangguk lalu mengambil selembar roti tawar.

" Gak makan nasi Ar?,"

" Udah tadi Bu di sana," Jawabku kembali melahap roti itu.

Setelah selesai aku kembali ke kamarku lagi karena Kaila sudah tidak ada.

Lalu aku merebahkan diriku sambil membayangkan kejadian tadi.

Pria dalam novel atas sebuah perjodohan.

Aku geleng-geleng kepala memikirkan nya , apa yang gadis itu tengah pikirkan aneh-aneh aja.

Sejak dari awal aku bertemu dengan nya aku membiasakan diriku untuk menerima kehadirannya itu , karena mau bagaimana pun juga perjodohan itu pasti akan terjadi. Apalagi di saat aku tau alasan perjodohan ini apa dan aku tidak merasa keberatan untuk itu.

Jadi biarlah semua ini mengalir seperti aliran sungai yang mengalir.

Ting

Notifikasi ponselku kembali berbunyi lalu aku mengambilnya lagi dan ini berasal dari grup.

Grup

( Pria Punya Banyak Selera )

9:02 AM

@VitoJualKulkas [ Kalian semua kesini sekarang! ]

@RenoLambehTurah [ Ada apa sih Vit?🤥 ]

@RaihanJelek [ Tau nih penting banget kayanya?🙀 ]

@ArkanTobat [ Gua otw ]

@VitoJualKulkas [ Kesini aja cepet! @RenoLambehTura @RaihanJelek Oke Ar👍 @ArkanTobat ]

Aku langsung bersiap-siap untuk menemui Vito, ada apa sih tuh anak pikirku yang heran.

Tanpa ingin berlama-lama aku sudah siap dengan baju kemeja putih, celana panjang dan sepatu Nike.

Aku langsung turun ke bawah dan berpamitan kepada orang tuaku dulu lalu aku langsung pergi dan menancap gas mobilku.

40 Menit kemudian....

Aku telah sampai di cafe yang Vito katakan tadi, lalu aku masuk dan melihat keberadaannya.

Ketemu, Vito berada di ujung cafe di sana sudah ada Reno dan Raihan.

" Sorry lama," Ucapku menghampiri mereka.

" Santai Ar kita juga baru sampai ko ," Sahut Raihan yang di balas anggukan oleh Reno.

Aku langsung duduk di sebelah Reno lalu menatap Vito meminta jawaban.

" Ada apa sih Vit?,"

" Iyah nih," Sahut Raihan dan Reno.

" Jadi gini ini soal gadis waktu itu," Ucap Vito dengan wajah serius.

" Gua kerumah sakit kemarin , setelah gua berada di parkiran gua liat gadis itu di tarik-tarik sama Melinda, setelah itu dia masukin gadis itu ke dalam mobil.

Tanpa ingin kehilangan wanita bia*ad itu gua ngikutin dia dari belakang. Dan dia turun di sebuah gang kecil yang cukup terpencil gada rumah selain rumah kecil itu.

Gua masuk ke sana dan mengintip di balik kaca, gua liat semua apa yang wanita bia*ad itu lakukan sama gadis itu , dia dengan kejamnya menendang dan menampar gadis itu. Padahal gua liat wajah dia pucat dan gua rasa dia sakit," Ucap Vito lagi dengan wajah tampak sendu.

" Lo vidioin gak?,"

" Iyah Ar , dan gua masih kumpulin beberapa bukti juga, gua juga belum ke rumah sakit lagi minta hasil keadaan gadis itu,"

" Secepatnya lo kerumah sakit biar langsung bikin laporan Vit," Ucap Raihan.

" Iyah gua juga gereget sama tuh cewe ," Sahut Reno dengan kesal.

" Lo gada dengar dia ngomong apa gitu Vit?,"

" Gaada Ar , gua hampir ketauan di sana. Tapi sebelum gua cabut gua dengar s Melinda bilang hari minggu dia bakalan bawa gadis itu ke bali ,"

" Sebelum mereka ke Bali kita harus cegah mereka, apapun ke adanya," Ucapku lalu menatap mereka dengan serius.

Mereka semua akhirnya mengangguk tanda setuju.

" Kita buat rencana?," Ucapan Vito membuat kita semua menatapnya dengan serius.

Vito mulai menceritakan rencana nya itu dan akhirnya kita semua setuju dengan rencana yang dia buat.

" Bagus juga ," Ucap Raihan menatap Vito dengan takjub.

" Gua sih yes ," Sahut Reno.

" Tapi apa harus gua yang jadi korbannya?," Aku menatap Vito dengan kesal.

" Karena wanita itu suka sama lo jadi lo yang harus jebak dia ,"

" Hem atur aja," Ucapku dengan pasrah, biarlah jadi amal.

Lama kita berbincang di cafe dan aku memutuskan untuk pergi karena harus menjemput Kaila.

" Udah jam set 2 ,cabut dulu yah jemput bocil ,"

" Bocil itu calon istri lo ," Goda Reno dengan cengiran tengilnya.

" Ya gua tau ,"

" Mau kemana lo sama dia?," Tanya Vito dengan penasaran.

Aku yang sedang minum menatap wajahnya.

" Fitting baju ,"

Byur

" Ahk jiji ," Pekik Raihan kepada Reno. Karena cairan yang keluar dari mulut Reno mengenai Raihan.

Uhuk Uhuk Uhuk Uhuk

" Lo kenapa sih cuma denger Fitting baju sampe segininya?," Ucap Raihan lalu mendelik.

" Bukan itu, gua tadi liat s Melinda tadi sama om-om ciuman di situ," Tunjuk Reno ke depan.

Aku yang sedang minum lalu menoleh ke arah yang di tunjuk oleh Reno.

" Mana gaada?," Ucapku karena memang tidak ada Melinda di sana.

" Udah pergi ," Sahut Reno dengan mata berkaca-kaca akibat keselek tadi.

" Yaudh gua cabut dulu deh," Aku bangun lalu berpamitan kepada mereka.

" Hati-hati ," Sahut mereka semua.

Aku keluar dari cafe itu untuk menuju Sma Garuda tempat gadis merepotkan itu menimba ilmu.

Kemudian aku menancap gas dan membelah jalan yang tampak ramai ini , dengan menambah kecepatan melaju aku pun akhirnya telah di sampai di sini bertepatan dengan keluarnya Kaila.

Gadis itu berlari kecil ke arah mobilku

Buk

" Arkan ," Ucap gadis itu dengan panik setelah masuk mobil.

" Kenapa?," Tanyaku yang bingung melihat kepanikan gadis ini.

" Aku datang bulan gada pembalut," Ucapnya dengan wajah memelas.

" Terus hubungannya sama gua apa?,"

" Gak peka banget jadi cowok," Dumel gadis itu sambil cemberut.

" Lo mau gua yang beli pembalut?,"

Gadis itu langsung mengangguk

Sudah aku duga, mau tidak mau aku harus membelinya.

" Oke , di depan ada indoapril kita mampir dulu,"

Aku langsung melaju ke sana dan tidak lama kita sudah sampai, lalu aku turun untuk membeli pembalut yang dia inginkan.

" Ar yang ada sayapnya," Teriak gadis itu.

Apa dia gak takut itunya terbang kalau pake yang ada sayapnya Gumamku.

Aku perlahan mulai mencari pembalut yang memilik sayap itu, lama aku mencari tapi belum ketemu juga.

" Permisi ka, ada yang bisa saya bantu?," Ucap penjaga indoapril itu.

Aku menatap wanita penjaga toko ini menghela nafas lega.

" Iya tolong cariin pembalut yang punya sayap," Jawabku lalu membuat penjaga itu tertawa kecil.

Tuh kan gua di ketawain Batinku menahan malu.

" Ini ka barangnya," Tunjuk penjaga itu.

" Makasih ," Jawabku langsung mengambil 3 pembalut sayap itu biar terbang nya jauh sekalian.

Setelah itu aku mengambil Snack dan minuman untuk gadis itu, biasanya wanita datang bulan sangat suka cemilan apalagi coklat dan es cream biar mood nya tidak buruk.

Di rasa sudah tidak ada yang di beli lagi aku langsung ke kasir untuk membayar. Lalu kembali masuk ke mobil.

Buk

" Nih ambil?," Aku menyerahkan kantong itu.

" Makasih Arkan, tapi ini banyak banget? ," Sahut gadis itu dengan wajah terkejut.

" Ambil aja ,"

"Yaudh tunggu aku mau ke toilet dulu yah ," Ucap nya lalu pergi.

Sambil menunggu gadis itu kembali lagi aku menyalakan musik.

10 menit akhirnya dia telah kembali dengan senyum manisnya.

Buk

" Ah lega ," Seru gadis itu dengan senang.

" Kita jalan ," Ucapku langsung menyalakan mesin mobilku dan menuju butik itu.

1 jam kemudian..

Aku sudah Sampai di butik tante Dewi.

Langsung kita masuk ke dalam.

" Bu ," Aku memanggil Ibuku yang sedang berbincang.

" Kalian ko lama?," Sahut Ibu lalu menghampiri kami.

" Maaf Bu ," Ucap ku lalu duduk di sofa.

" Yasudah , Kaila sini?,"

" Ini tante Dewi adiknya Ibu, dan Dewi ini Kaila calon istrinya Arkan," Ibu memperkenalkan gadis itu kepada tante Dewi.

" Hallo aku Kaila," Kaila mengulurkan tangannya ke pada tante Dewi.

" Wah cantik kamu sayang ," Sahut tante Dewi yang menerima uluran tangannya sambil tersenyum.

" Wah cantik kamu sayang ," Sahut tante Dewi dengan senyumnya.

" Jelas dong ," Sahut Ibu lalu tertawa dengan senang.

" Yaudh Kaila kamu coba pake gaun yang ada di dalam, itu adalah gaun pilihan dan terbaik di sini pasti sangat cocok dengan kamu?," Ucap tante Dewi lalu mengajak Kaila ke ruang ganti.

Lama gadis itu di dalam, apa dia ada masalah sama gaun nya di dalam sana.

" Sayang apa ada masalah?," Ucap Ibu tiba-tiba dengan khawatir.

" Ngga ada Bu ," Teriak gadis itu di dalam.

10 menit kemudian...

" Ibu apa di cocok denganku? ," Sahut gadis itu yang baru saja keluar.

" Wah cantik sayang ," Ucap Ibu dengan mata berbinar.

Mataku membulat.

Cantik Batinku masih menatap kagum pada gadis ini.

" Gimana Arkan cantik kan?," Goda tante Dewi pada Arkan. Karena Arkan udah keciduk liatin Kaila terus.

" Hem ,"

" So hem hem ,bilang aja kamu itu terpesona sama Kaila kan?," Ucap tante Dewi tersenyum jahil.

Aku memutar bola mataku malas digoda seperti ini.

" Aku rasa gitu soalnya dari tadi matanya gak berpaling ," Goda Ibu sambil cekikikan membuat tante Dewi melakukan hal yang sama.

Aku akui Kaila memang sangat cantik saat mengenakan gaun itu. Tapi aku malu mengakuinya secara langsung.

" Nah Arkan ini cobain yang punya kamu?,"

Aku mengambil baju itu lalu beranjak keruang ganti.