Saat di sekolah tadi aku memutuskan untuk izin ke toilet karena aku merasakan ada yang tidak enak di sini.
Setelah aku sampai aku mulai mencari sesuatu yang tidak enak itu , dan benar aku sangat terkejut ada darah di sana.
Ko hari ini biasanya pertengahan Gumamku yang masih kaget melihat darah.
Di saat bel pulang telah berbunyi, aku langsung memutuskan untuk keluar dari toilet dan mengambil tasku di kelas.
" Andin aku pulang duluan," Ucapku mengambil tas lalu keluar.
"Kaila lo mau kemana tunggu gua ," Pekik Andin yang tidak aku dengarkan. Karena aku harus cepat keluar.
Dengan buru-buru setengah berlari akhirnya aku sudah berada di luar gerbang.
Mataku mulai meneliti jalan untuk mencari keberadaan seseorang yang akan menjemputku di sekolah.
Senyumku langsung mengembang saat aku berhasil melihat mobil orang yang sedang aku cari berada di ujung jalan.
Aku menghela nafas lega. Sang penyelamat di sini.
Tanpa pikir panjang aku langsung menuju ke arahnya sambil berlari kecil. Langsung aku membuka pintu mobil.
Buk
" Arkan ," Ucapku dengan panik lalu melihat ke arahnya.
" Kenapa?," Tanya Arkan sambil menatapku.
" Aku datang bulan ga ada pembalut," Ucapku dengan wajah memelas. Berharap pemuda yang memiliki wajah datar ini peka.
" Terus hubungannya sama gua apa?,"
" Gak peka banget jadi cowok," Dumelku kesal karena tidak sesuai dengan harapan.
'Sadar Kaila dia itu tidak akan peka jangan berharap lebih ,"Ucapku dalam hati berkata.
" Lo mau gua yang beli pembalut?,"
Aku mengangguk
" Oke , di depan ada indoapril kita mampir dulu ,"
Aku bersorak senang ternyata pemuda ini cepat memahami juga ternyata.
Mobil Arkan sudah melaju ke tempat itu, 10 menit perjalanan kita telah sampai dan Arkan langsung turun untuk membeli pembalut yang aku inginkan.
" Ar yang ada sayapnya," Teriaku tanpa malu.
Lama aku menunggu pemuda itu , apa dia kebingungan yah pikirku ,Karena pemuda itu hingga kini tidak kunjung kembali juga.
Tidak lama aku melihat pemuda itu sudah keluar dari toko.
Buk
" Nih ambil?," Arkan menyerahkan kantong itu kepadaku.
" Makasih Arkan, tapi ini banyak banget? ," Ucapku terkejut , karena tidak hanya pembalut dia juga membeli cemilan banyak ada coklat dan es creamnya.
" Ambil aja ,"
Aku mengangguk
"Yaudh tunggu aku mau ke toileti dulu yah ," Ucapku lalu keluar.
Buk
Saat ini aku sedang berada di toilet tepat di samping toko ini berada. rasa yang tidak nyaman aku rasakan sedari tadi akhirnya bisa aku atasi sekarang.
Aku menghela nafas lega, kalau tidak ada Arkan aku tidak tau bagaimana nasibku pasti akan sangat malu ada noda merah di luar rok yang aku kenakan ini.
Di rasa sudah aman aku keluar lalu kembali ke dalam mobil Arkan.
Buk
" Ah lega ," Seruku dengan senang.
" Kita jalan ," Ucap Arkan lalu menyalakan mesin mobilnya dan melaju dengan kecepatan sedang.
1 jam kemudian..
Aku dan Arkan telah sampai di sebuah butik. Aku menatap takjub karena butik ini sangat viral selain harganya yang mahal kualitasnya pun bagus dan hanya kalangan atas yang mampu membelinya.
" Bu ," Saat di dalam Arkan memanggil Ibunya yang sedang berbincang dengan wanita parubaya yang menurutku dia sangat cantik dan keliatan masih muda.
" Kalian ko lama?," Sahut Ibu lalu menghampiri kami.
" Maaf Bu ," Jawab Arkan lalu duduk di sofa.
" Yasudah , Kaila sini?,"
Aku yang di panggil langsung menghampiri Ibu.
" Ini tante Dewi adiknya Ibu, dan Dewi ini Kaila calon istrinya Arkan," Ibu memperkenalkan aku dengan wanita cantik itu dan namanya adalah Dewi.
Adiknya Ibu pantas saja masih muda dan cantik Batinku yang masih menatapnya.
" Hallo aku Kaila," Aku mengulurkan tanganku ke pada tante Dewi.
" Wah cantik kamu sayang ," Sahut tante Dewi menerima uluran tanganku sambil tersenyum.
" Jelas dong ," Sahut Ibu lalu tersenyum juga.
" Yaudh Kaila kamu sekarang pake gaun yang ada di dalam, itu adalah gaun pilihan dan yang terbaik di sini pasti sangat cocok dengan kamu?," Ucap tante Dewi lalu mengajaku ke ruang ganti.
Aku sudah masuk ke dalam dan mataku langsung melihat ke arah gaun putih yang sangat cantik.
Aku sangat gugup untuk memakai gaun putih itu. Meskipun gaun ini sangat cantik bermotif kupu-kupu tapi aku takut ini tidak cocok saat aku pakai nanti.
Dengan percaya diri aku pakai juga gaun ini, takut mereka menungguku lama.
" Sayang apa ada masalah?," Ucap Ibu dari luar .
Suara Ibu , baru saja aku bilang pasti aku udah kelamaan di sini.
" Ngga ada Bu ," Jawabku lalu memakai gaun itu.
Setelah aku memakai gaun ini aku melihat pantulan diriku di cermin yang besar. Aku menatap diriku di cermin dengan takjub gaun ini benar-benar sangat cantik.
"Ternyata tidak terlalu buruk setelah aku pakai," Ucapku dengan diri sendiri.
Dirasa sudah selesai aku memilih untuk keluar dengan perasaan yang sangat gugup. Tapi aku harus yakin dan percaya diri.
" Ibu apa ini cocok denganku? ," Ucapku setelah keluar lalu menghampiri mereka semua.
" Cantik sayang ," Ucap Talita dengan mata berbinar.
" Gimana Arkan cantik kan?," Goda tante Dewi kepada Arkan.
Aku langsung menatap pemuda itu ingin dengar jawaban yang akan dia katakan.
" Hem ," Jawab pemuda itu dengan cuek.
Aku menghela nafas kecewa. Hanya kata Hem yang keluar dari mulutnya. Tapi tidak apa setidaknya Ibu bilang aku cantik.
" So hem hem ,bilang aja kamu itu terpesona sama Kaila kan?," Ucap tante Dewi tersenyum jahil. Membuat pemuda itu memutar bola matanya malas.
" Aku rasa gitu soalnya dari tadi matanya gak berpaling ," Goda Ibu sambil cekikikan membuat tante Dewi juga melakukan hal yang sama.
" Biasa aja ," Ucap pemuda itu cuek lagi.
Tinggal bilang iya gitu, rugi kayanya kalau dia bilang.
" Nah Arkan ini cobain yang punya kamu?," Ucap tante Dewi menyerahkan tuxedo hitam itu kepada Arkan.
Pemuda itu langsung pergi ke ruang ganti untuk mencoba bajunya.
" Apa aku bilang mba pasti cocok sama dia cantik lagi? ukuranya juga pas lagi ," Sahut tante Dewi sambil memutar-mutarkan tubuhku.
" Iyah aku percaya sama kamu dew," Jawab Ibu dengan senang.
" Nah Kaila walaupun Arkan cuek tadi. tapi Arkan sebenarnya liatin kamu terus tau sampe gak kedip loh," Goda tante Dewi membuatku tersipu malu.
" Merah dia dew pipi nya ," Sahut Ibu menggodaku juga sambil cekikikan.
Ini kenapa Ibu-Ibu bikin aku malu, pengen tenggelam aku rasanya.
Tapi apa yang di katakan tante Dewi tadi membuatku tidak bisa berkata-kata.
Arkan melihatku tanpa kedip tapi dia so cuek gitu. Memang sifatnya sangat membuatku bingung.
" Dia cuek karena dia malu mengakui secara langsung sama kamu," Sahut tante Dewi seperti tau apa yang sedang aku pikirkan. Mungkinkah dia itu cenayang, tapi aku rasa tidak mungkin.
" Betul tuh ," Ucapnya Ibu menyetujui ucapan tante Dewi.
Aku rasa gitu, tapi aku gak mau geer. Karena pemuda itu sangatlah menyebalkan dengan sifatnya yang selalu berubah-ubah.
KHEM
Suara deheman membuatku langsung melihat ke arah sumber suara itu.
Mulutku tercengang menatap kagum pemuda ini.
Dia adalah Arkan dengan tuxedo hitam dan di dalamnya terdapat kemeja putih serta dasi kupu-kupunya. menambah kesan yang sangat sempurna dan juga tampan bila pemuda ini yang pakai.
Seperti pengeran di dalam dongeng Batinku masih menatap pemuda itu dengan kagum.
Tiba-tiba Arkan menatap ke arahku, dan pandangan kami berdua saling bertemu.
Jantungku mendadak berdegup sangat kencang. Melihat matanya yang indah kini sedang memandangku.
KHEM
" Udah kali liat-liatanya ," Goda Ibu sambil menahan tawanya.
Aku dan Arkan langsung memalingkan wajah. Karena deheman Ibu membuatku kaget sekaligus malu.
Berbeda dengan Arkan yang kini sedang menahan detak jantungnya.
Sial aku malu Batinku menyembunyikan wajahku yang kini seperti kepiting rebus.
" Mba ganggu aja lagi bagus loh tadi mereka saling tatap-tatapan gtuh, kaya adegan di drama korea," Ucap tante Dewi tersenyum jahil sambil melihat ke arah kami.
" Kamu sih telat ngomongnya dew," Jawab Ibu dengan gemas.
Para Ibu-Ibu itu tertawa. Setelah membuat kita malu.
KHEM
Arkan berdehem lagi membuat para Ibu berhenti tertawa, dan sekarang mereka sedang melihat ke arahnya.
Dengan gaya cueknya lalu Arkan berkata.
" Ini mau pake ini terus? ," Tanya Arkan dengan tampang so cueknya.
" Ya kamu bukalah Arkan ," Jawab Ibu sambil mendelik pada Arkan.
Arkan menghela nafas lalu pergi ke ruang ganti.
Di susul oleh ku di belakangnya , karena tempat ruang ganti ini ada 3 jadi kita tidak akan saling menunggu untuk giliran.
20 menit aku dan Arkan sudah mengganti pakaian dengan pakaian semula lagi , lalu kita langsung berpamitan ke pada Ibu dan tante Dewi untuk pulang lebih dulu.
Karena aku merasa mulai tidak enak.
°°°°
Dirumah Kaila.
POV Kaila kesal dengan Arkan.
Setelah perjalanan cukup panjang akhirnya aku telah sampai di rumah juga.
" Makasih Arkan hati-hati di jalan ," Ucapku lalu masuk ke dalam karena ingin segera cepat-cepat rebahan.
" Pala lo hati-hati, gua mau di sini ," Jawabnya lalu melenggang masuk ke dalam.
Aku yang melihat itu masih melongo di luar , apa-apaan dia seenaknya masuk kerumah orang.
Dengan kesal aku pun ikut masuk ke dalam dan melihat pemuda itu kini sedang memakan cemilan yang dia berikan tadi untukku.
'Ck ini sih namanya bukan buat aku," Gumamku yang tidak di dengar oleh Arkan.
" Aneh banget katanya buat aku ko di makan?,"Ucapku lalu mendelik ke arahnya.
" Nanti beli lagi ," Jawab Arkan dengan santai.
" Ngeselin. Pokonya aku males liat muka kamu ," Ucapku dengan kesal lalu memalingkan wajah darinya.
" Lo gada niatan ganti? Dari pada marah-marah lebih baik lo mandi juga sana sekalian," Jawaban pemuda itu membuatku tambah kesal, tanpa ingin membalas ucapannya lagi aku langsung mengambil pembalut itu, namun sebelum pergi aku menatap tajam pemuda itu dulu.
Arkan yang melihat itu hanya bisa geleng-geleng kepala.
Mungkin karena datang bulan bawaan nya marah-marah mulu.
Sabar Arkan ngadepin singa betina Gumam Arkan sambil mengelus-elus dadanya.
****
Kamar Kaila.
Kriek
30 menit di kamar mandi sekarang aku sudah wangi, rapih dengan kaos hitam dan celana training.
Aku lalu mamakai parfum yang harumnya semerbak sampai luar.
" Akhhhh," Aku memekik kesakitan saat perutku tiba-tiba saja sakit.
Ini rasanya sangat tidak enak, saat aku datang bulan rasanya tidak sesakit ini.
Aku ingin menangis menahan sakit di perutku ini.
" Hiks Ibu tolong Kaila," Gumamku terisak sambil memegang perutku yang sakit.
Tok Tok Tok Tok
Suara ketukan pintu dari luar , mungkin itu Arkan, aku bangkit lalu membuka pintu itu.
Kriek
" Lama ban__," Ucapan Arkan terpotong saat melihat kondisi Kaila yang sangat memperihatikan.
" Lo kenapa?," Tanya Arkan dengan panik, karena wajah Kaila sudah pucat.
" Hiks sakit Ar ," Aku terisak sambil memegang perutku. Rasa sakitnya tidak tertahankan lagi aku tidak kuat menahannya dan kini tubuhku ambruk.
" Kaila?," Pekik Arkan dengan panik. Tanpa ba-bi-bu Arkan langsung membopong tubuh Kaila untuk menuju ke rumah sakit.
" Lo kenapa sih Kai," Ucap Arkan yang khawatir melihat wajah pucat Kaila yang saat ini sedang bersandar.
Dan Arkan langsung menjalankan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata.
****
Rumah Sakit Hospital Internasional.
" Sus tolong ," Teriak Arkan menggema di rumah sakit, karena pemuda ini telah sampai dan sekarang sedang membopong tubuh Kaila yang lemah.
Tidak lama datang seorang suster membawa tandu stretcher.
" Silahkan di tidurkan di sini ka," Ucap suster itu, lalu Arkan menidurkan tubuh lemah Kaila di sana.
" Silahkan tunggu di luar ka," Ucap suster itu lalu masuk membawa tubuh pucat Kaila.
Arkan mulai khawatir atas tubuh Kaila, karena tadi yang Arkan tau dia nampak baik-baik saja, pantas sangat lama untung Arkan pergi untuk menemuinya.
Kalau tadi tidak cepat Arkan tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi dengan Kaila.
Ceklek
Suara pintu terbuka penampilan seorang dokter yang mengecek keadaan Kaila di dalam.
" Gimana dok?," Tanya Arkan langsung berdiri setelah melihat dokter ini keluar.
Dokter yang melihat wajah panik pemuda ini lalu berkata.
" Pasien terlalu banyak makan sambal karena pasien sudah memiliki penyakit magg sebelumnya , jika di biarkan terus makan pedas akan sangat bahaya bagi kondisinya," Jawab dokter menatap Arkan yang kini sedang terdiam.
" Tolong di perhatikan yah... kamu sudah bisa masuk untuk melihat keaadanya sekarang ...saya permisi ," Sahut dokter itu lagi lalu melenggang pergi.
Setelah dokter itu pergi Arkan masuk ke dalam untuk melihat kondisi gadis yang saat ini tengah terbaring sangat lemah, wajahnya yang pucat membuat Arkan menatap dengan nanar.
Perlahan Arkan mendekat dan memperhatikan wajah pucat nya Kaila.
" Lo bandel sih udh tau punya penyakit tapi masih makan yang pedas," Ucap Arkan kepada Kaila yang sedang tertidur lelap.
Arkan terus saja melihat Kaila tanpa ingin mengalihkan pandangan nya itu , gadis yang membuat nya kesal sekarang diam dengan matanya yang tertutup.
Berharap dia terbangun dengan cepat, karena Arkan harus memberinya sedikit siraman rohani ,agar gadis itu tidak melakukan kesalahan lagi apalagi ini menyakut kesahatannya.
Arkan melangkah mengambil sebuah kursi agar dia bisa duduk di samping Hospital Bed Kaila. Dengan perlahan Arkan duduk lalu memandangi wajah Kaila.
Ting
Suara notifikasi pesan berbunyi membuat pemuda itu mengalihkan pandangannya ke arah ponsel yang dia taruh di atas meja. Arkan mengambil ponsel nya dan terlihat nama Vito di layar itu.
Vito
6:00 PM
[ Ar lo di mana? ]
[ Gua di rumah sakit ]
[ Serius lo siapa yang sakit? ]
[ Kaila magg nya kambuh makan pedas ]
[ Cepat sembuh Ar buat dia, gua juga lagi ada di sini? ]
[ Ngapain vit? ]
[ Gua tadi liat gadis itu ada di sini juga ]
[ Ngapain dia? ]
[ Gua juga gak tau ,pas gua samperin udah gaada ]
[ Yaudh sini ke kamar *****vil, lo langsung masuk aja ntar? ]
[ Oke ]
Arkan lalu menaruh ponselnya lagi di meja, sambil menunggu Vito yang akan ke sini.
Kriek
" Arkan ," Ucap pelan pemuda yang baru saja membuka pintu.
Arkan yang melihat itu langsung menuju ke arah pemuda itu, dia adalah Vito yang saat ini sudah berada di sini dengan cepat.
" Lo ko cepet?," Tanya Arkan dengan Alis terangkat ke atas.
" Gua emang lagi deket sini," Sahut Vito dengan wajah datarnya.
Arkan hanya mangut-mangut.
" Belum siuman Ar?," Bisik Vito melihat Kaila yang sedang terbaring lemah.
" Belum Vit , nih anak bandel udah tau ada magg makan pedas," Jawab Arkan dengan kesal. Karena gadis ini tidak memikirkan kesehatannya.
" Wajar kalau cewe emang doyan pedas Ar ,"
" Tapi gak sampai kaya gini juga," Jawab Arkan dengan mata mengarah ke arah Kaila.
" Yaudh lah kalau dia sadar lo pantau aja makannya," Ucap Vito sambil menepuk-nepuk bahu Arkan.
Arkan menghela nafas lelah, karena gadis ini tugas nya akan tambah.
" Dan soal kesehatan gadis itu apa lo udah kerumah sakit?," Tanya Arkan menatap Vito yang saat ini sedang diam.
Lama Vito diam namun akhirnya buka suara.
" Dia mengalami kerusakan anus yang sangat parah, kata dokter itu terjadi dalam waktu yang sangat lama , tidak hanya 1 atau 2 tapi itu langsung 7 yang masuk sehingga membuat kerusakan dan sakit yang luar biasa. Saat gua di sana gua liat semua itu ,apa yang mereka lakukan gua tau , jadi gua gak merasa kaget atas hasil itu.
Bahkan jika di biarin dan itu terjadi lagi, gadis itu akan memiliki penyakit yang sangat serius dari anusnya, karena saat ini juga dia mengalami infeksi dan infeksi nya itu udah mulai membekak," Ucap Vito membayangkan derita yang gadis itu tengah rasakan saat ini.
Tubuh Arkan menegang, karena separah itu ucapnya dalam hati.
" Lo jadiin itu bukti buat bikin laporan," Ucap Arkan lalu membuat Vito menatap kearahnya.
" Gua lagi proses, sesuai rencana mulai besok lo harus beraksi?," Sahut Vito menatap ke arah Arkan dengan serius. Karena hanya Arkan lah yang bisa membantunya.
" Atur aja Vit , yang penting gua gak mau kalian semua lupa sama misi saat gua udah masuk ke dalam nanti?," Ucap Arkan membuat Vito mengangguk kan kepala.
" Tenang aja ,"
Vito tersenyum devil, karena misinya untuk membuat wanita itu masuk penjara tinggal sedikit lagi.
Arkan yang melihat senyum mengerikan Vito lalu berkata.
" Misi dulu selesai in baru senyum ," Ucapan Arkan berhasil membuat Vito mendelik ke arahnya.
Arkan yang di tatap seperti itu oleh Vito langsung membuang tatapannya dan melihat ke arah gadis ini lagi yang saat ini belum juga siuman.
" Lo nikah kapan?," Tanya Vito tiba-tiba.
" Selasa," Jawab Arkan singkat.
Vito tecengang namun sesaat kemudian Vito kembali pada semula.
" Gak kecepatan Ar?,"
" Mau nya orang tua, kita sebagai anak bisa apa ," Jawab Arkan dengan pasrah.
" Lo benar Ar ," Ucap Vito dengan senyum kecut, karena pemuda ini juga sudah di rencanakan oleh orang tuanya untuk di jodohkan.
" Gua belum kabarin ortu ," Ucap Arkan lalu mengambil ponselnya.
" Bentar yah ," Ucap Arkan kepada Vito yang di balas anggukan olehnya.
Arkan berjalan lalu mengutakatik ponselnya untuk mencari sebuah nama yang ingin dia hubungi.
Ibu
" Hallo Bu assalamualaikum ," Ucap Arkan setelah telfonnya telah di angkat.
" Waalaikumusalam, kenapa nak?," Ucap Talita di sebrang sana.
" Kaila masuk rumah sakit, karena magg nya kambuh ,"
" Kobisa kamu gak jagain dia ya Arkan?," Pekik Talita di sebrang lagi.
" Arkan kan gak jagain dia sampai sekolah Bu,"
" Yaudh dimana rumah sakitnya ," Ucap Talita yang mulai melembut. Karena apa yang di katakan Arkan benar dia tidak menjaga nya sampai di sekolah.
" Rumah Sakit Hospital Internasional ,"
" Yaudah Ibu dan Ayah akan kesana, mau di bawain baju gak?,"
" Bawain aja ,"
" Yaudh tunggu ,"
Sambungan telfon pun terputus, Arkan berfikir harus kah dia menjaga Kaila sampai di sekolah juga nanti.
" Kenapa Ar?," Ucap Vito menghampiri Arkan yang saat ini sedang terdiam.
" Gapapa ko Vit ,"
" Yau___,"
Brak
" Kaila,"