" Gapapa ko Vit ,"
" Yau___,"
Brak
" Kaila,"
Ucapan Vito terhenti karena ada seorang gadis yang membuka pintu kamar Kaila dengan sangat keras membuat Vito dan Arkan yang berada di dalam sana terperanjat kaget.
Arkan menatap gadis ini dengan tatapan bingung. Sedangkan Vito menatap gadis ini dengan wajah terkejut.
Suasana tiba-tiba saja mendadak aneh hanya ada suara tangisan gadis itu di samping Kaila, membuat mereka bingung sendiri. Ada hubungan apa Kaila dengan gadis ini pikir mereka.
Namun sesaat kemudian Vito lalu berbisik kepada Arkan…
" Ar dia gadis yang mau kita tolong," Bisikan Vito membuat mata Arkan melebar.
" Serius?," Tanya Arkan.
Vito mengangguk
" Kalian siapa?," Ucapan tiba-tiba gadis itu membuat mereka langsung terkejut.
" Kamu?," Ucapnya lagi dengan mata melebar dengan terkejut saat melihat wajah Vito.
Membuat Arkan dan Vito tiba-tiba saja menjadi bingung.
" Kenapa lo kaget liat muka gua?," Vito bertanya namun gadis itu hanya diam saja.
Namun sesaat kemudian gadis itu ingin beranjak pergi dengan langkahnya yang sudah hampir mencapai pintu, namun Vito yang sadar akan hal itu buru-buru mencekal tangan gadis ini agar tidak pergi.
" Lepas!," Teriak gadis itu sebari menghempaskan cekalan Vito dengar kasar.
" Lo kenapa sih liat gua kaya gitu?," Ucap Vito lagi dengan kesal.
Gadis itu hanya diam tidak ingin melihat Vito apalagi ingin membalas ucapannya. Vito yang melihat itu menghela nafas lelah.
Dia gadis yang sangat membingungkan, dengan wajahnya yang tampak pucat saat melihat Vito belum lagi tangisannya saat melihat Kaila. Ada apa sebenarnya yang terjadi dengannya.
Arkan yang sangat penasaran lalu melangkah dan mencekal gadis ini, lalu dudukannya lah di sofa.
" Lo siapa sebenarnya?," Tanya Arkan dengan penuh selidik.
Namun gadis itu hanya diam seperti patung tidak ingin mengatakan apaapun juga.
Arkan menghela nafas lelah di hadapkan dengan gadis yang sudah seperti patung ini, dia terus saja diam dan juga tidak bergerak. Sungguh gadis yang sangat membingungkan pikirinya.
Dengan kekesalannya dengan gadis ini sekali lagi Arkan berkata...
" Jawab ko malah diam?," Ucap Arkan lagi dengan suara meninggi, membuat gadis ini terperanjat lalu menunduk dengan tubuhnya yang bergetar.
" Ar jangan kasar-kasar ," Ucap Vito menepuk pundak Arkan tiba-tiba.
" Dia diam terus Vit!," Jawabnya jengah.
" Sabar tanya pelan-pelan aja,"
Arkan mengangguk pasrah..
" Ada hubungan apa lo sama Kaila?," Ucap Arkan lagi dengan suara yang pelan.
Lagi lagi gadis itu hanya terdiam sambil menunduk..namun sesaat kemudian gadis itu lalu berkata.
" Gua Renata sahabatnya Kaila ," Jawaban gadis itu membuat Arkan dan Vito langsung terdiam. Namun sesaat kemudian mereka mulai bertanya kembali kepada gadis ini.
" Sahabat yah? kenapa lo bisa tau Kaila ada disini ?," Tanya Arkan lagi penuh selidik.
" Dan kenapa juga pas liat gua lo takut?," Timpal Vito.
Renata menatap mereka secara bergantian. Renata juga tidak tau mengapa bisa masuk di kamar ini dan langsung terkejut saat melihat Kaila tengah terbaring lemah di sana, alasan dia masuk ke kamar ini karena ada yang mengejar dirinya sehingga membuatnya terpaksa harus masuk kesini , namun setelah Renata pikir-pikir apakah mereka mau menolongnya.
Tatapan Renata kini terpaku dengan wajah Vito , karena wajah Vito mirip sekali dengan pria yang telah membuatnya hancur sekarang, untuk itu saat melihat wajah Vito tadi Renata langsung terkejut.
" Kasih tau kita, sebenarnya nya kita juga udah tau apa yang udah terjadi sama Lo?," Ucapan Vito membuat Renata tiba-tiba menegang.
Renata melihat Vito dengan wajahnya yang sudah pucat.
" ma-maksudnya?," Ucap Renata gagap.
" Gua juga udah tau kejadian naas lo saat di hotel," Ucapan Vito membuat gadis itu seketika langsung bungkam, dengan wajah yang sudah pucat pasi lalu keringat yang sudah bercucuran dipelipisnya.
Renata diam seribu bahasa karena pemuda ini telah tau.
" Se-serius," Tanya Renata dengan gagap.
" Iyah jadi niat gua sama yang lain ingin bantuin lo," Ucap Vito dengan wajah serius.
" Sebelum nya makasih , tapi gua mohon jangan beritahu Kaila kalau kalian udah tau , gua gak mau Kaila khawatir. Karena beberapa hari ini gua gak masuk kelas ," Ucap lirih Renata.
" Gua gak akan kasih tau Kaila , tapi lo bisa gak kasih tau gua kejadian awalnya? " Ucap Arkan.
" Bisa tapi jangan sekarang gua belum siap," Jawab gadis itu dengan wajah memohon.
" Baiklah , sini hp lo?," Renata lalu memberikan ponselnya kepada Vito.
Vito dengan cekatan mengetikan deretan angka di sana, lalu tiba-tiba terdengar dering ponsel.
Udh di save nomer gua di sini dan gua juga akan hubungin lo lagi untuk rencana pertemuan kita yang ke 2 besok," Ucap Vito lalu melempar ponsel Renata pada sofa.
" Gak kecepetan?," Tanya Renata dengan kaget.
" Ngga ," Jawab Vito.
" Kalau gitu gua pamit pulang dulu," Ucap Renata sudah yang berdiri lalu melangkah menuju ke arah pintu namun lagi-lagi Vito mencekalnya tangannya.
" Biar gua antar , gua juga gak terima penolakan," Ucap Vito sukses membuat Renata panik.
Renata ingin menolak namun pemuda tadi sudah mengatakan tidak terima penolakan. Jadi mau tidak mau Renata harus pulang bersamanya.
" Ar gua cabut ," Ucap Vito membuka Vito lalu keluar bersama dengan Renata.
Tersisa Arkan di sini sendiri dan kembali ke arah Kaila lagi.
Arkan menatap wajah pucat Kaila sambil memikirkan kejadian tadi. Bagaimana Kaila saat tau sahabatnya ini sedang dalam kondisi yang sangat memperihatinkan.
Belum mengatakannya saja sudah membuat Arkan takut, gadis ini pasti akan sangat histeris saat tau.
" Kai gua harap lo gak tau permasalahan ini , gua dan yang lain akan bantu sahabat lo itu ," Ucap Arkan menatap Kaila dengan tatapan yang sulit di artikan.
****
Sedangkan di alam mimpi Kaila sedang berada.
POV Kaila.
" Tolong ini di mana sih ," Teriakku dengan panik.
Aku dimana ini ko gelap, gak mungkin aku mati karena sakit perut.
Tap Tap Tap Tap
Suara langkah kaki sangat dekat menuju ke arahku. Dengan sigap aku perlahan sembunyi.
" Jika kita tidak bisa membunuh Ayahnya kita akan lakukan pada anaknya ," Ucap seorang wanita yang telah masuk ke dalam ruangan gelap ini.
" Baik , tapi apa yang harus kita lakukan dulu dengan gadis ini?," Jawab pemuda itu.
" Kau ingin menikmatinya dulu tidak? silahkan lakukan tapi setelah itu kau bunuh dia," Ucap wanita itu dengan senyum sinisnya.
" Penawaran yang sangat bagus baiklah madam kita akan bunuh setelahnya, kalian bawa gadis itu kemari cepat!," Teriak pemuda itu.
Aku menutup mulutku, suara pemuda itu adalah suara yang sama dengan mimpi itu. Dan apa yang wanita katakan tadi menikmatinya lalu membunuhnya.
Ternyata aku juga telah masuk ke dalam mimpi yang sama lagi. Tempat ini juga sangat gelap sama seperti mimpiku waktu itu.
Aku juga sangat penasaran ingin melihat wajah mereka namun disini sangat minim cahaya.
" Lepas hiks tolong lepasin ," Teriak seorang gadis yang sedang di seret paksa oleh 3 pemuda.
Gadis ini yang ingin di lecehkan kemudian di bunuh Batinku menatap gadis itu nanar.
" Diam!," Teriak wanita itu ke arahnya.
" Apa salah aku," Tanya gadis itu dengan lirih.
" Kau tidak salah hanya saja Ibumu lah yang salah, mengapa dia memberikan Ibuku racun di rumah sakit jiwa itu ," Jawabnya sinis.
" Aku tidak tau, itu Ibuku yang lakukan,"
" Untuk itu bocah 17 tahun sepertimu lah yang harus membayar semuanya agar Ibumu merasakan penderitaan yang sama," Ucapan wanita itu membuat gadis itu terisak d dengan tubuhnya yang sudah bergetar karena takut.
" Engga hiks lepasin,"
"Kasian gadis itu," Ucapku menatap gadis itu kasihan.
" Apa kita lakukan sekarang? ," Tanya pemuda itu. yang sudah menyeret sebuah kasur.
" Kau sangat tidak sabaran, kita akan rekam adegan kalian untuk kita berikan kepada Ibunya sebagai hadiah terakhir,"
" Kau serius ," Ucap pemuda itu terkejut.
" Kau jangan khawatir ada topeng ,"
" Baiklah ,"
Mereka semua keterlaluan, aku ingin sekali menolong gadis itu namun untuk menyentuhnya saja aku tidak bisa. Karena apa yang aku sentuh selalu tembus.
"Persiapan sudah selesai dalam waktu 20 menit ," Sahut seorang pemuda.
" Bagus nyalakan lampunya ," Titah wanita itu.
Lampu langsung di nyalakan, namun aku tidak bisa melihat wajah mereka karena mereka semua memakai topeng, terutama wanita itu hanya mata nya saja yang terlihat.
" Apakah sudah beres semua,"
" Sudah madam,"
" Bagus ," Wanita itu tersenyum Smirk.
" Kalian mau apakan aku?," Teriak gadis itu histeris.
" Nikmatin aja cantik ," Ucap wanita itu lalu di menghempaskannya tubuh gadis itu pada kasur.
" Lakukan sekarang ," Ucap wanita itu lagi.
" Baik ," Seru 4 pemuda itu yang kini mulai mendekati gadis itu.
Aku menatap nanar pada gadis yang tengah berusaha melawan mereka dengan tubuhnya yang kecil.
" Tolong hiks ," Teriaknya.
Pemuda itu dengan rakus telah melucuti semua pakaian gadis ini tanpa sehelai benang pun.
Mereka semua sangat Bia*ab.
" Hiks jangan om ," Ucap lirih gadis itu.
" Nikmatin aja enak ko ," Sahut pemuda dengan tawannya.
Aku menutup mulutku dengan apa yang aku lihat sekarang, rasanya aku ingin keluar dari sini sekarang juga. Aku tidak tega melihat ini tuhan.
" Akhhhh shhhhh saaaakit hiks tolong ," Pekik gadis itu yang merasakan selangkangannya telah di hantam benda tumpul dengan sangat liar.
Mereka menikmati tubuh gadis ini secara bergantian membuat gadis ini memekik kesakitan.
Namun mereka semua tertawa bahagia di atas penderitaan yang gadis ini tengah rasakan.
Lama mereka melakukannya sampai membuat gadis ini tidak sadarkan diri. Aku yang melihat kejadian tadi menangis sesegukan karena aku sangat tidak berdaya tidak mampu untuk menolongnya.
'Keluarkan Kaila tuhan dari mimpi yang sangat buruk ini hiks," Ucapku sendiri.
" Apa yang harus kita lakukan lagi?," Tanya pemuda itu yang sedang memakai baju.
" Bunuh dia,"
Mata ku melebar.
" Kalian manusia hina, kalian telah melecehkanya sekarang kalian akan membunuhnya," Teriakku yang tidak di dengar oleh mereka.
" Baik madam," Ucap pemuda itu lalu mengambil sebuah belati tajam.
" Taro dia di sini dan ikat dia," Ucap wanita itu.
Mereka lalu membawa tubuh lemah gadis ini ,lalu di dudukannya dia di kursi lalu di ikat.
" Sudah beres madam ," Ucap pemuda itu.
" Bagus , rasakan itu Alma anakmu akan mati di tanganku, kau telah membunuh Ibuku dengan sadis sehingga membuatku kehilangannya , dan kau akan merasakan hal yang sama sepertiku.
Gadis cantikmu rela membayar dosamu jadi terimalah atas perbuatanmu," Ucap wanita itu pada sebuah camera.
" Bunuh dia sekarang ," Ucap wanita itu.
" Jangan ," Teriakku.
Sretttt
Tawa wanita itu menggema di sini atas kematian gadis itu.
" Kirim kepala dan vidio itu kepada Ibunya, untuk tubuhnya buang saja ," Ucap wanita itu berlalu pergi.
Aku melihat sebuah pembunuhan tepat di depan mataku sendiri. Kini gadis itu telah tiada dengan darah segar di mana-mana.
Tiba-tiba kepala gadis itu menggelinding sendiri ke tempat persembunyianku dengan matannya yang mengarah ke arah mataku lalu bibirnya tersenyum dengan sangat mengerikan.
" ARGHHHHH,"
Sebuah guncangan membangunkanku.
" Kaila ," Tanya Arkan dengan wajah panik.
" Arkan," Ucapku lirih.
" Lo kenapa?,"
" Di-dia tiada Ar ," Ucapku gagap menatap Arkan.
" Dia siapa?," Tanya Arkan dengan serius.
" Dia hiks ," Aku akhirnya menangis tidak kuasa untuk mengatakan kejadian tadi.
Arkan mendekap tubuh Kaila untuk menenangkannya.
" Sut cerita pelan-pelan lo kenapa?,"
Ceklek
Belum sempat aku menjawab tiba-tiba saja ada yang masuk.
" Sayang kamu ken___pa," Ucapan Talita yang baru datang mulai melemah karena melihat anaknya yang sedang memeluk calon mantunya.
KHEM
Aris yang baru masuk lalu berdehem, membuat Arkan langsung melepaskan pelukannya dari Kaila.
" Ayah ih ganggu aja di lepasin kan ," Ucap Talita tersenyum menatap ke arah anaknya. Yang kini sedang menahan malunya karena abis kena ciduk.
Aku terkejut dengan kedatangan Ibu yang tiba-tiba, Masalahnya tubuhku sedang di peluk Arkan , aku jadi malu kan.
" Bu bawa baju Arkan? ," Ucap Arkan menatap Ibunya.
" Bawa nih ," Jawab Talita langsung memberikan tas itu kepada anaknya.
" Arkan ke belakang dulu ," Ucap pemuda itu langsung pergi.
Kini tersisa Aku dan Ibu, Ayah di sini.
" Kaila jangan makan pedes lagi dong jadi kan sakit ," Ucap Talita khawatir.
" Iyah Bu gak akan lagi ko ," Jawabku lalu tersenyum ke arahnya.
" Syukur Ibu gak mau kamu sakit sayang ," Talita mendekap tubuh kecilnya Kaila dengan sayang.
Hatiku sangat bahagia, kasih sayang seorang Ibu aku bisa merasakannya lagi. Semenjak Ibu pergi hidupku kosong dan hampa namun aku sekarang sangat bahagia.
" Jaga kondisi kamu yah nak?," Sahut Ayah.
" Iyah Ayah ," Jawabku lalu tersenyum ke arahnya.
" Ayah tau kabar Ayahku sekarang?," ucapku lagi.
Ayah Aris malah diam, aku jadi bingung melihatnya.
" Ayah kamu baik-baik aja Kaila ," Ucap Ayah dengan tatapan yang sulit di artikan.
'Ada apa, kenapa tatapan Ayah seperti itu," Ucapku dalam hati.
" Syukur kalau baik Ayah ,"
Brak
Suara pintu dengan keras telah menghantam sebuah dinding kamar ini , membuat aku dan Ibu,Ayah terperanjat.
Aku melihat ke arah sang pelaku yang telah membuka kamar ini.
Dia ada seorang wanita parubaya yang kini sedang terisak.
" Talita tolong saya?," Ucap wanita parubaya itu dengan lirih.
" Alma kenapa kamu?," Tanya Ibu dengan panik.
Alma nama yang tidak asing, aku mengingat nama itu seperti nama Ibu gadis yang ada di mimpiku tadi.
" Anak ku lit hiks jesi ," Ucapnya terisak.
" Anakmu jesi kenapa Alma?,"
" Jesi di bunuh lit hiks," Ucap wanita parubaya dengan terisak.
Deg
Mataku melebar mungkinkah.
" Kenapa bisa Al?," Tanya Ibu dengan wajah terkejut.
" Dia salah paham atas kejadian 1 tahun yang lalu lit,"
" Salah paham apa?,"
" Soal kematian Ibunya di rumah sakit jiwa itu,"
Deg