Chereads / Little Wife And Life / Chapter 9 - (Selembar foto&Siswa Baru)

Chapter 9 - (Selembar foto&Siswa Baru)

Tepat di hari senin adalah hari malasnya semua murid bukan karena upacara melainkan karena panasnya matahari. Banyak siswi yang mundur saat upacara alasanya takut perawatan mereka rusak.

Namun berbeda sekali dengan Kaila yang kini sudah rapih mengenakan dasi semangat untuk mengikuti upacara tidak perduli dengan kulitnya yang hitam nanti. Karena Kaila pada dasarnya sudah putih walaupun hitam nantinya akan kembali seperti semula lagi.

Dengan senang Kaila berjalan ke arah kaca untuk meneliti penampilannya takut ada yang kurang pikirnya.

" Shalat udah ,mandi juga udah ,pake baju juga udh ,pake dasi udah. Muka juga udah aman, tinggal otw deh," Ucapnya dengan diri sendiri di dalam kamar.

Tok Tok Tok Tok

Suara ketukan keras di pintu dan Kaila yakin pelakunya pasti s Berlin.

Dengan malas Kaila membuka pintu itu dan benar saja terlihat wajahnya yang memuakan terpampang di sana sambil bersedekap dan tersenyum miring.

" Ngapain?," Ucapku ketus.

" Apa yang gua bilang benar kan calon suami lo itu cupu," Ucapnya meremehkan.

" Terus kenapa? hubungan nya sama kamu apa?,"

" Ya ga ada , cuma kasian aja gua sama lo,"Jawabnya tersenyum miring.

" Makasih udah kasian , tapi sayangnya aku gak butuh tuh,"Ucapku sinis.

" Hati-hati nyesel,"

" Gak nyesel ,"

" Cowok cupu nya ada di bawah tuh lagi nungguin bidadarinya yang kucel,"

Mataku membulat sempurna, dia di sini ngapain pikirku.

Aku ingin menemuinya namun ada hal yang ingin aku katakan dulu pada ratu kelabang satu ini bisa-bisanya dia bilang aku kucel.

" Oiya Berlin tempo hari aku liat kamu di cafe dan kamu juga kasih uang banyak sama laki-laki. Siapa dia?," Tanyaku padanya.

Tubuh Berlin menegang

" Ke-kepo lo," Ucapnya gagap.

" Kenapa kamu pucet sama keringetan gitu , kamu maling uang siapa?. Tapi gapapa kalau kamu gak mau bilang setidaknya aku udah tau kelakuan kamu di belakang Ayah," Ucapku tersenyum puas melihat wajahnya yang sudah pucat.

" Kelakuan apa?," Suara bariton mengagetkanku.

Dia adalah Ayah yang sekarang sedang berjalan ke arah kami. Sebisa mungkin aku harus mengatur mimik wajahku agar Ayah tidak curiga , berbeda dengan Berlin yang sekarang wajah nya telah pucat pasi dan pelipisnya berkeringat.

" Bukan apa-apa yah ," Ucapku tenang.

" Apa yang kalian bicarakan di sini?,"

" Urusan perempuan , benar kan Berlin?,"Ucapku menyenggol tangannya.

" i-iya Ayah ,"Jawabnya gagap.

" Kamu kenapa Berlin pucat?, apa kamu sakit?," Tanya Ayah khawatir.

Pemandangan apa ini aku saja tidak pernah Ayah tanya seperti Berlin. Sungguh sangat memuakan di sini hatiku sakit dan mataku memanas saat melihat sorot khawatir di mata Ayah tapi itu bukan untukku melainkan untuk anaknya wanita ular ini.

Aku pun memilih pergi saja dan meninggalkan mereka karena aku juga tidak ingin berlama-lama di sini melihat pemandangan yang mengiris hati. Dengan perasaan yang sangat sesak aku berlari sambil menuruni anak tangga.

Namun saat aku ingin menuju pintu luar tanganku di cekal oleh Arkan.

" Lo kenapa?," Tanyanya heran.

" Gapapa kok , ngapain disini?,"

" Gua di suruh nyokap buat nganterin lo dulu," Jawabnya dingin.

" Yaudah kita berangkat," Ajaku padanya.

Aku dan Arkan keluar tanpa pamit terlebih dahulu kepada Ayah walau tadi pemuda ini memaksa ingin pamit terlebih dahulu. Tapi aku dengan keras menahannya untuk segera pergi saja.

Dengan sisa semangatku kali ini aku sudah berada di luar rumah dan mencari mobil Arkan.

" Kamu naik apa?," Tanyaku bingung.

" Naik mobil," Ucapnya singkat.

" Lawak banget jadi orang, mana mobilnya gaada dsini?,"

" Ck berisik , gua taro di luar,"

Tanpa ingin membuka suara lagi aku mengekornya saja dari belakang karena lelah adu mulut dengan manusia jadi-jadian ini.

" Tuh mobil gua," Tunjuk Arkan pada mobilnya.

Mulutku tercengang

" Kamu gak salah Ar?," Ucapku yang masih tidak percaya melihat Bugatti La Voiture Noire warna hitam.

" Tutup mulut lo nanti kemasukan lalat," Ucapnya dingin.

" Ini mobil kamu serius?," Ucapku memastikan.

" Iyah lah lo kira mobil siapa lagi?,"

" perasaan pas anterin aku pulang bukan ini? ,"

" Itu mobil gua yang lain," Jawabnya cuek.

Aku hanya mangut-mangut

" Tapi gilasih mobil kamu mahal bisa kebeli rumah dimana-mana ini," Ucapku yang masih kagum.

" Ck lebay," Jawabnya cuek.

Harga Bugatti La Voiture Noire 300 Miliar dan ini adalah salah satu mobil limited edition namun mobil ini sudah di miliki oleh Arkan.

Memang luar biasa ternyata keluarga Arkan adalah keluarga orang kaya . Walaupun Ayahku juga sama tapi belum tentu bisa membeli mobil seperti Arkan.

" Kaila lo mau bengong di situ atau gua tinggal?,"Teriak Arkan yang sudah ingin masuk mobil.

Lamunanku buyar saat suara tinggi Arkan memanggilku.

" Iya-iyah bentar? ," Ucapku kesal lalu menuju ke arahnya.

" Kagumnya biasa aja dong , gua tau lo terpesona sama mobil gua?," Ledeknya.

" Ngga ko ," Ucapku bohong lalu masuk ke mobilnya.

Buk

Walau dalam hati nya Kaila masih tidak menyangka dengan apa yang di lihat nya hari ini.

Suasana di mobil pun mendadak hening tidak ada yang ingin membuka suara terlebih dahulu.

Kaila melihat pada Arkan lelaki itu tengah fokus menyetir namun entah mengapa Kaila merasa di dalam lelaki itu ada yang salah darinya, tapi apa.

" Udah kali liatin gua nya," Ucap Arkan tiba-tiba.

Deg

Aduh Kaila bego ngapain sih liatin dia terus Batinku menahan malu.

" Siapa yang liatin kamu geer banget," Ucapku gugup.

" Ck cewe mah suka gitu gak mau ngaku,"

" Udah deh berisik ,"

" Hem , tadi lo kenapa?," Tanya Arkan.

" Kenapa apanya?,"

" Pas di rumah lo tadi kenapa?,"

Kaila menegang

" Gak kenapa-kenapa ko," Jawabku gugup.

Arkan diam dan aku diam. Sungguh lelaki di sebelah ku ini sangat menyebalkan sekali tapi kalau dia membuka suara lagi, aku akan di buat pusing oleh pertanyaannya.

Kini Bugatti La Voiture Noire milik Arkan telah sampai di halaman SMA GARUDA. Semua murid tertuju pada mobil milik Arkan banyak yang berdecak kagum.

" Ih kamu kenapa masukin mobilnya?," Ucapku kesal.

" Kenapa?," Jawabnya dengan alis terangkat.

" Di liatin tuh ," Tunjuku pada semua murid yang sedang melihat kesini.

" Terus masalah nya dimana?,"

" Masalahnya pasti heboh ," Jawabku kesal.

" Udah sanah keluar bawel ,"

" Dih ," Cemberutku padanya.

" Gausah manyun gitu lo pikir bagus apa?," Ucapnya dingin.

" Jahat dih,"Ucapku ingin keluar namun Arkan mencekal tanganku.

" Kai?,"

" Apa?," Jawabku ketus.

" Tunggu dulu gua cuma mau bilang sama lo. Dalam hidup memang tidak selalu mendapatkan apa yang diinginkan, tapi pasti dalam hidup akan merasakan apa yang diinterpretasikan," Ucap Arkan lantang.

" Maksudnya apa?," Ucapku yang bingung.

" Ck lemot banget, cari tau sendiri gua mau cabut," Ucap Arkan yang sudah menyalakan mesin mobilnya.

" Yayayaya , maksih untuk tumpanganya dan hati-hati di jalan beruang kutub," Ucapku yang langsung keluar dari mobil Arkan.

Buk

Kini aku sedang berjalan dan Arkan pun telah pergi.

Banyak pasang mata yang melihat ke arahku ada yang melihat sinis , penasaran dan tatapan lainnya.

Aku berjalan dengan santai tidak perduli dengan mereka yang melihatku dan tujuanku hanya satu sebelum mulai upacara aku ingin ke kantin terlebih dahulu karena tadi aku tidak sempat mampir ke tempat makan favorite ku.

Aku pun menyusuri lorong dan saat di perjalananan aku melihat ke arah loker yang terbuka dan loker itu adalah miliku sendiri.

" Siapa yang buka loker aku yah," Ucapku pada diri sendiri.

Aku berjalan ke arah loker untuk meneliti apakah ada yang hilang. Namun sayangnya aku tidak kehilangan apaapun hanya saja aku menemukan sebuah amplop coklat.

Dengan hati-hati aku membukanya.

Deg

Amplop itu berisi sebuah foto dua lelaki parubaya yang satu adalah Ayahku dan yang satunya tidak jelas karena wajahnya telah di robek.

Maksudnya apa ini pikirku.

Aku memasukan foto itu ke dalam tas dan akan memikirkannya nanti. tiba-tiba tepukan seseorang membuatku terperanjat.

" Kai?,"

" Eh Andin kapan dateng?," Ucapku padanya.

Orang itu adalah Andin .

" Dari tadi sih , lo tadi di anterin siapa?," Tanya Andin.

" Itu di anter temen Din," Ucapku bohong.

" Temen apa temen ," Ledeknya sambil tersenyum jahil.

" Apaan sih udah yu ah kantin " Ucapku langsung menggandeng tangan Andin.

" Tapi mobil yang dia pake limited edition lo?,"

Aku udah tau Andin makanya aku juga tadi kaget pas liat Batinku.

" Iya aku tau Andin ,"

" Lo keren tapi bisa bikin Sma Garuda penasaran?,"

" Man__,"

" Arghhh ganteng banget,"

" Gila sekolah kita kedatangan cogan,"

Ucapanku terpotong saat mendengar pekikan siswi yang sangat heboh karena ke datangan seseorang.

" Siapa sih heboh Banget?," Tanya Andin.

" Mana aku tau, dari tadi aku sama kmu,"

Andin yang penasaran pun menerobos kerumunan siswi yang sedang histeris di kantin dan aku hanya mengikuti nya saja dari belakang.

" Yaampun oppa," Pekik Andin yang sudah sampai depan kerumunan.

" Hah opah tua dong?," Tanyaku padanya.

" Oppa Kaila Oppa ," Teriak Andin padaku.

" Berisik ,"

" Tuh liat ganteng banget?," Tunjuk Andin pada orang itu.

Aku pun melihat ke arah orang yang di tunjuk Andin.

Deg

Tubuhku menegang dan bola mataku membulat sempurna.

"Ke-kenan," Ucapku gapap.

" Lo kenal dia Kai?," Tanya Andin.

" Ngga ,"

Dadaku tiba-tiba sesak rasanya aku ingin menangis. Kenapa Kenan muncul di hadapanku dan yang lebih parahnya lagi dia akan bersekolah di sini.

Bagaimana dengan hari-hariku di sekolah aku tidak ingin melihat wajahnya lagi sungguh orang itu sangat memuakan.

" Kai dia liatin lo?," Sahut Andin tiba-tiba.

Aku pun langsung melihat ke arahnya dan benar saja Kenan saat ini sedang melihatku dengan senyumnya yang sangat menjijikan.

" Aku ke kelas Din," Ucapku pada Andin.

Setelah mengatakan itu aku berlari untuk menghindari tatapan Kenan. Dia kesini pasti memiliki tujuan dan niatnya pasti sangat buruk.

" Kai lo kenapa tinggalin gua?," Pekik Andin setengah berlari.

" Kamu kan tadi masih liat dia , aku cape pengen di duduk,"

" Katanya mau ke kantin?,"

" Ngga jadi aku malah mendadak pegel gini," Jawabku bohong.

" Yaudh deh ayo ke kelas sebelum upacara di mulai,"

Aku mengangguk pada Andin.

Karena rasa lapar Kaila sudah hilang karena Kenan akhirnya Kaila memutuskan untuk pergi ke kelas saja.

Tanpa Kaila sadari ada seorang laki-laki dan perempuan yang sedang memperhatikannya sedari tadi dengan tatapan yang sulit di artikan.

°°°°

Universitas Harvey College.

POV Arkan.

Arkan saat ini telah sampai di kampus usai mengantar Kaila tadi.

Dengan wajahnya yang telah kembali seperti semula Arkan berjalan dengan langkah lebarnya sambil mengusap jambulnya kebelakang membuat siswi yang melihatnya memekik histeris.

Saat di perjalanan Arkan memikirkan Kaila karena gadis itu terang-terangan memperlihatkan kesedihannya tadi.

Mau sampe kapan lo bakalan sembunyiin itu dari gua gadis kecil Batin Arkan.

Arkan tersenyum mengingat tingkah konyol gadis itu. Meskipun Arkan belum menyukai nya tapi gadis itu berhasil membuatnya sedikit berbeda.

"Ayang ," Pekik seorang wanita.

"Kenapa lagi sih tuh women,"Gumanku jengah.

Wanita tadi adalah Melinda yang saat ini sedang berjalan ke arahku bersama dayang-dayangnya.

Aku yang malas dengannya memilih untuk pergi saja namun dia malah menghadangku dan mencekal tanganku.

" Apaan si," Ucapku menghempaskan cekalannya.

" Kasar banget sih,"

" Bodo,"

" Arkan aku kesini mau bilang kalau Raihan nembak aku?,"

Arkan mengeryit

" Hubungannya sama gua apa?," Ucapku cuek padanya.

" Ya aku bilang aja siapa tau kamu bakalan cemburu gitu soalnya aku udah terima Raihan?," Jawabnya dengan muka so imut.

" Sayangnya gua gak cemburu sedikit pun ," Jawabku dan langsung pergi meninggalkan Melinda.

Melinda saat ini sedang menghentak-hentakan kakinya karena misi membuat Arkan cemburu telah gagal.

" Liatin aja lo Arkan," Ucap Melinda yang kesal namun masih bisa aku dengar.

Aku memijit pelipisku yang sedikit pusing.

Karena setiap bertemu dengan Melinda membuat kepalaku sakit karena tidak ada habisnya dia selalu menggangguku. Muak sekali rasanya.

Dengan langkah yang sangat lelah aku telah sampai di kelas dan di sana sudah ada Vito, Reno dan Raihan.

" Hallo para cunguk abadi ," Sapaku pada mereka.

" Kirain kita lo gak akan masuk?," Tanya Reno.

" S Arkan mah rajin gak kaya lo dikit-dikit bolos ," Timpal Raihan.

" Gua gak lagi ngomong sama reptil kaya lo ya," Sahut Reno nyolot.

" Berisik omongan lu pada kaga mutu ," Ucap Vito cuek.

" Diem lo kulkas," Ucap mereka bersamaan.

Vito hanya memutar bola matanya malas.

" Jadi lo kapan mau cerita Ar? Semalam kan lo gak balik lagi?," Tanya Reno.

" Sekarang ," Ucapku pada Reno yang sudah bawel.

Aku juga sudah memutuskan untuk menceritakan kepada mereka dengan syarat untuk merahasiakan semua ini dari yang lain.

Kini aku tengah menjelaskan kepada mereka tentang pertemuanku semalam dan juga perjodohan dengan gadis itu serta alasanku mengubah tampilanku menjadi cupu.

Mereka semua tampak kaget walau Vito terlihat cuek tapi aku sangat yakin dia juga sama seperti Reno dan Raihan.

" Jadi lo udah tunangan?," Pekik Reno.

Pekikan Reno mengundang tatapan teman di kelas.

Raihan yang paham akan suasana ini pun angkat bicara.

" Maaf semua s Reno lagi gak jelas ," Ucap Raihan dan kini mereka telah melanjutkan kembali aktivitasnya masing-masing.

" Ck berisik Reno , gua tadi udh bilang jangan berisik," Omelku padanya.

" Tau tuh berisik kambing ,"

" Iya-iyah sorry elah ,"

" Jadi kapan lo nikah?," Ucap Vito tiba-tiba.

" 2 Minggu lagi ,"

" Tapi lo kan belum kerja Ar?," Tanya Raihan.

" Eh reptil kaya gak tau aja orang tua dia , Arkan mah gampang kalau mau kerja bisa di tempat bokapnya sendiri," Timpal Reno.

" Iya dan bokap juga belum ada ngomong lagi sama gua ,"

" Gilasih Arkan bisa dapet calon istri anak SMA," Sahut Reno yang tidak abis pikir.

" Udah takdir ," Timpal Vito.

Melihat mereka yang masih adu mulut dan aku hanya bisa menyimaknya saja.

Karena aku sedang berfikir sebentar lagi tanggung jawab itu akan aku lakukan.

Menjadi seorang pria yang baik untuknya walau nanti aku masih sangat canggung dengannya.

Mungkin aku hanya butuh beberapa waktu saja untuk bisa terbiasa dengan keadaan dan juga terbiasa dengannya.

Gadis kecil yang sangat merepotkan.

" Ar lo udah denger belum?," Ucap Reno padaku.

" Ngga emang apa?,"

" S Raihan jadian sama s Melinda,"

" Itu gua udah tau , tadi anaknya nemuin gua,"

" Bukan itu Ar masalahnya," Ucap Reno gusar.

" Terus apa?," Jawabku dengan alis terangkat.

" S Raihan taruhan sama s Miko , siapa yang bisa jadi pacar s Melinda dapet motor ninja milik s Miko,"

" Mantap ga Ar gua di terima sama s Melinda terus dapet motor s Miko," Ucap Raihan dengan bangga.

" Gada bagus-bagusnya sama sekali , dosa lo mainin anak orang ,"

" Gimana lagi s Miko yang ajakin yaudh gua terima aja,"

" Jangan pernah jadiin perempuan sebagai bahan taruhan han, lo bakalan kena akibatnya nanti,"

" Tau tuh , perempuan itu di sayang di manjain jangan di sakitin apalagi di mainin ," Timpal Reno.

" Karena sakit hati tidak seenak lo makan kurma ," Sahut Vito.

" Ck giliran kaya gini aja pada kompak ," Raihan berdecak kesal.

" Kita semua perduli sama lo ngasih tau , pikirin masa depan jangan mainin cewe terus ,"

" Bener kata Reno han, masa depan lo tergantung diri lo sendiri kalau lo tetap kaya gini gua yakin masa depan lo akan suram ," Ucapku serius padanya.

" Iya-iya nanti gua berubah ," Ucapnya pasrah.

" Berubah jadi manusia yang benar jangan jadi kambing ," Sahut Reno sambil tertawa.

Saat sedang memperhatikan mereka tiba-tiba aku teringat dengan Kaila.

Ko gua inget gadis cebol itu ya , apa dia baik-baik aja Batinku

Punya nomernya dari om Toni tapi gengsi kalau hubungin duluan.

Tapi yaudhlah buang gengsi itu aku cuma mau memastikan aja ko takutnya dia berubah pikiran.

Arkan meronggoh tas nya untuk mengambil benda tipis itu dengan telaten Arkan telah mengirim pesan pada Kaila.

Namun berkali-kali terus di hapus oleh nya karena masih gengsi kalau kirim pesan langsung kasih perhatian jadi Arkan memutuskan untuk mengirimnya begini saja.

Kaila cebol🐈

08:00 AM

[ Ini gua Arkan?]

[ Save nomer gua , takutnya nyokap suruh jemput ]

Karena memang Bu Talita menyuruh Arkan menjemput Kaila.

Udah lah gini aja kalau ngasih perhatian nanti dia malah ledekin gua Batinnya

" Selamat pagi semua ,"

Usai mengirim pesan Arkan memasukan ponselnya kembali karena dosen telah masuk.