Chereads / Dungeon Master (Indo) / Chapter 9 - Chapter 9 - Masalah di Kanada

Chapter 9 - Chapter 9 - Masalah di Kanada

Keesokan harinya.

Aku terbangun tapi, Yao masih tertidur diatas tubuhku. Aku membelai kepala dan punggungnya agar dia terbangun.

Yao sedikit membuka matanya.

"Good morning, sleepy head." Aku menyapa Yao dan mencium keningnya.

"Selamat pagi, darling." Yao mencium bibirku.

"Kapan kita berangkat ke lokasi penemuan?"

Yao kemudian menoleh kearah jam dinding. "Sekarang masih jam 7. Kita mandi dan sarapan dulu. Mungkin jam 9."

Setelah mendapat jawaban, aku langsung mengangkat Yao dan menggendongnya ke kamar mandi.

Setelah mandi dengan sedikit terlalu banyak intimasi, Kita berdua melanjutkan sarapan di rumah makan yang kita kunjungi semalam.

"Yao, semalam kamu buruk sekali." Ucap pemilik rumah makan.

"Jangan ingatkan aku. Agh!!!" Yao marah kepada pemilik rumah makan.

Aku hanya tersenyum dan menepuk kepala Yao. "Bisa kita pesan menu sarapan?"

Pemilik rumah makan melihat kearahku yang dengan tenang menepuk kepala Yao dan ke arah Yao yang terlihat malu. Dia tersenyum dan memberi jempol kepadaku.

"Spesial for the day! Aku akan beri nutrisi yang banyak. Uwahahahaha..."

"Damn you Chen. Jangan terlalu banyak berasumsi!"

Aku melihat kearah Yao dengan wajah bingung. "Dia tidak salahkan?"

Yao sedikit memalingkan wajahnya dan berkata dengan pelan.

"Apa kamu tidak malu berdiri bersama wanita tua jelek sepertiku?"

"Jika kamu jelek, berarti semua wanita di dunia ini hancur."

Yao sedikit tersenyum.

"Percaya dirilah, kamu adalah seorang wanita yang di pilih oleh Windfrost. Jadi jangan menunduk seperti itu." Aku tersenyum dan menepuk kepala Yao.

Yao tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

Setelah itu, kita sarapan dengan sedikit candaan daro Chen Bai, pemilik rumah makan itu. Dia pria baik, teman yang bisa mendukung. Dia bahkan memberiku ramuan agar aku bisa tahan lama nanti malam. Sungguh teman yang baik.

Setelah sarapan dan melakukan perjalanan selama lima belas menit. Kita menjumpai sebuah portal penutup jalan.

"Berhenti, bisa tujukan identitas anda!" Tanya seorang tentara yang menjaga jalan.

Yao mengeluarkan kartu anggota yang dia miliki.

"Sdri. Yao Ru, asisten dari Profesor Albert Windfrost Hiroka. Silahkan masuk. Selanjutnya."

"Dia asistenku untuk kali ini." Yao mencoba menjelaskan situasiku.

"Maaf, saya perlu mencatat siapa saja yang masuk."

Aku menghentikan Yao dan memberi kartu identitas pribadi ku.

Tentara itu terkejut setelah melihat kartu identitas pribadi yang aku tunjukkan. Tentu saja, dia melihat kartu identitas seorang Windfrost.

Tentara itu menundukkan kepalanya dan meminta maaf. Aku hanya tersenyum menepuk pundak Tentara itu.

"Yao, bisa tolong pegang kamera ini."

Yao sedikit bingung, tapi dia membantu tanpa banyak tanya.

"Siapapun yang berusaha masuk harus menunjukan identitas mereka. Ini pesan dari saya. Windfrost."

Aku merekam diriku sendiri beserta identitas pribadi ku dan memberi aebuah pesan.

Setelah pesan selesai. Aku memberikan video itu kepada tentara itu.

"Kalau ada yang berusaha masuk tanpa identitas. Tunjukan saja video ini. Dan jika dia masih memaksa, hubungi nomor ini. Ini nomor pribadi dari Renovich Windfrost."

Aku menepuk pundak tentara itu yang membeku karena kaget dengan apa yang terjadi dan meninggalkannya.

'Sebentar lagi, kita bisa melihat apakah cincin ini benar-benar milik Soloman.'

'Tenang saja master. Aku bisa membedakannya.'

Tidak lama, kita berdua sampai di sebuah tenda besar yang menutupi hampir seluruh area. Kita langsung menemui ketua kelompok yang bertugas di tempat itu.

Disana aku melihat seorang wanita yang mungkin tidak lebih dari 25 tahun dengan rambut pirang sebahu dengan poni menutupi sisi kanan wajahnya. Matanya berwarna violet. Dia mengenakan kemeja putih tanpa lengan. Dan sebuah choker merah menghiasi leher putihnya. Untuk bawahan, dia mengenakan sebuah celana lapangan yang sering digunakan oleh pekerja bangunan.

"Vera, long time no see."

Perempuan itu menoleh setelah mendengar suara Yao.

"Senior. Kapan kamu sampai?"

'Benar lebih muda dari Yao.'

'Master.'

'Sabar'

"Baru saja, bagaimana dengan cincin yang di temukan. Apakah benar milik Raja Solomon?"

"Menurut data, ini memang milik Raja Solomon. Tapi sayangnya bukan Lemegeton." Jawab Vera. Dia kemudian melorik kearahku.

"Vera?" Yao bertanya karena dia melihat kalau mata Vera sesekali tidak fokus ke pembicaraan mereka.

"Eh.. ah.. iya.. tidak apa-apa. Hanya..." Vera menoleh kearah ku?

Aku bingung dan menunjuk kearahku sendiri.

"Huhf... Alan, kamu terlalu tampan untuk berada disini." Yao kemudian melihat kesekelilingnya.

"Lihat, mereka semua tidak fokus bekerja."

Mendengar ucapan Yao, semua terlihat gugup dan langaung bergegas.

"Bukan itu, tapi..." Vera sedikit sungkan untuk bicara.

"Ah..." Yao menyadari sesuatu.

"Pria ini Alan Windfrost Hiroka. Yang kemarin menemukan hubungan antara semua barang-barang milik Raja Solomon dengan rasi bintang." Yao memperkenalkanku dengan bangga. Tapi dia juga setengah memelukku.

'Pacarku terkenal.' Bisik Yao.

"Alan... Windfrost!!!"

Semua terkejut dengan apa yang mereka dengar.

"Wind... Windfrost... Profesor Windfrost... Alan... Ahhh..." Vera menyadari sesuatu.

"Baru sadar?" Yao sedikit menggoda Vera.

"Tentu saja tidak sadar. Aku pikir kamu membawa model atau apa. Terakhir aku melihat dia, dia tidak setampan sekarang!"

"Hahahahahahahaha....."

Aku bignung dengan apa yang mereka berdua bicarakan. "Apa maksud kalian?"

"Profesor Windfrost pernah memamerkan fotomu 5 tahun yang lalu. Jadi sebenarnya sedikit banyak ada yang tahu kamu itu siapa. Tapi setelah 5 tahun, kamu berubah sekali."

"Jadi karena aku berubah?" Aku melihat kearah Yao.

"Eh. Bukan! Sejak awal aku me.. Ahhhhhhhh..." Yao langsung berlari keluar tenda.

Aku hanya tersenyum.

"Ano... Alan, kamu benar-benar berubah. Pertama aku melihatmu, kamu sungguh terlihat kekanak-kanakan. Sekarang kamu terlihat sangat dewasa." Vera sesyikit memuji.

Aku hanya memiringkan kepalaku dan kemudian mengulurkan tanganku.

Vera tersadar dengan apa yang aku inginkan dan menerima uluran tanganku.

"Vera Kaulbach."

"Alan Windfrost Hiroka. Salam kenal."

Vera menganggukkan kepalanya.

"Alan, apa kamu kesini ingin melihat cincin yang kita temukan?"

"Iya, soalnya banyak cerita mengenai cincin dari Raja Solomon. Salah satunya Lemegeton."

"Tapi ini bukan Lemegeton. Masih berdasarkan spekulasi kami, ini cincin pernikahan Raja Solomon dengan putri Pharaoh."

"Oh... Bukankah ini adalah salah satu dosa Raja Solomon. Yang mengakibatkan dia dihukum oleh Tuhan dan kerajaannya hancur?"

"Sebetulnya cerita ini belum bisa dipastikan. Kebenaran tentang pernikahan ini juga tidak bisa dipastikan. Memang di beberapa kitap ditunjukan kalau Raja Solomon melakukannya dan berdosa. Tapi, cerita terkadang tidak sesuai dengan kenyataan."

"Itu kenapa aku suka dengan archeologist. Kita berusaha sekuat tenaga mencari kebenaran yang ada dari dalam sebuah cerita."

"Semangat kalau begitu." Aku menepuk pundak Vera. Dia terlihat tersenyum dengan wajah malu.

Ketika aku berjalan bersama Vera menuju tempat penyimpanan cincin itu. Yao tiba-tiba melompat kearahku. Karena alu tidak mau dia terjatuh, aku menerima Yao begitu saja.

"Wha... Senior." Vera terlihat terkejut melihat Yao menggantung di tubuhku.

"Apa yang kalian bicarakan?" Yao cemberut.

"Cincin pernikahan Raja Solomon dengan putri Pharaoh." Aku menjawab.

"Oh..." Yao tersenyum.

Melihat Yao yang seperti anak-anak, aku langsung menciumnya. Hal itu sangat mengejutkan untuk Vera bahkan untuk Yao sendiri.

"Alan, itu tidak sopan." Vera terlihat malu dan marah.

Aku dan Yao melihat kearah Vera dan tersenyum.

Yao kemudian menciumku. Vera sangat terkejut dengan kejadian ini. "Senior?" Dan terlihat sedikit kecewa.

"Vera, kalau kamu mau, kamu bisa join kok."

Aku terkejut dengan apa yang aku dengar.

"Kamu tahu, aku tidak begitu percaya diri bisa menjadi satu-satunya untuk pria ini. Tapi selama aku bisa menjadi salah satunya. Aku tidak keberatan dengan ini semua." Ucap Yao sembari mengelus perutnya.

"Sejak kapan?"

"Semalem." Yao tersenyum lebar dan kemudian tertawa.

"Wha... Aku pikir sudah lama!" Vera mendekat dan memarahi Yao yang masih menggantung di tubuhku.

"Come on..." Yao menantang Vera.

Vera terlihat kesal dan kemudian dengan wajah marah dan malu, dia menciumku.

Yao langsung tertawa bahagia.

"Alan, sebetulnya dia sudah suka sama kamu sejak pertama profesor memamerkan fotomu. Tapi karena dia pikir dia terlalu tua untukmu, dia tidak berani mengatakannya." Yao tertawa sembari menjelaskan.

"Senior, kamu tidak perlu menceritakannya." Vera terlihat malu.

Aku hanya bisa tersenyum dan kemudian menarik Vera kepelukanku dan mencium keningnya.

Vera terlihat malu tapi membalas pelukanku.

"Kita lebih baik melanjutkan apa yang harus kita lakukan." Yao berkata dengan wajah tanpa dosa.

"Kamu yang memulai semua ini kamu, senior."

"Hahaha... Maaf, ayolah, cintamu tersampaikan, apa buruknya."

"Setidaknya..."

"Jangan berharap banyak. Kita bukan wanita yang punya banyak waktu." Yao berkata sembari turun dari rubuhku. Kemudian berjalan dan menggandeng tangan kiriku.

Melihat itu, Vera juga melakukan hal yang sama dengan tangan kananku. Kita bertiga kemudian berjalan seperti ini hingga kita sampai di tempat penyimpanan.

'Asmodeus, bagaimana?'

'Bukan Leme. Lagi pula tidak berguna. Ini hanya cincin biasa sebagai bukti kalau putri Pharaoh adalah Istri Raja Solomon. Dan benda yang lain juga tidak ada gunanya'

'Kita lebih baik pergi ke tempat penemuan. Mungkin ada yang tersisa.'

"Bisa kita pergi ke tempat penemuan?" Aku bertanya.

"Bisa saja. Senior, kamu juga sebetulnya mau ketempat itu, bukan?"

"Yup, aku kesini untuk memeriksa tempat itu lebih lanjut."

Setelah itu, masih dengan Yao dan Vera menggandeng kedua tanganku, kita berjalan hingga sampai di tempat penemuan.

Disana Asmodeus juga tidak merasakan apapun. Sehingga aku memutuskan untuk membantu apa yang harus Yao lakukan.

Setelah membantu sedikit lama, Yao menarikku ke tempat yang sedikit sepi dan kemudian menciumku.

"Alan... Maaf kalau aku tadi bicara sedikit lancang."

Aku bingung.

"Maksudku, bukannya aku tadi seperti seorang yang menjual mu?"

Aku tidak perduli dan mencium Yao.

"Apa kamu tidak masalah aku punya wanita lain?"

Yao menganggukkan kepalanya. "Aku memang berpikir aku tidak akan bisa menjadi satu-satunya untuk mu. Kamu terlalu mempesona untuk dilewatkan. Kalaupun kamu nanti lupa dengan ku karena kamu memiliki yang lebih dari ku, aku tidak akan menyesali apa yang kita lakukan tadi malam." Yao tersenyum.

Aku menjentikkan keningnya dan menciumnya.

"Kamu tahu, aku sekarang sangat terangsang. Aku ingin mendorongmu dan melakuaknnya denganmu disini sekarang." Aku kemudian mencium Yao.

Yao tidak melawan. Aku yakin kalau aku melakukan lebih dari ini, dia tidak akan melawan. Tapi, aku tidak akan melakukan hal itu.

"Sepertinya, nanti malam ada yang butuh hukuman." Aku tersenyum dan meninggalkan Yao berdiri terdiam disana.

Setelah meninggalkan Yao, aku langsung menemui Vera yang sedang mengerjakan dokumen yang perlu dia selesaikan.

"Alan? Apa senior sudah selesai?" Vera langsung melanjutkan pekerjaannya setelah melihat kalau aku yang masuk.

"Belum, tapi sepertinya dia perlu serius dengan sesuatu, jadi aku tinggalkan dia agar aku tidak mengganggu."

Aku kemudian mendekati Vera. Aku melihat dia menulis sebuah laporan.

"Apa kamu butuh waktu lama?"

Vera melihat kearahku dan menjawab. "Tidak, mungkin beberapa menit lagi."

Aku kemudian berdiri di belakangnya dan memeluknya. Vera tidak menolak dan menikmati pelukanku. Setelah itu, dia begitu cepat menyelesaikan tugasnya.

Dan setelah dia menyelesaikan tugasnya. Dia langsung berdiri, mendorongku, dan langsung menciumku. Aku tidak menolak dan membalas ciuman Vera.