Hari kembali berlalu dengan begitu cepat tanpa peduli apakah Nina mendapatkan pekerjaan baru atau Gabriel yang terus berusaha membersihkan nama baik hotelnya agar bisnisnya dapat kembali berjalan dengan normal sembari memikirkan sosok Nina yang tak dikenalnya namun ia merasa tak asing dengan perempuan pegawai part time di resto keluarga miliknya.
"Tuan Gabriel. Kita sudah dapat memberikan surat terbuka tentang kasus ini dengan bantuan kerjasama pihak kepolisian sehingga nama baik hotel pasti akan pulih perlahan"
"Bagus. Kuharap secepatnya nama baik hotel kita kembali. Lalu bagaimana dengan info tentang pembunuhan itu?, apa motif sebenarnya dari pelaku?"
"Menurut laporan yang diberikan pihak kepolisian berdasarkan saksi dan rekaman cctv. Pembunuhan itu diduga karena seorang tamu yang menyewa di kamar di lantai sembilan hotel kita itu tengah mabuk. Jadi pembunuhan ini terjadi karena ketidaksengajaan, namun pelaku sudah ditahan oleh polisi"
"Lalu bagaimana dengan keluarga pegawai kita yang menjadi korban ini?. Apakah ada tuntutan yang datang?"
"Sepertinya kita harus menghadiri persidangan, Tuan. Tapi jangan khawatir, hal seperti ini dapat ditangani dan sebisa mungkin akan diselesaikan dengan cara kekeluargaan"
"Baiklah. Beritaukan saja jadwalnya. Kita nanti berangkat ke pengadilan. Lalu bagaimana kondisi divisi Housekeeping?"
"Untuk divisi Housekeeping tidak ada masalah tuan, hanya saja kita jadi kekurangan seorang pegawai room attendant, jadi saya sudah memasang info loker untuk posisi tersebut. Dan untuk jadwal anda, hari ini kita ada meeting pagi setelah itu kita bisa langsung berangkat ke pengadilan, setelahnya anda akan menghadiri undangan makan malam dari klien kita"
"Baiklah. Terimakasih atas laporannya, Rob. Kau bisa pergi"
"Baik. Permisi, tuan Gabriel"
"Oh, aku lupa bilang tentang peningkatan kinerja di divisi keamanan dan tentang membawa alkohol ke hotel ..." gumam Gabriel setelah mengingat sesuatu, jadi ia hanya mengetiknya dan mengirim email ke Robin, asistennya agar ia membantu mengurus masalah itu.
Setelah mengirim email. Gabriel menghela nafas. Akhirnya satu-persatu masalahnya selesai juga dan ia hanya harus menyelesaikan sisanya. Sebagai penerus RiAL group yang baru, Gabriel masih harus bekerja keras untuk mempelajari banyak hal sekarang karena yang ia urus bukan hanya hotel Lotus miliknya, tapi ratusan hotel yang ada di Indonesia milik RiAL group, ditambah perencanaan pembangunan hotel lain di luar negeri serta beberapa pembangunan apartement mewah yang masih menunggunya.
Gabriel tak menyangka jika menjadi penerus perusahaan milik ayahnya itu sangat berat karena banyak yang harus ia kerjakan, tidak seperti awalnya dimana ia hanya diberikan hotel Lotus untuk di urusnya. Hotel Lotus sendiri merupakan hadiah dari sang ayah si ulang tahunnya yang ke tujuh belas tahun untuk Gabriel agar putranya itu dapat belajar lebih mandiri lagi dengan menghasilkan uang sendiri dan belajar manajemen perusahaan agar saat waktunya ia di angkat menjadi penerus RiAL group secara resmi, ia sudah siap dan memiliki pengalaman.
***
[Ada dua loker di hotel Lotus. OB/OG (diutamakan pria) dan Room Attendant. Lo bisa coba apply lamaran di posisi OG, soalnya itu satu-satunya yang menerima lulusan SMA, sedangkan loker di posisi Room Attendant harus lulusan S1 jurusan perhotelan. Tapi kalau Lo mau coba apply lamaran doble juga oke aja sih, semoga beruntung!]
"Oke, thanks ya, Ta buat infonya. Gw bakal langsung apply"
[Welcome, beby Nin. Btw, Elle mana nih?]
"Lagi tidur, Ta"
[Yah!. Ya udah deh, gw juga mau balik kerja. Udah mau abis jam istirahatnya]
"Oke, Ta. Semangat kerjanya!"
[Lo juga ... eh bentar. Gw lupa mau bilang sesuatu tentang hotel Lotus. Katanya dua hari yang lalu ada pembunuhan di hotel itu dan korbannya salah seorang petugas Room Attendant, jadi mereka kayanya buka loker itu gegara kekurangan staf deh. Btw, gw bukannya mau nakut-nakutin Lo, gw cuma mau ingetin Lo aja. Stay safe yak. Orang jahat dimana-mana sekarang]
"Oke. Thanks Arista kesayangan gw. Lo juga stay safe ya. Oke, bye!"
[Bye!]
Panggilan video call itupun berakhir. Baru saja Nina bernafas lega dan merasa ada harapan setelah mendapatkan info loker itu, tapi setelah mendengar peringatan Arista, Nina jadi mendadak merinding. Ia pun mengurung niatnya untuk apply doble lamaran dan hanya mencoba satu yakni sebagai Office Girl di hotel itu. Dan satu hal lagi, jika diterima bekerja disana, ia akan langsung meminta agar gajinya dipotong untuk membayar cicilan sewa Ballrom hotel. Entah kebetulan atau kesialan apa yang datang padanya karena loker itu berasal dari hotel Lotus tempatnya memiliki hutang. Meski begitu, ia tidak boleh membuang sedikitpun kesempatan yang datang padanya.
Keesokan harinya, Nina meminta izin di tempat kerja part timenya karena ia ingin menghadiri wawancara pekerjaan di hotel Lotus setelah mendapatkan panggilan. Untungnya atasannya memahami posisi Nina jadi ia tidak dipersulit dan diizinkan.
Disaat Nina menghadiri sesi wawancaranya, di waktu yang sama, Gabriel kembali mengunjungi restorannya hanya untuj melihat pekerja paruh waktunya itu disana, namun sayangnya ia tak menemukannya hari ini. Dan karena penasaran, ia pun bertanya kepada manager disana tentang keberadaan pegawai bernama Nina itu dengan memakai sedikit alasan tanpa harus membuka jati dirinya sebagai seorang Gabriel Alexander Lee, sang penerus baru di RiAl group. Resto keluarga itu sebenarnya adalah awal dari semua bisnis keluarga Alexander Lee. Mereka tidak membuat resto itu menjadi restoran mewah. Mereka tetap mempertahankannya sebagai restoran keluarga yang dapat didatangi pengunjung umum dari kelas menengan sekalipun. Bisa dikatakan, resto itu juga sebagai tempat bagi keluarga Alexander Lee bersantai seperti orang-orang biasa pada umumnya, tanpa harus memakai jas dan dasi serta hal mewah lainnya.
"Jika boleh tau, anda siapanya Nina ya?" Tanya sang manager dengan penuh teliti karena ia sendiri juga harus melindungi privasi karyawannya, meski Nina hanya bekerja part time disana.
"Aku sepupu jauhnya Nina. Aku disini untuk mengawasinya atas perintah ibunya karena Nina adalah orang yang keras kepala. Ibunya takut Nina bekerja terlalu keras sehingga ia tak melanjutkan studinya dengan benar" jelas Gabriel dengan memakai informasi yang sudah ia miliki tentang Nina dan menurut pengamatannya sendiri selama di resto itu.
Sang Manager nampaknya percaya dengan kata-kata Gabriel karena pria itu pun memiliki aura kepercayaan diri yang tinggi, ditambah dengan informasi tentang Nina yang dirasanya, Gabriel memang merupakan kerabat jauhnya karena nampaknya ia lebih mengenal Nina. Jadi, dengan mengurangi keraguannya, sang manager itu memberitaukan kemana Nina pergi hari ini.
"Melamar pekerjaan ke hotel Lotus?"
"Ya. Dia bilang hari ini dapat panggilan wawancara disana"
"Hm, kalau begitu terimakasih. Pak. Saya permisi ..."
Segera setelah mendapatkan informasi itu. Gabriel langsung melaju ke hotel Lotus-nya. Ia tak menyangka jika gadis itu akan melamar pekerjaan disana dan sekarang tengah menghadiri sesi wawancaranya.
"Hanya ada dua loker di hotel Lotus. Apakah dia melamar ke posisi Room Attendant?" Fikir Gabriel, namun sayangnya tebakannya salah karena Nina hanya melamar sebagai seorang office girl yang lebih rendah dari posisi Room Attendant.
Saat datang. Gabriel sangat tepat wakti karena ia datang disaat Nina baru saja masuk untuk di wawancara HRD sehingga ia dapat memperhatikan gadis itu dari balik ruangan HRD sembari mendengarkan wawancara mereka dan alangkah terkejutnya Gabriel ketika Nina mengatakan tentang latar belakang keluarganya dan dirinya yang ternyata sudah menikah dan memiliki seorang anak perempuan.
"Di posisi ini, sebenarnya pegawai diharuskan tinggal di asrama yang sudah disediakan. Jika anda di terima, bagaimana dengan anak anda?"
"Saya bisa menitipkannya ke ibu saya, tapi jika diterima saya ingin bernegosiasi agar bisa diizinkan pulang ke rumah, setidaknya tiga hari sekali atau seminggu sekali"
"Baik. Lalu dengan gaji. Apakah sudah sesuai dengan ekspetasi?"
Nina mengangguk, "sudah, dan untuk gaji, saya ada sedikit permintaan"
"Permintaan?"
"Ya ... " Nina pun menceritakan sedikit tentang hutang di ballroom hotel itu dan ia juga berharap dengan cerita itu, ia juga dapat diterima bekerja disana.
"Baik. Kami akan pertimbangkan semuanya dan terimakasih sudah menghadiri wawancara ini. Silahkan menunggu infonya yang akan keluar setelah beberapa jam dan akan langsung dikirim ke email masing-masing pelamar"
"Baik. Terimakasih banyak. Permisi"
Nina pun akhirnya bernafas lega setelah selesai wawancara yang selalu membuatnya tegang. Walau begitu, ia belum bisa bernafas lega sepenuhnya karena belum mendapatkan jawaban apakah dirinya di terima bekerja atau tidak.
Sementara itu, Gabriel yang mendengar tentang hutang Nina di hotel milknya itu semakin dibuat gelisah. Perasaan Gabriel berkecambuk. Ia merasa tidak asing dengan semua hal tentang Nina, tapi ia tak bisa mengingatnya. Gabriel banyak melupakan ingatannya karena ia tengah mengalami amnesia ringan setelah mengalami kecelakaan di Amerika setahun yang lalu. Ia bahkan tak ingat kenapa ia bisa kecelakaan di Amerika saat itu?, atau kenapa dia berada di Amerika?. Apakah dia tengah liburan sendiri disana?. Gabriel tak ingat.
"Selamat siang, Tuan muda Lee. Apakah ada sesuatu yang anda butuhkan dari saya?" Ucap HRD yang telah selesai mewawancarai semua pelamar yang mendapatkan undangan.
"Selamat siang, Miss Sisca. Saya ingin melihat profil yang melamar pekerjaan, terutama ke posisi Room Attendant"
"Ada delapan orang yang melamar ke posisi room attendant, Tuan. Ini berkas mereka"
"Hm, dan yang itu berkas apa?" Tanya Gabriel pura-pura tidak tau.
"Yang ini berkas pelamar pekerja di bagian office boy, tuan. Ada sekitar dua puluh yang melamar. Delapan belas pria dan dua wanita" jelas Miss Sisca sang HRD di hotel Lotus sembari memberikan berkas-berkas itu.
"Hm. Kita sudah memiliki banyak staff office boy. Kita bisa terima office girl. Yang satu ini nampaknya pekerja keras yang perfeksionis. Kita membutuhkannya dan bisa menerimanya" ucap Gabriel sembari menyerahkan berkas milik Nina.
"Tapi tuan, dia memiliki anak kecil yang baru berusia satu tahun. Aoakah bisa dipertimbangkan?"
"Tadi aku sudah mendengar wawancara kalian. Kau bisa menerimanya dan membiarkan dia pulang ke rumahnya setiap tiga hari sekali" jelas Gabriel yang mengisyaratkan Miss Sisca agar ia meloloskan Nina bekerja disana.
"Kalau begitu, selama masa training, saya akan memperhatikan kinerjanya. Jika dia bisa menepati waktu atau mungkin bisa datang lebih cepat, kita bisa menjadikannya pekerja tetap disini"
"Ya, aku terima usulanmu" ucap Gabriel yang tak ingin terlalu terlihat membantu Nina untuk lolos disana dan bersikap senatural mungkin karena ia takut jika Nina lolos berdasarkan keputusan atasan begitu saja, ia pasti akan membuat banyak karyawan lama yang telah bekerja susah payah demi diterima disana akan memusuhinya.
Setelah itu, Gabriel memutuskan untuk istirahat karena kepalanya sangat sakit setelah begitu keras mencoba mengingat tentang Nina yang mungkin dia kenal.