Meskipun merupakan lokasi bisnis dan tempat-tempat mewah, tapi tetap saja ada satu dua yang membuka resto dan toko lainnya yang masih dapat di jangkau dengan harga murah dan dapat dikunjungi siapapun. Tak jarang, orang-orang kaya pun memilih makan resto yang murah untuk menghemat pengeluaran karena orang yang benar-benar kaya akan tau bagaimana ia harus mengeluarkan duitnya yang tak melulu harus untuk gaya hidup karena ada banyak orang kaya yang berasal dari orang bawah yang bekerja sangat keras dan memahami bagaimana sulitnya mencari uang. Nina menjadi salah satu orang kaya yang pernah menikmati hasil kerja keras ayahnya yang telah berjuang dari bawah, meski saat ini Nina harus kembali jatuh dan merasakan sendiri kerja banting tulang dari titik terendah di hidupnya.
Setelah sampai di resto, Nina memesan sate ayam dengan lontong dan segelas jeruk nipis peras hangat.
Nina dan Jason berbincang bincang tentang kehidupan mereka. Kehidupan Jason masih biasa saja seperti dulu. Kedua orang tuanya masih sibuk mengurus urusan masing-masing dan jarang ada di rumah, terlebih orang tua Jason sebenarnya menikah karena perjodohan, jadi mereka tidak terlalu akrab dan juga tak terlalu memperdulikan Jason. Mereka hanya perlu memberikan kebutuhan Jason sejak kecil dan hanya sedikit memberikan perhatian, jadi Jason pun merasakan kehambaran dalam hidupnya. Setelah itu, Nina pun juga menceritakan sedikit kehidupannya saat ini sehingga Jason menjadi sangat terkejut dengan keadaan Nina yang sudah menikah dan memiliki seorang anak, tapi sayangnya suami dan ayahnya sudah meninggal.
"Jadi paman Roy sudah meninggal ya. Padahal paman sangat baik padaku. Kita dulu sering ditraktir makan es krim bareng kan, Nin?. Inget gak"
"Iya. Inget kok. Kamu selalu pesan es krim coklat extra coklat. Gak habis fikir deh kalo kamu sekarang kurus, padahal dulu kamu berlemak, haha!"
"Heh!. Jangan gitu dong. Dulu kan aku memuaskan perutku!. Sekarang aku udah puas tapi sayang belum ada yang bisa memuaskan hatiku"
"Apaan tuh, kode?. Jangan sama janda. Cari yang masih fresh sono!"
"Haha!"
Keduanya pun berbincang hangat dan sesekali tertawa karena saling menghibur. Dan tanpa sadar waktu berlalu. Mereka pun kembali ke kamar masing-masing untuk istirahat dan kembali bekerja besok pagi sekali.
Begitu masuk kamar, Nina duduk sebentar di pinggir kasur lalu tidur setelah ia melepaskan semua pakaian dalamnya. Sejujurnya, Nina selalu tidur tanpa pakaian dalam yang membuatnya sedikit sesak. Nina pun tidur hanya dengan sepasang baju tidurnya dan menyelimuti tubuhnya dengan selimut yang ada disana.
Di tempat lain. Gabriel memandang laptopnya dan membeku. Ia masih terkejut dengan apa yang ia lihat. Tanpa ada yang tau, Gabriel memantau Nina dari cctv yang ada di kamar itu. Tadinya ia hanya ingin melihat kegiatan Nina tanpa niat apapun. Awalnya, Gabriel melihat kamar Nina yang tak ada orang sehingga ia penasaran kemana perginya, Nina?. Jadi ia hanya diam menunggu sampai sosok Nina memasuki kamarnya dan alangkah terkejutnya ketika ia tau jika Nina tadi habis pergi dengan Jason untuk makan malam.
Setelah mengetahui itu, Gabriel merasa kesal kembali. Namun rasa kesalnya sudah dibayar tunai karena tiba-tiba Nina membuka pakaiannya dan melepaskan pakaian dalamnya begitu saja di atas kasur sebelum akhirnya ia memakai kembali setelan baju tidurnya dan tidur.
Pemandangan tak terduga itu benar-benar membuat Gabriel tak bergeming seolah nyawanya telah pergi. Ia tak percaya dengan apa yang ia lihat tadi. Penampakan tubuh Nina yang tanpa busana untuk sesaat membuat Gabriel mengosongkan otaknya. Setelah sadar ia segera menutup laptopnya dengan membantingnya.
"A-apa yang terjadi tadi?!" Batinnya. Meski kejadian itu berlalu begitu cepat, namun kejadian cepat itu terus berulang di kepala Gabriel sehingga ia dapat terus mengingatnya dan saat ini ia tengah berusaha melupakan apa yang ia lihat tadi. Ia tidak ingin menodai Nina dengan fikiran kotornya.
Gabriel beberapa kali memukul kepalanya sendiri dan pergi ke balkon untuk melihat pemandangan kota jakarta di malam hari dan juga langit yang rasanya begitu dekat namun nyatanya jauh dan sulit digapainya.
Niat Gabriel untuk sesekali memantau Nina melewati cctv langsung lenyap. Ia tak akan melakukannya lagi. Ia hanya perlu melihat Nina secara langsung. Namun bagaimana caranya?. Ia juga tak bisa menganggu perempuan itu dalam pekerjaannya, sampai sebuah pemikiran terlintas di kepalanya yang mulai dapat berfikir jernih lagi setelah beberapa saat yang lalu fikirannya mendadak sangat keruh.
"Jika aku tak bisa mendatanginya untuk melihatnya. Aku bisa membuatnya datang padaku agar aku bisa melihatnya ..." gumam Gabriel.
***
Setelah memasuki jam setengah satu. Nina istirahat dan baru bisa melihat ponselnya dan melihat jika ada pesan masuk dari Gabriel yang ia kenal dengan nama Alex yang merupakan seorang mahasiswa. Dan saat melihat waktunya. Gabriel mengirim pesan itu kemarin malam, tepat saat Nina sudah tidur sekitar jam setengah sepuluh.
[Hai Nona. Maaf, aku hanya ingin bertanya sesuatu. Beberapa hari ini aku ke resto dan aku tidak melihatmu sedikitpun. Apa kau tengah mengambil cuti?]
"Apakah tuan muda Alex itu mencariku?" Gumamnya. Ia pun memberitaukan yang sebenarnya pada Gabriel jika ia sudah tak lagi bekerja di resto. Nina bahkan menjelaskan juga jika dirinya hanya part time disana dan sudah bekerja di tempat lain.
Di waktu yang sama, saat Nina tengah mengambil makan siangnya. Gabriel secara diam-diam juga mengambil tempat duduk yang tidak terlalu mencolok sehingga ia dapat memperhatikan Nina dari sana. Setelahnya, Gabriel pun ikut sibuk memandang ponselnya yang sudah mendapatkan balasan pesan dari Nina dan dibuat tersenyum olehnya.
[Oh. Jadi selama ini kau hanya part time ya. Sayang sekali, aku jadi tidak bisa lagi mengobrol langsung denganmu tentang makanan. Kau tau, berkat ulasan makanan di resto itu, aku jadi dapat menyelesaikan tugas penelitianku. Kuharap kau tidak keberatan jika aku sering berbicara lewat chat ini?]
Ting!.
Saat menyeruput es teh nya. Nina kembali membuka pesan yang masuk. Ia tak menyangka jika Gabriel akan membalasnya secepat itu, tapi Nina segera paham. Mungkin karena tugas akhirnya sudah selesai, dia jadi memiliki waktu senggang yang banyak?. Toh kelihatannya dia seperti berasal dari orang berada, jadi dia tidak akan sibuk kocar-kacir mencari kerja. Bisa saja ia akan meneruskan perusahaan orang tuanya setelah lulus kuliah kan?.
[Tentu saja. Kita bisa berbicara lewat chat. Tapi aku tidak bisa selalu membalasmu tepat waktu karena pekerjaanku cukup padat, tuan Alex]
Ting!.
Gabriel membaca pesan itu dan mengetik balasannya lagi. Ia sangat menikmati waktunya itu meski tak bisa berbicara langsung dengan Nina. Ia sendiri bahkan sering lupa jika Nina sudah menikah dan terus mengikuti keinginan egonya saja.
[Apa pekerjaan barumu?, sepertinya sangat menyita waktu ya?. Apa menurutmu pekerjaanmu melelahkan?]
Nina kembali membaca pesan itu dan hanya tersenyum. Ia ingat ketika mamahnya juga bertanya serupa seperti yang ditanyakan Gabriel. Tapi Nina segera ingat sesuatu. Jika tuan muda Alex yang dikenalnya iti berasal dari orang kaya dan mengetahui pekerjaan Nina yang sebenarnya saat ini. Nina penasaran, apakah Alex akan perlahan menjauhinya atau tetap mau bicara dengannya. Jadi Nina pun dengan sengaja memberitaukan tentang pekerjaannya. Sejujurnya ia hanya iseng melakukan itu. Lagipula jika Alex pergi, ia tak akan rugi apapun juga, toh mereka tak terlalu mengenal. Nina hanya penasaran dengan respon yang akan diberikan sosok tuan muda kaya itu.
[Sebenarnya aku mendapat pekerjaan di hotel dan sekarang aku tengah dalam masa training sebagai office girl. Jika kau bertanya apakah pekerjaan ini berat atau tidak. Sebenarnya pekerjaan ini memamg cukup berat untukku karena aku harus bolak balik beberapa lantai, tapi aku beryukur dengan pekerjaan ini. Setidaknya aku bekerja jujur dan tidak memilih menjadi pencuri ...]
Begitu membaca pesan Nina yang cukup panjang itu. Gabriel mengerutkan dahinya sampai alis tebalnya hampir bertaut. Ia cukup kagum karena Nina tak menuliskan keluhan yang membuat orang empati. Ia hanya menunjukan jika dirinya adalah sosok yang kuat yang tidak terlalu suka dikasihani. Tapi ia sedikit penasaran, kenapa nampaknya bolak balik membersihkan lantai seberat itu?. Bukankah dia menaiki lif khusus karyawan untuk pergi ke setiap lantai?.
"Apakah aku harus membuatnya hanya bekerja di lantai bawah saja ya?" Batin Gabriel. Ia pun mengalihkan pandangannya dari layar ponselnya dan berganti melihat sosok Nina yang nampaknya kini hendak menelpon seseorang. Gabriel juga tak melihat jika Nina menunjukan kesedihan. Perempuan itu mampu menutupi perasaan aslinya dengan baik dan tetap tersenyum lebar ketika ia menghubungi seseorang lewat video call.
"Siapa yang dia hubungi?. Suaminya?" Batin Gabriel. Hanya itu yang dapat ia tebak karena Nina terlihat bahagia. Siapa lagi jika bukan karena suaminya?. Gabriel pun baru sadar kembali jika perempuan yang ia incar itu sudah menikah.
"Haruskah aku mencari tau tentang suaminya itu?" Gumamnya. Gabriel masih merasa tak terima jika Nina sudah menikah, padahal ia sendiri masih belum dapat mengingat apapun tentang Nina yang mungkin dikenalnya atau mungkin ia hanya salah orang karena sebenarnya ada orang lain yang mirip Nina yang ia kenal?. Apapun itu, Gabriel masih merasa asing dan familiar dengan Nina secara bersamaan.
Sementara itu, Nina sebenarnya tengah menelpon mamahnya karena ia ingin melihat kondisi putri kecilnya. Apakah ia sudah makan atau belum?, atau ada masalah lainnya?. Nina tetap tak bisa tak merasa khawatir terhadap Elle.
Disis lain, Gabriel membalas pesan Nina lagi. Ia bahkan memencet tombol telpon untuk menghubungi Nina lalu mematikannya lagi dengan sengaja hanya untuk mengganggu komunikasinya dengan seseorang yang tidak ia ketahui itu.
[Kau bekerja di hotel?. Hotel mana?. Mungkin hotel yang tak jauh dari resto?. Mungkin kita bisa bertemu secara kebetulan juga karena aku sedang akan menuju ke hotel untuk bertemu dengan temanku disana. Tapi aku akan ke hotel Lotus sih ...]
[Oh ya. Maaf. Tadi aku salah pencet telpon. Aku tidak bermaksud menganggu kerjamu]
Setelah mengirim pesan itu dan membuat Nina harus mengakhiri panggilan videonya. Gabriel pun tersenyum. Ia merasa puas dan dengan santai menunggu Nina membalas pesannya lagi. Nina hanya boleh berbicara dengannya jika di hotel dan ia hanya boleh dilihat oleh Gabriel seorang jika di daerah kekuasaannya itu. Begitu fikirnya.