Chereads / Cinta sang CEO Misterius [IND] / Chapter 10 - 9. Penyamaran Gabriel

Chapter 10 - 9. Penyamaran Gabriel

"Perempuan mana yang tidak bisa kau dapatkan?, dan perempuan mana yang bisa membuatmu jatuh cinta?. Benar-benar hebat dia ..." ucap Robin dengan nada menyindir sahabatnya yang sudah banyak menolak perempuan selama ini tapi tiba-tiba ia jatuh cinta sekarang sehingga Robin merasa tertarik dengan sosok yang dapat menaklukan hati sahabatnya itu.

Gabriel memandang ponselnya. Ia memiliki beberapa foto Nina yang agak buram karena ia mengambilnya secara dadakan ketika mendapatkan kesempatan, namun ada satu yang terlihat cukup jelas. Itu adalah foto yang ia ambil ketika Nina istirahat makan siang tadi. Gabriel bahkan merasa cukup beruntung karena ia mendapatkan foto Nina yang tengah tersenyum mesi wajah tersenyumnya ia arahkan ke ponsel yang dipegangnya ketika Nina menghubungi seseorang dengan cara video call.

Gabriel mengerutkan dahinya. Perasaannya kembali bergejolak ketika ia hanya bisa menebak jika siang tadi Nina bahagia karena tengah bicara dengan suaminya. Saat membayangkan ada pria lain yang bisa membuat Nina sebahagia itu, Gabriel menjadi kesal. Sama ketika saat Nina berbicara dengan Jason saat itu. Namun jika dengan Jason, ia masih dapat menegur kedekatan mereka yang akrab. Tapi jika dengan suaminya, apa yang bisa Gabriel lakukan?.

"Aku harus bagaimana?" Guman Gabriel. Ia melempar ponselnya ke sofa di sampingnya dengan perasaan frustasi. Ia bahkan mulai memaki dirinya sendiri, "kenapa kau harus jatuh cinta dengan istri orang Gabriel?!"

Sudah jauh di mata, sulit digapai pula. Ah, kenapa jatuh cinta bisa sesulit ini?, fikir Gabriel.

Robin tentu melihat sikap frustasi dari sahabatnya itu. Itu adalah sebuah pemandangan baru yang ia lihat karena biasanya Gabriel hanya pernah menunjukan wajah tertekan karena pekerjaannya, bukan karena seorang wanita.

"Jadi. Kenapa kau tidak ceritakan siapa wanita itu, sobat?. Mungkin aku bisa membantumu mendekatinya?" Ucap Robin.

Gabriel menggeleng. "Sebanyak apapun kau membantuku mendekatinya, rasanya mustahil aku bisa dengannya" ucap Gabriel.

Gabriel menaikan bahunya dan mengisyaratkan ia tak punya pilihan lagi dan sudah buntu. "Sekarang aku mungkin hanya memiliki kesempatan menjadi sahabatnya saja, tak lebih" lanjutnya. Nada berbicaranya benar-benar pasrah. Ia mengambil ponselnya lagi dan membalas pesan dari Nina yang belum sempat ia balas siang tadi.

"Hei. Setidaknya beri tau aku siapa perempuan itu?. Kau harus bertanggung jawab karena sudah membuatku penasaran kan?. Anggap saja ini bayaran karena kau tidak hadir di rapat sore tadi. Kau tau?, beberapa klien itu menyindirku!" Jelas Robin dengan nada malas.

Gabriel merasa bersalah pada sahabatnya itu jadi ia pun mengambil sebuah berkas dokumen dan melemparkannya pada Robin.

"Apa ini?. Berkas lamaran pekerjaan milik seseorang-" Robin berhenti berkata-kata ketika ia membuka file dan melihat sebuah foto wanita yang tetap cantik tanpa make up tebal.

"Wow!" Robin bersiul terkagum-kagum dengan rupa perempuan di foto itu berukuran 3x4 itu lalu melanjutkan membaca profilnya secara keseluruhan.

"Nina Rayna?" Gumam Robin. Ia lalu terdiam sejenak untuk berfikir. "Rasanya aku pernah mendengar nama ini ..."

Robin pun mencari tau tentang Nina dan menemukan fakta jika Nina memiliki hutang sewa Ballroom mewah di hotel Lotus milik sahabatnya itu. Tapi yang menjadi perhatian Robin adalah nama Nicolas Tristan yang menyewa Ballroom atas namanya. Meski begitu, Robin kini ingat jika pemilik nama Nina Rayna itu adalah nama seorang pengantin wanita yang menikah dengan pengantin pria bernama Nicolas Tristan yang menyewa Ballroom di hotel Lotus setahun yang lalu.

"Kau gila, EL?. Bagaimana bisa kau menyukai istri orang?!" Tukas Robin yang sudah selesai memproses semua hal di otaknya.

"Sudah kubilang. Aku lelah dan ya, mungkin kau benar. Aku juga sudah gila. Aku menyukai perempuan yang jelas sudah memiliki suami. Makannya aku bilang, dia itu sosok yang sulit ku gapai atau mungkin mustahil kugapai?" Ucap Gabriel dengan malas karena ia harus mengulang pernyataan menyebalkan jika ia tak mungkin bisa memiliki Nina.

"Tapi, apa kau tidak penasaran dengan hutang sewa Ballrom ini? Tanya Robin yang tertarik dengan masalah milik Nina.

Ketika mendengar hal itu, Gabriel pun mengganti perhatiannya dari ponsel ke sebuah berkas yang diberikan Asisten HRD-nya waktu itu. Berkas itu memuat tentang hutang sewa Ballrom yang dibicarakan Nina sehingga ia harus memotong gajinya untuk membayarnya.

Gabriel menyerengit. Sebuah fikiran baru masuk kedalam kepalanya.

"Kenapa dia meminta potong gaji seolah dirinya yang harus menanggung hutang sewa Ballroom ini?" Gumam Gabriel. Ia berfikir seharusnya sosok Nicolas ini yang berusaha membayarnya kan?. Dan Gabriel yang awalnya hanya tertarik dengan Nina kini akhirnya mengetahui nama suami sosok wanita yang ia sukai itu.

"Nicolas Tristan ... " gumamnya. Ia juga merasa pernah mendengar nama itu dan sekarang tak hanya tentang Nina. Gabriel pun merasa harus mencari tau tentang sosok Nicolas Tristan yang beruntung karena mendapatkan Nina sebagai istrinya yang cantik dan begitu pekerja keras. Sangat jarang ada wanita cantik yang seperti Nina dan karena hal itulah Gabriel tertarik dengan Nina. Meski rasa tertarik Gabriel masih lebih besar datang karena ia merasa tak asing dengan Nina.

"Rob. Cari tau tentang Nicolas ini" ucap Gabriel pada Robin yang kini sudah berganti mode lagi menjadi asisten pribadinya.

"Baik tuan muda Gabriel"

Keesokan harinya. Gabriel sudah berkata untuk makan siang dengan Nina di jam istirahatnya sehingga ia harus mengambil bentuk sosok Alex yang Nina kenal.

Gabriel mendatangi salon terbaik langganan keluarganya dan meminta seseorang untuk menata penampilannya seperti biasa ketika ia ingin pergi ke resto. Ia meminta agar dibuat seperti seorang mahasiswa yang segar dan terlihat santai dengan penampilan kasualnya.

Seorang penata rambut profesional itu kembali memakaikan wig rambut berwarna agak kecoklatan natural lalu menatanya seperti penampilan biasa para mahasiswa yang terlihat keren dan santai, tak seperti penampilan asli Gabriel yang terkesan sangat kaku dan profesional dengan berbagai setelan kemeja dengan jas, dasi, sepatu pantofel, dan rambut yang ditata rapih ala seorang pemimpin.

"Bagaiman tuan muda Lee?. Apakah sudah cukup seperti ini?"

"Ya. Sudah cukup. Terimakasih" Ucap Gabriel. Ia lantas menambahkan sentuhan di wajahnya dengan memakai kacamata  seperti biasa hanya untuk hiasan karena ia tak memiliki masalah apapun dengan kedua matanya yang sehat.

Setelah itu, Gabriel lantas kembali mengirim pesan pada Nina hanya untuk memastikan apakah Nina mau bertemu dengannya atau tidak dan juga Robin yang akan berperan menjadi teman yang ingin ditemuinya di hotel Lotus.

[Hai. Apa aku bisa menemuimu siang ini?]

Send.

Di tempat lain. Di dalam ruang peralatan, Nina tengah meletakan peralatan bersih-bersihnya ke sebuah loker lalu bersiap untuk pergi ke kantin karena waktu istirahatnya sudah datang. Namun kali ini Nina sedikit merapihkan pakaiannya dan rambutnya. Ia juga mengelap keringat di wajahnya dan memoles sedikit make up agae terlihat segar karena ia tidak mungkin memberikan penampilan tidak enak dipandang pada dua tuan muda yang akan ia temui hari ini. Ditambah dalam pertemuan makan siang, meski Nina harus tetap memakai seragam petugas kebersihannya. 

Setelah selesai, Nina melihat ponselnya dan melihat ada pesan masuk lagi dari Gabriel. Untuk sesaat ia tersenyum dan berfikir jika sosok Alex ini benar-benar sopan karena dia kembali bertanya kepada Nina untuk memastikannya apa mereka bisa bertemu seperti janji atau tidak. Padahal kebanyakan tuan muda seperti Alex harusnya bisa langsung datang seenaknya saja tanpa perlu memperdulikan siapa yang akan ditemuinya atau siap atau tidak orang yang akan ditemuinya itu.

[Kita bisa bertemu, Tuan Alex]

Send.

"Hai, Nin. Ayo ke kantin bareng" ajak Rina, seorang office girl baru yang juga diterima bekerja di hotel bersama dengan Nina. Keduanya jadi akrab karena Rina memiliki nama belakang yang sedikit mirip dengan Nina yakni Rina Ryn, meski alasan Rina akrab dengan Nina sebenarnya karena ia mengetahui tentang Jason yang merupakan teman lamanya. Rina menyukai Jason sejak pertama mereka bertemu ketika melamar pekerjaan di hotel waktu itu dan nampaknya takdir mempertemukan mereka lagi karena keduanya diterima bekerja disana.

"Hm, Ryn. Aku bakal makan bareng seseorang, jadi ... kenapa kamu gak makan siang bareng Jason aja?" Jelas Nina yang sudah tau jika Rina menyukai Jason dan sudah sepakat untuk membantunya mendekati Jason.

"Aku udah chat Jason biar duduk di bangku biasa. Kamu bisa kesana sendiri kan?" Ucap Nina sembari memberi kode dengan matanya.

Rina tersenyum dan langsung memahami maksud Nina. "Kamu emang pengertian. Thanks ya!" Ucap Rina dan langsung pergi ke bangku dekat jendela dimana ia sering makan siang disana dan beberapa kali Jason juga bersamanya.

Setelah berada di depan Buffet, Nina sedikit dikejutkan dengan menu yang ada disana. Ia mengenali beberapa menu seperti stew yang pertama-tama ia ambil, dilanjutkan dengan beberala makanan penutup seperti puding telur dengan saus karamel, cheesecake, chocolate cake, dan sebotol air mineral. Nina merasa beruntung karena fasilitas makan untuk sekelas karyawan cukup mewah dengan kehadiran menu yang enak ditambah disediakan makanan penutup juga dan semuanya gratis. Tentu saja Nina tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu.

Setelah mengambil meja yang kosong di dekat jendela yang mengarah ke taman belakang. Nina pun menunggu Gabriel datang dengan penampilan sosok Alex.

"Tuan Alex, disini!" Panggil Nina ketika ia melihat sosok Alex bersama dengan seseorang temannya yang tak lain adalah Robin yang juga harus ikut dalam penyamaran.

Gabriel tersenyum ketika melihat Nina dan langsung menghampirinya.

"Hai" sapa Gabriel. Nada suaranya benar-benar lembut dan santai. Penampilannya pun segar dan tak kaku dengan setelan yang contrash satu sama lain antara celana jeans, kaos putih dan kemeja berwarna biru muda bermotif garis kotak biru tua yang ia gulung lengannya.

"Udah nunggu lama?"

"Enggak kok. Tuan sendiri bagaimana?. Apakah butuh waktu ke kantin karyawan ini?"

"Aku tinggal tanya petugas, santai aja"

"Jadi ... " Nina sedikit melirik Robin.

"Oh, ini temanku yang kukatakan. Namanya Nico" jelas Gabriel yang dengan sengaja memberikan nama palsu pada Robin dengan nama yang sama dengan nama suami Nina. Tak hanya namanya, namun Gabriel juga dengan sengaja membuat penampilan Robin mirip dengan sosok Nico berdasarkan data cctv yang terekam ketika Nina dan Nico datang denganya ke hotel Lotus untuk melakukan reservasi Ballroom yang akan mereka sewa untuk acara pernikahan. Robin sendiri memakai setelan celana jeans, kaos hitam dan jaket parka berwarna hijau army.