"Apa ada masalah, Nyonya Lily?"
"Ya. Petugas kebersihan bodoh ini sudah membuat baju-ku ... basah-" Nyonya itu berhenti berbicara ketika ia melihat sosok Gabriel yang ekspresinya begitu dingin tengah menatapnya tajam begitu ia menoleh ke arah orang yang berbicara dari arah belakangnya.
"Tuan Muda Lee. Oh ya ampun. Anda sampai repot turun untuk menjemput saya?!. Saya baru saja akan mengantarkan berkas bahan rapat hari ini tapi pegawai ini sangat tidak becus!" Nyonya Lily itu nampak mendelik manja ke arah Gabriel seolah ia pasti akan dibela dan di maafkan karena telat mengantarkan berkas yang seharusnya sudah ada di mejanya sejak tiga puluh menit yang lalu. Nyonya itu berwajah lega karena ia dapat menggunakan alasan dirinya jatuh dan mengkambinghitamkan Nina atas kesalahannya.
Gabriel melihat Nina yang masih menunduk. Tangannya sedikit gemetar ketika ia mendapati Gabriel datang dengan wajah yang cukup menyeramkan karena menahan emosinya. Sebenarnya Nina tegang karena ia takut mendapatkan amarah tambahan dari sosok pria yang datang kepada Nyonya yang baru saja jatuh dan memarahinya tadi.
"Anda telat lagi Nyonya Lily dan sekarang anda mau melemparkan kesalahan pada karyawan lain yang tidak bersalah?. Serendah itukah harga diri anda yang seharusnya menjadi contoh teladan karyawan lain disini?. Anda disini adalah seorang asisten manager hotel Lotus ..." ucap Gabriel dengan nada tegas memperjelas jabatan Nyonya Lily. Suaranya bahkan terdengar cukup kencang untuk di dengar beberapa staf yang ada di dekat meja resepsionis.
"Ta-tapi tuan muda. Karyawan ini-"
"Dia sudah melakukan pekerjaannya dengan benar dan memasang papan peringatan lantai basah itu" potong Gabriel dengan cepat "seharusnya anda berjalan dengan benar. Apakah loby hotel ini terlalu sempit untuk langkah kaki anda?!" Jelas Gabriel dengan menekan kalimat terakhirnya dan membuat Nyonya Lily merasa bersalah.
"Ti-tidak tuan muda. Loby hotel ini sangat luas dan bagus. Sa-saya yang salah, maafkan saya!"
"Minta maaf padanya juga. Kalian sama-sama manusia" jelas Gabriel yang sengaja menyindir Nyonya Lily karena kesal dengan sikapnya yang sok berkuasa itu. Ia bahkan kembali memperjelas status Nyonya Lily yang sama-sama makan nasi meski dirinya orang bergelar tinggi sekalipun.
Dengan enggan, Nyonya Lily pun meminta maaf pada Nina.
"Saya minta maaf" ucap Nyonya Lily dengan nada datar dan mata yang tak tak memandang Nina sama sekali.
"Maafkan saya juga, Nyonya. Ha-haruskah saya membersihkan pakaian anda?"
"Kau fikir bisa membersihkan pakaian mahalku-" Nyonya Lily menahan emosinya karena sadar jika Gabriel masih ada disana, "tidak perlu!" Ketus Nyonya Lily dengan sedikit berbisik. Ia kesal karena dipermalukan seperti itu namun ia tak boleh kehilangan pekerjaan hanya karena bajunya kotor.
"Sa-saya permisi tuan muda Lee. Saya akan menyiapkan berkas untuk rapat anda" ucap Nyonya Lily dengan sopan lalu pergi.
Sementara itu, Nina masih menunduk dan sesekali melihat sosok yang dipanggil dengan nama Tuan Muda Lee. Dan dari namanya Nina sudah dapat menebak jika tuan muda yang dingin itu pasti salah satu orang penting di hotel. Tidak. Bahkan di RiAL group karena ia memiliki nama keluarga Lee dimana nama perusahaan besar yang memiliki hotel tempatnya bekerja saat ini memiliki kepanjangan. Ri untuk nama Richard, A untuk Alexander, dan L untuk Lee. Jadi RiAL group merupakan singkatan nama pendiri dan pemilik perusahaan ini, yakni Richard Alexander Lee.
Nina masih gemetar. Ia bertambah takut ketika mendengar nama Lee. Ia takut jika ia akan dipanggil ke kantor sebentar lagi untuk mendapatkan surat pemecatannya. Dan jika ia dipecat, itu artinya ia akan kehilangan pekerjaan dan ia tidak akan bisa membayar keperluan dan hutangnya untuk akhir bulan ini. Jadi Nina secara berani langsung menjatuhkan dirinya dan bersujud meminta maaf.
"Tuan muda Lee. Tolong maafkan saya!. Saya benar-benar tidak sengaja!. Tolong jangan pecat saya!? Saya mohon!"
Gabriel terkejut ketika Nina tiba-tiba bersujud dan memohon maaf seperti itu di bawah kakinya.
"Ap-" Gabriel baru saja hendak berlutu dan membantu Nina untuk bangun tapi ia segera sadar dengan penampilannya saat ini sebagai CEO.
"Siapa yang menyuruhmu bersujud meminta maaf?!. Kau tidak salah dan jangan bersikap seolah kau orang yang bersalah!. Bangun dan lanjutkan pekerjaanmu" ucap Gabriel dengan suara yang datar dan dingin seperti tumpukan salju. Ia jelas marah pada sikap Nina yang merendahkan dirinya sendiri, namun ia tidak ingin Nina menjadi pusat perhatian karena sang CEO itu membantunya dan memberikan perhatian karena sosok Gabriel sebagai CEO lebih dikenal dengan sosok yang memiliki kepribadian dingin dan tegas sehingga para karyawan yang mengenalnya tentu sangat segan padanya meskipun sang CEO masihlah muda untuk mendapatkan sebuah rasa penghormatan.
Gabriel pun pergi dari sana. Sementara itu, Nina langsung dihampiri seorang penanggung jawab para petugas kebersihan di hotel itu.
"Nina. Apa yang terjadi?" Tanya sosok wanita yang berusia sekitar empat puluh tahun dengan suara lembut pada Nina karena baginya semua karyawan muda disana bagai anak-anaknya yang harus diperhatikan.
"Bu Lisa?" Gumam Nina ketika melihat sosok Bu Lisa dan ia pun menjelaskan apa yang terjadi setelah mereka ke belakang dan sudah jauh dari Loby yang untungnya sudah sedikit sepi ketika momen Nina bersujud meminta maaf tadi.
"Begitu ya. Untunglah tuan muda Lee orang yang bijak. Meski dingin, tapi dia bisa membedakan mana yang salah dan benar. Dia tidak melihat dari statusnya yang tinggi atau rendah" jelas Bu Lisa yang menunjukan rasa segannya oada sosok Gabriel.
"Apakah dia salah satu orang penting di perusahaan RiAL ini Bu Lisa?" Tanya Nina.
"Kau belum tau ya?. Dia penerus RiAL group yang sekarang. Dia CEO RiAL group muda yang membuat banyak wanita meleleh, namun sayang ia tidak bisa dicairkan oleh siapapun haha" jelas Bu Lisa yang kini justru bercerita seolah Gabriel adalah anaknya yang sangat kaku.
"CEO?!" Nina mendadak panik kembali.
"Gawat. Aku pasti akan dipecat!?. Aku harus bagaimana!" Lanjutnya.
"Hei. Tenangkan dirimu, sayang. Dia tidak akan melakukannya. Lagipula dia sendiri tadi yang membelamu kan?. Ah, kau beruntung tadi. Jika tuan muda Lee tidak ada disana, sekarang kau pasti sudah mendapatkan surat peringatan karena Nyonya Lily itu. Sudah cukup banyak karyawan yang dipecat karena keluhan asisten manager yang keterlaluan itu"
"Be-benarkah?. Aku tidak akan dipecat?"
"Aku yakin itu tidak akan terjadi. Lagipula kau bekerja sangat baik. Hotel ini rasanya lebih berkilau sejak kau datang kesini"
"Te-terimakasih, Bu Lisa"
"Sudah, tidak perlu kau cemaskan. Sekarang sudah hampir jam sembilan. Kau boleh kembali dan istirahat"
"Tapi masih ada lima belas menit lagi-"
"Itu dia hal yang kusuka dan tidak kusuka darimu. Kau sangat pekerja keras dan keras kepala. Jangan memaksakan dirimu. Kau boleh istirahat sekarang, sayang. Oke, sampai jumpa besok" ucap Bu Lisa sembari mengusap kedua pundak Nina yang tegang.
"Baik. Terimakasih, Bu Lisa. Selamat malam" ucap Nina. Ia pun membereskan perlengkapan bebersihnya dna kembali ke kamar dengan perasaan yang masih gusar. Namun rasa khawatirkan sedikit menguap ketika telpon dari ibunya masuk.
"Mamah?. Kenapa telpon aku?. Ada masalah?. Elle mana?"
"Elle udah tidur. Mamah cuma mau nanya. Besok kamu pulang kan?"
Nina langsung teringat jika ia besok masuk sif malam, jadi ia bisa pulang ke rumah seperti perjanjian bekerjanya untuk pulang ke rumah setiap tiga hari sekali.
Nina pun tersenyum dan benar-benar lupa dengan kejadian tadi untuk sesaat karena fikirannya kini dipenuhi oleh sosok Elle yang sangat ia rindukan. Padahal baru beberapa hari saja, namun Nina merindukan malaikat kecilnya itu. Ia ingin segera mengenggendongnya dalam pelukannya.
"Iya. Besok Nina sif malam jadi bisa pulang dulu ke rumah" jelas Nina.
"Mah, aku mau lihat Elle"
"Iya, ini. Jangan lama-lama. Mamah pegel pegang ponselnya" ucap sang mamah yang mengarahkan ponselnya ke wajah Giselle yang tengah tidur dengan nyenyak. Pipinya masih bulat seperti bapao putih yang diberi perona wajah merah muda.
Nina selalu merasa tenang dan energinya yang terkuras habis seperti kembali terisi penuh hanya dengan melihat putri kecilnya. Ia bersyukur dengan kehadiran Giselle yang awalnya membuatnya frustasi.
Bulu mata yang lentik, hidung mancung, dan bibir mungil yang cantik menghiasi wajah Elle. Nina membayangkan akan mirip seperti siapa Giselle ketika besar nanti.
"Kuharap akan mirip denganku saja" batin Nina. Ia mengambil beberapa screenshoot foto Elle yang tidur dari panggilan video call itu dan menjadikannya wallpaper ponselnya.
Setelah kegiatan singkatnya itu, Nina mandi dan bersiap untuk tidur. Ia membaringkan tubuhnya di ataa kasur dan melihat ponselnya dengan santai sebelum tidur. Nina melihat sosial medianya yang nampak sepi, tapi ia tidak memiliki masalag dengan itu karena ia dapat ketenangan darinya, tapi Nina sedikit merasa sedih saat melihat sosial media milik mamahnya yang followers-nya berkurang sangat drastis, bahkan mamahnya sudah banyak menghapus foto yang di uploadnya kesana, seperti foto jalan-jalan, foto barang-barang branded, dan foto moment pernikahan Nina di ballrom mewah hotel Lotus yang selalu membuat sang mamah seperti memiliki trauma jika mengingatnya karena di hari itu ayah Nina-Mas Roy, suami mamah Nina meninggal dalam kecelakaan pesawat.
Nina menghela nafas. Ia keluar dari sosial medianya karena tak ingin mengingat kenangan menyedihkan itu. Ia tak ingin kehilangan semangat saat ini karena ia masih harus bekerja keras.
Tanpa sadar Nina pun jadi kembali mengingat kejadian ketika ia mendapatkan masalah karena membuat Nyonya Lily terjatuh meski ia juga tau jika itu bukan kesalahannya, tapi tetap saja Nina masih mencemaskan masalah yang sudah selesai itu karena Gabriel kebetulan berada di loby dan melihat kejadian itu.
"Jadi, itu CEO-nya?" Gumam Nina. Iaencoba mengingat wajah Gabriel namun sia-sia karena Nina payah dalam mengingat wajah orang asing yang tak dikenal namanya apalagi tidak akrab satu sama lain. Namun ketika ia mencoba membayangkan wajah Gabriel yang muncul dalam benaknya justru wajah Alex yang merupakan samaran Gabriel.
Nampaknya Nina memikirkan pria itu tanpa sengaja dan dibuat tersenyum jika ia mengingat bentuk senyuman pria itu. Entah bagaimana, Nina lebih dapat mengingat jelas bentuk bibir Gabriel yang tersenyum tanpa bisa membayangkan wajah Gabriel secara keseluruhan. Tanpa disadari Nina jika pemilik senyuman hangat itu sebenarnya masihlah satu orang yang sama dengan sosok Gabriel yang memiliki wajah dingin tadi.