Gadis dengan pandangan kosong itu sedang memasang headsetnya, ia berdiri di depan mic yang akan menangkap suaranya yang merupakan dubber dari kartun yang sedang diproduksi untuk edukasi anak-anak. Gadis tersebut adalah Annisa Rahma, seorang tuna netra yang mengalami kebutaan sejak ia kelas dua SMA yang merupakan masa-masa tergelapnya. Akan tetapi kekuatan iman dan dukungan dari orang di sekitarnya membuatnya kuat meski tak jarang ada yang menghinanya.
Annisa dengan percaya diri tampil berkarir menjadi seorang pencerita dan orang yang dipercaya untuk menjaga anak-anak tetangganya, ia juga tak menghentikan langkahnya untuk senantiasa berusaha dengan kekuatannya sendiri. Annisa adalah pemeran penting di komplek tempat tinggalnya, ia sangat membantu banyak orang meski tak jarang ada yang membenci dan menghinanya.
Namun, Annisa hanya mengambil baiknya saja, mungkin mereka memang hadir untuk menguji kehidupannya. Menjadi tuna netra di ibu kota adalah hal sulit, tetapi tak sesulit yang orang lain bayangkan tentangnya. Annisa bisa melewati semuanya dengan lapang dada dan kekuatan yang ia dapa dari Allah Swt., ketika ia diuji dengan kebutaan itu, ia mungkin marah dan kecewa, tetapi seiring berjalannya waktu ia menjadikannya pelajaran. Mungkin hilangnya satu kenikmatan dunia untuk melihat, adalah salah satu bentu kasih sayang Allah padanya.
Kadang Allah menguji bukan untuk melaknat kita, tetapi untuk memberikan pelajaran bagi orang di sekitar untuk senantiasa bersyukur pada-Nya. Annisa memang sekuat itu, makanya ujiannya seberat itu pula. Ujian hinggap dalam diri kita karena kita kuat dan orang lain belum tenu bisa melewatinya. Di sisi yang lain, Annisa paham tempatnya dimana. Ia tau bagaimana akhirnya semua itu akan berakhir, lalu cahaya pun datang untuk memberinya kabar baik.
Maka setelah dua tahun Annisa menjalani kehidupan traggisnya itu, ia bisa menemui titik terang ketika seorang dari rumah produksi film kartun yang ada di Indonesia melihat bakatnya yang sedang bercerita pada anak-anak yang antusias.
Saat ini ia bisa menghasilkan banyak hal untuk mengangkat derajat orang tuanya. Anak yang dihina banyak orang, ternyata bisa lebih baik bahkan lebih baik dari anak-anak normal lainnya. Banyak yang menyukai Annisa, terutama sikapnya yang baik, lembut dan suaranya yang keibuan. Makanya ia selalu mengisi suara seorang ibu, atau seorang karakter kartun yang memiliki karakter lembut dan sabar.
Awalnya banyak yang meragukan kemampuannya hanya karena kondisinya, akan tetapi ketika orang-orang yang terlibat dalam proyek kartun itu mendengar kemampuan Annisa, mereka langsung setuju dan mempekerjakan Annisa sampai lima tahun lamanya. Kini usia Annisa menginjak usia 21 tahun, hampir 22 tahun. Ia bertakad menjadi seorang yang bisa bermanfaat bagi semua orang apapun kekurangannya.
Setelah selesai rekaman, Annisa pergi ke luar dan bertegur sapa dengan tim yang terlibat. Seseorang yang merupakan asisten produser memberinya air putih untuknnya dan langsung ia terima ketika merasakan ada botol menempel di tangan kanannya.
"Nih minum dulu, Kak," ujar Gita asisten produser.
"Makasih Gita," jawab Annisa tersenyum manis.
"Sama-sama Kak, keren loh tadi," ujar Gita.
Gita memang anak yang ceria, ia masih seorang mahasiswa semester tiga yang merantau ke ibukota untuk mengadu nasib. Gadis itu tetap memiliki aura positif meski sering kena omel oleh Pak Dian, si produser galak yang suka marah-marah.
Akan tetapi Pak Dian akan selalu lembut kalau bersama Annisa, hal itu membuat Annisa berasumsi kalau yang membuatnya lembut karena ia buta, padahal Pak Dian naksiir padanya. Kalau saja sang ibu tidak menentangnya menikahi gadis buta, sudah ia nyatakan cintanya dari awal ia menyukai Annisa.
Annisa di antara kekurangannya, ia adalah gadis manis yang memiliki pandangan dan hidup yang jernih. Ia tak mengeluh atas apa yang ia alami, ia juga tak pernah merasa dendam ketika orang mengerjainya atau menghinanya. Makanya, meski ia memiliki kekuarangan, ia tetaplah memiliki banyak teman di manapun yang siap membantunya.
"Kak Annisa nanti pulangnya jalan lagi?" tanya Gita.
"Iya, tumben kamu nanyain itu, kenapa?" tanya Annisa menoleh dengan tatapan kosongnya.
"Aku mau ngreyen motorbaru sama Kak Annisa, mau kan," tawar Gita tersenyum lebar peuh harap.
Annisa berpikir sejenak, tetapi kemudian tersenyum dengan kekehan halusnya.
"Hehe cie motor baru, selamat ya. Oke aku ikut, pasti seneng nih aku jadi penumpang pertamamu."
"iya dong Kak, Kak Annisa kan special buat aku …." ujar Gita bergelayut di lengan Annisa.
"Makasih yah Kak, udah baik sama aku selama ini."
"Sama-sama, kamu juga baik."
"Aku baik karena Kak Nisa baik, aku selalu pingin punya Kakak, tapi malah aku anak sulung."
"Hus, nggak boleh ngomong gitu. Tapi meski begitu, kamu hebat kok, bisa sekuat sekarang."
"Huuuu terharu!" ujar Gita tambah memeluk Annisa.
Annisa mengerti dengan tingkah ajaib Gita itu, memang di era hari ini, sangat lelah menjadi tulang punggung keluarga di saat masih mengenyam Pendidikan. Pikirannya bercabang dan masih mengkhawatirkan 'besok makan apa'. Annisa kagum dengan Gita yang bisa sekuat ini sekarang, meski kelakuannya agak menjengkelkan di waktu-waktu tertentu.
"Gita!"
Gita langsung terkeut dan menegakkan duduknya, panggilam dari bos besar yang terlihat tetap galak. Ia habis mengawasi hasil record dari rekaman dan pengesuaian pada video kartunnya, lalu ia melihat Annisa dan Gita dengan melakukan drama para gadis yang menggelikan menurutnya tapi tidak untuk para gadis.
"Bawa tas saya kita langsung ke ruang rapat untuk bertemu dengan seseorang," ujarnya sebelum pergi dan melirik Annisa sekilas.
"Hem, Kak Annisa aku pamit ya, sampai ketemu nanti pas pulang."
"Iya, semangat."
"Semangat juga, Kakakku."
Annisa kemudian istirahat sebelum rekaman lagi, ia bergantian dengan dubber lainnya dan sekarang Yudha dan Dania yang merupakan teman dubbernya baru saja datang.
"Hai, Kak Annisa!" sapa Yudha.
Yudha ini masih SMP yang merupakan adik sepupu Dania, ia memiliki bakat dubbing dari kecil, kalau artis mungkin akan disebut artis cilik. Sementara Dania ia memulai karirnya dari menjadi Youtubber untuk mengisi suara-suara kartun yang ia edit sendiri, gadis yang multitalent.
"Hai, Yudha, baru puang sekolah pasti …."
"Wah kok Kak Nisa tau?"
"Tau dong, kan biasanya begitu," jawab Annisa terkekeh.
"Mudah banget ditebak ya Nis," ujar Dania.
"Iya."
Mereka kemudian menghafalkan naskah masing-masing sebelum mendapat giliran untuk rekaman. Memang perusahaan J-Production sangat terkenal karena berhasil memiliki sejumlah kartun yang sangat berkualitas, tak hanya menerjemahkan manga-manga dari Jepang atau kartun dari luar negeri lainnya.
Sebab di Indonesia memang jarang ada kartun lokal, seringnya menayangkan milik tetangga di TV, padahal tentu Indonesia tidak kekurangan seniman berbakat yang akan memiliki banyak karya yang akan menjadi ajang edukasi bagi anak-anak dengan gaya lokal yang unik.