Aku menaklukkan Iblis Yan dengan pedang Siang dan Malam. Karena sihir Putri Xia aku seharusnya mewarisi berbagai mantera yang dikuasai Iblis Yan. Ia menguasai Mantera kahyangan di mana ia menguasai pengendalian elemen terutama api, serta Mantera Siluman. Mantera ini memungkinkan Iblis Yan menguasai berbagai kekuatan Iblis. Seperti Mantera Kekuatan Siluman Buas, Mantera Kabut Kematian, Mantera kabut racun dan berbagai mantera yang seharusnya termasuk mantera terlarang karena menjurus kepada aliran sesat. Iblis Yan juga menggunakannya sama seperti Ayahanda Yueying yang menguasai Ajian Api Setan
" Lubang Hitam"
Ini adalah salah satu Mantera Kahyangan yang dikuasai Iblis Yan. Mantera yang memungkinkan seseorang berpindah ke tempat lain kurang lebih seperti mantera di film Dr Strange. Hanya saja mantera ini memunculkan semacam wormhole yang akan membawa kita ke tempat lain bahkan dimensi lain. Sedikit sentuh saja , bahkan seujung bulu, maka seseorang akan terhisap dan berpindah tanpa ia sempat berkedip. Aku dekati lubang hitam itu dan aku tiba-tiba saja berada di kamarku.
" wah jadi seperti ini dunia mu"
Dan tepat saat aku berpindah, Nona Qiao tiba-tiba sudah dibelakangku
" Nona!"
Aku terkejut bukan main. Tapi seperti yang kita tahu, seujung bulu saja dapat memindahkan kita ke tempat atau dimensi lain tanpa kita sadari. Nona Qiao pasti berada persis di dekatku
" aku ingin mengejutkanmu namun kau tiba-tiba menggunakan mantera itu."
Ucap Nona Qiao kita
" ah, baiklah Nona Qiao"
Sahutku
" tapi, kau tidak sedang hendak melarikan diri kan?"
Nona Qiao menatapku tajam
" tidak Nona Qiao. Aku hanya ingin menguji kemampuanku. Haruskah kita kembali?"
Nona Qiao menggeleng kepalanya
" tidak! Aku ingin lihat seperti apa duniamu!"
Aku keluar kamarku dan melihat tidak ada di sana. Aku menuruni tangga dan Nona Qiao ikut turun tepat di belakangku
" Eddy? Kamu pulang nak?"
Suara itu?
" Ma?"
Aku menoleh dan itu ibuku. Hanya beberapa bulan dan ibuku seperti menua dengan cepat. Ibuku mendekat dan langsung memelukku
" Putra bilang kamu lari dan ga akan balik sebelum ia meninggal. Mama Papa udah nyari kamu ke mana-mana terus kamu pulang. Ini seperti mimpi"
Ibuku menangis sejadi-jadinya. Nona Qiao seketika salah tingkah
" siapa itu?"
Ibuku tiba-tiba menyadari keberadaan Qiao. Nona Qiao tersenyum malu
" aku….tidak mengerti Ibumu berkata apa. Tapi, tolong perkenalkan namaku Li Xingqiao"
Nona Qiao membungkuk memperkenalkan namanya. Ibuku tidak bisa bahasa mandarin namun ia menangkap apa yang Nona Qiao katakan
" kayaknya mamanya Xi… Qiao ya?"
Sahut Ibuku
" bukan ibu tapi, Xingqiao. Li Xingqiao
Jawab Nona Qiao
" oh, Li Xingqiao. Dia siapa? Pacar kamu?"
Aku tersenyum malu. Nona Qiao juga bertanya apa yang ibuku baru tanyakan.
" Dia teman dari bos baruku Ma. Aku kerja di luar negeri sekarang"
Aku juga memberi tahu Xingqiao kalau apa yang baru aku katakan
" ah ya, tepat. Teman dari Majikanmu"
Sahut Nona Qiao. Ibuku memperkenalkan diri dan aku mengartikannya. Tak lama Ayahku keluar, aku memperkenalkan lalu memperkenalkan Nona Qiao.
" kami mau keluar sebentar Ma. Mungkin pulangnya ke rumah di PIK aja"
Aku bilang aku akan pulang ke rumah kami di PIK agar ibuku tidak menungguku
" ga pulang ke sini saja? Xingqiao juga boleh nginep lho."
Aku tahu ibuku rindu namun aku masih harus bangun dan bertugas kembali besok
" oh mau ketemu bos baru kamu besok. Mama seneng lah, Anak mama sudah mandiri. Terus jaga kesehatan ya. Xingqiao, jaga Eddy ya"
Aku tidak sempat mengartikannya namun Nona Qiao seperti menangkap bahasa tubuh Ibu serta Ayahku. Ia membungkuk dan menjawab
" siap Bu, akan ku jaga anak kalian"
Nona Qiao tetap menggunakan bahasa sopan meski secara teknis ia lebih tua dari kedua orang tuaku.
" lho ke mana mereka tadi pa? Kok cepat sekali?"
Aku berpindah dengan lubang hitam ketika kedua orang tuaku tidak sempat melihat. Dari Jakarta Selatan, aku berpindah ke pusat kota Jakarta, di area Monas. Jam menunjukkan pukul 7 malam. Ada perbedaan 4 jam antara Kepulauan Naga dan Indonesia
" hmm, jadi ini dunia asalmu. Menarik. Penuh Cahaya. Seperti Ibu Kota"
Gumam Nona Qiao. Ia menoleh ke sekitarnya, melihat pemandangan malam kota Jakarta. Memang sekilas mirip Ibu Kotanya. Hanya saja lebih modern dengan bangunan yang lebih tinggi dan terbuat dari beton
" wah kereta tanpa kuda. Menarik"
Lucu, tidak ada mobil di Negeri mereka. Tapi ada Kapal induk terbang yang sangat besar, dan pesawat tempur menyerupai alien
" uhuk! uhuk! Asap apa ini?!"
Nona Qiao seketika batuk ketika asap knalpot mengenai wajahnya
" ini Asap kendaraan Nona, hasil pembakaran bahan bakar fosil"
Jelasku
" luar biasa, kalian hidup dengan asal racun ini"
Sahutnya. Kami berjalan di trotoar. Beberapa melihat kami yang mengenakan hanfu di tengah keramaian, namun sebagian besar lagi tak peduli.
" ada banyak orang di sini. Tapi mereka sendiri-sendiri. Tidak ada yang peduli. Persis seperti Ibu kota. Kurasa aku tak suka. Kebisingan ini, keramaian ini."
Seperti inilah gambaran kota besar pada umumnya. Dan Nona Qiao, ia tidak menyukainya.
" mungkin aku terlalu lama diasingkan"
Sahutnya sambil tertawa kecil
" aku pun begitu Nona."
Sambungku. Nona Qiao menatapku serius
" tapi kita sama-sana dilahirkan di kota besar"
Gumam Nona Qiao
" dan sama-sama diasingkan"
Jawabku. Nona Qiao masih melihat-lihat ke sekitarnya
" Nona, sepertinya aku tahu tempat yang mungkin lebih baik"
Ucapku. Nona Qiao menatapku penasaran
" di mana?"
Kami berjalan ke tempat yang sepi lalu berpindah. Kami berpindah ke sebuah bukit di Bogor, Jawa Barat. Tempat biasa aku menyendiri. Kami berdiri di ketinggian melebihi 1000 meter dari permukaan laut. Dengan udara yang sejuk dan pemandangan malam kota Bogor. Ada bentang tua milik Belanda di sana yang tidak pernah ditemukan. Kami duduk di menara intai itu dan menatap ke pemandangan malam.
" aku suka tempat ini. Tenang, pemandangan indah, langit yang cantik, kita punya banyak kesamaan Bao an"
Gumamnya sambil duduk di pagar menara intai itu. Aku berdiri di sampingnya
" nama aslimu bukan Bao an, tapi kenapa kau menggunakan nama itu?"
Tanya Nona Qiao sambil menatapku bingung
" Nama itu muncul di pikiranku Nona. Mereka pernah menyebut aku gila karena aku merasa seperti pernah memiliki kehidupan lain. Punya anak, punya istri, dan sepertinya, itu namaku di dunia itu. Atau seseorang memberiku nama itu di dunia itu"
Jawabku. Nona Qiao mengangguk
" jadi itu bukan nama dari orang tuamu? Menarik. Itu marga paling umum serta nama paling umum di negeri kami. Artinya damai. Putri Xia pasti tahu apa itu gangguan jiwa atau sesuatu yang lain."
Sahutnya santai
" ia pernah melihatnya. Namun ia lari dan tak pernah membahasnya lagi"
Sahutku lagi
" hmm, menarik. Ia tidak pernah seperti itu. Ia wanita yang serius lho"
Ujar Nona Qiao.
" tapi sudahlah. Aku dengar dari Putri Xia, apa benar kau tidak pernah punya kekasih di negeri asalmu?"
Aku ingat putri Xia apa aku pernah punya istri atau kekasih di dunia asalku, dan aku jawab tidak
" aku hanya orang gila, Nona. Tidak ada yang menyukaiku. Bahkan wanita yang akan dijodohkan kepadaku, ia tidak menyukaiku. Begitu juga dengan sahabatku yang dibunuh Iblis Yan. Putra. Semua orang di sekitarku bersikap palsu."
Nona Qiao lalu tersenyum
" tapi Ayah dan Ibumu, mereka sepertinya orang baik"
Sahutnya
" Ayah dan Ibu adalah orang yang paling menerima kondisiku. Namun mereka tetap menuntutku lebih baik lagi. Mungkin karena aku anak laki-laki. Aku tak menyalahkan mereka. Tapi aku tak menyukai orang di sekitarku karena di mata mereka aku hanya orang cacat. Jika dipikir, aku hanya punya Ayah Ibu di kondisi semua orang membenciku. Terkadang juga, aku sendiri"
Nona Qiao lalu bangkit dari pagar menara intai itu dan berdiri di sampingku. Ia menatapku santai seraya berkata
" kalau mereka sangat tidak suka kau. Cobalah menjadi orang lain. Itu yang aku lakukan"
Ucapnya santai. Aku menatapnya serius. Raut wajah Nona Qiao seketika berubah malu.
" Nona Qiao, kalau begitu, aku ingat jatidirimu yang asli"
Raut wajahnya berubah sedih. Ia menundukkan mukanya dan menangis
" aku benci terlihat lemah Bao an. Aku benci terlihat takut. Aku ingin selalu terlihat kuat, tegar dan periang."
Nona Qiao berusaha menahan tangisnya. Ia menggenggam kedua tangannya
" aku ingin bahagia. Iblis Yan sudah mati. Mereka yang membunuh Ayahku hari itu, mungkin sudah mati bersama Iblis Yan. Aku ingin bahagia. Tapi semua seperti tidak berubah. Aku masih kehilangan ayahku. Aku masih tidak sanggup menerima kematiannya. Aku masih menanti keadilan meski keadilan itu sudah datang. Aku... aku tidak sanggup Bao an. Aku kira aku kuat. Aku sudah berusaha. Aku masih ingin menghilang. Seperti di hari di mana Ayah meninggal"
Ia masih berusaha menahan air matanya. Spontan, Aku pegang tangannya kuat. Nona Qiao seperti terkejut. Aku raih dagunya lalu memberanikan diri mengecup bibirnya mesra.
Nona Qiao terpejam dan meneteskan air mata. Jagad raya seoleh berhenti. Dunia seolah berhenti berputar. Bintang pun berhenti. Itu kecupan paling berkesan seumur hidupku. Sesuatu paling indah yang pernah terjadi di hidupku. Aku, sepertinya aku jatuh cinta malam itu.
Nona Qiao seketika sadar. Aku melepaskan cumbuanku dan ia seketika mendorongku. Ia membalikkan badannya dan membelakangiku. Ia lalu menghapus air matanya.
" Kita harus kembali Bao an. Putri Xia mungkin akan mencarimu."
Bisiknya malu. Aku hendak menghampirinya. Aku membalikkan badanku dan ketika aku hendak membacakan mantra agar kami kembali. Nona Qiao lalu berlari dan tiba-tiba memelukku
Aku terdiam. Nona Qiao semakin meneteskan air mata. Ia menyembunyikan wajahnya dipelukanku.
" Bao an. Salahkah aku, jika aku menikmati, setiap detik yang aku lalui malam ini bersamamu. Apalagi, saat kau mencumbuku, seperti kekasihmu."
Aku diam dan tidak mengatakan apa-apa. Aku memeluknya erat, dan mengusap kepalanya.
" kau datang seperti keajaiban. Layaknya salju yang selalu aku tunggu di musim dingin. Dengan kau di sampingku, kurasa aku bisa beranjak dari rasa sakit itu. Aku mungkin akan bahagia. Bao an, wo xi huan ni (aku menyukaimu) tapi kau milik wanita lain. Milik sahabatku, Putri Xia"
Ia berbisik dipelukanku. Namun aku diam seribu bahasa. Secara teknis aku sudah punya istri, bahkan tujuh, namun cumbuan dan pelukan ini, adalah yang paling berkesan seumur hidupku. Kata-kata itu, aku seperti pernah mendengarnya. Apakah itu salah satu kata dari ingatan misterius itu? Entah Qiao atau wanita lain.
" Nona Qiao, entah bagaimana aku seperti merasa kita pernah dekat."
Lirihku
" benarkah? Kau tidak sedang menggodaku kan?"
Bisiknya
" benar Nona. Penyakit jiwa yang aku lami itu adalah delusi, atau ingatan palsu. Selain Putri Xia, aku seperti pernah melihatmu di ingatan itu"
Jawabku. Ia melepaskan pelukannya lalu tersenyum
" aku semakin senang Bao an. Kau membuatku bahagia malam ini. Apa pun yang terjadi aku tidak akan melupakan malam ini. Ini kenangan indah bagiku"
Malam yang indah itu berlalu. Matahari pun terbit. Aku terbangun di tengah desa bersama Ying. Nona Qiao tidur di rumah besar kepala suku bersama Putri Xia dan yang lain. Bagi itu, aku berjalan ke kali kecil di dekat desa, dan mencuci tubuhku di sana.
" selamat pagi Bao an, kau bangun cepat hari ini"
Aku berdiri di depan rumah besar kepala suku. Putri Xia dan para sahabatnya sudah segar dan kembali rapi. Aku membungkuk di depan putri Xia dan membalas sapaanya
" Selamat pagi Tuan Putri"
Sapaku. Putri Xia hanya tersenyum
" santai saja Bao an. Aku ingin kita semua lebih akrab"
Ucapnya. Putri Chu dan Putri Yueyi tersenyum. Nona Qiao juga tersenyum. Nona Qiao bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Aku bersikap biasa saja tapi sama sepertinya aku tidak akan melupakan malam itu.
Pesta berlanjut di pagi hari. Kepala suku serta Tetuah Desa menjamu kami dengan sarapan yang segar. Musik dibunyikan dan warga desa ikut menyantap jamuan yang sudah disediakan sebelum matahari terbit. Mereka semua belum bangun ketika aku kembali dengan Nona Qiao. Aku harap tidak ada yang melihat kami.
Aku duduk di sebelah Putri Xia. Ying duduk di sebelahku sedangkan Nona Qiao duduk di ujung di sebelah Putri Chu. Mereka menyajikan kami susu murni yang sangat segar. Aku tidak tahu susu juga ada di negeri ini. Dan rasanya sangat segar. Saat itu masih pagi dan mereka sudah menjamu kami dengan kaki babi asap khas desa ini. Putri Xia menyantap kaki babi itu dengan lahap. Aku hendak melirik Nona Qiao namun tak sengaja, wajahku bertemu dengan Putri Xia