" apa aku tidak salah dengar? Kau sudah punya harta, dan banyak wanita yang menyukaimu. Tinggal tunjuk, dan siapa saja bisa menjadi milikmu. Untuk apa berlayar di lautan, mencari sesuatu yang tak pasti? Kau sudah punya segalanya"
" ada alasan kenapa mereka memanggilku orang gila Pak Airlangga,"
" Dua orang Indonesia Gila, dengan ambisi yang berapi-api. Jika pulau ini memang ada, pulau ini pasti akan merdeka!"
" hahahahahahahaha"
Aku terbangun di atas deck atas. Aku biasa tertidur di atas deck dengan jaketku. Aku sangat kurang tidur belakangan ini. Aku berada di deck hampir setiap saat, memandangi lautan, mencari dan mengejar negeri yang aku cari.
Sebulan sudah kami di atas lautan. Terombang-ambing ombak, mencari sesuatu yang tidak pasti. Para awak kabin mulai putus asa. Pak Airlangga membawa tiga ahli dari China untuk membaca peta itu. Namun kami masih belum menemukan apa-apa. Semua orang mulai resah dan putus asa.
Pak Airlangga pasti akan membalikkan kapal jika ia putus asa dan memutuskan untuk menyerah seperti anak buahnya. Namun aku bukan satu-satunya orang gila di cerita ini. Ia mendengar ceritaku dan ia sepertinya percaya. Percaya ada pulau di luar sana dengan harta dan wanita cantik menunggu kami.
Segitiga Formosa atau laut Setan bukan tempat untuk bermain-main. Dengan berada di sini saja, kami sudah hampir bernasib sama seperti kapal-kapal yang pernah menghilang di lautan ini. Aku mengerti kenapa semua orang putus asa. Namun perjuangan, bukanlah apa-apa tanpa rasa sakit dan resiko mati. Seharusnya mereka berpikir sebelum mengikuti expedisi ini.
Malam itu, sekitar satu setengah bulan setelah pertama kali kami berlayar, lautan di selimuti langit gelap. Ketakutan menyelimuti semua orang. Tapi tidak dengan Airlangga. Ia menghisap rokok, sambil berdiri di anjungan. Ia selalu siap dengan apa yang akan datang. Aku menghisap rokokku. Aku agak gemetar. Bohong jika aku bilang aku tidak takut. Aku sangat takut malam itu, namun setidaknya malam itu, kami mengalami kemajuan. Kini tinggal menunggu apakah kejayaan, ataukah kematian yang menemukan kami.
Air sangat tenang. Bahkan lebih tenang dari biasanya. Ada yang salah dengan lautan ini. Malam yang gelap gulita makin memperburuk keadaan. Tidak terlihat bulan atau pun bintang di malam itu. Lampu kapal dinyalakan. Kapal terus berlayar, menyusuri kabut dan lautan yang gelap.
Ini mirip seperti di mimpiku. Kabut yang gelap gulita, semoga saja ini tanda bahwa semua akan jadi nyata. Kini tinggal menunjukkan dari daun kuning, serta menunggu cahaya dari balik kabut itu. Aku harap ini pertanda baik bagi kami semua. Aku bersumpah aku tidak ingin mati di lautan ini.
" Guys, kalian denger sesuatu gak?"
" denger apaan? Bikin merinding lu!"
Aku pun mendengar sesuatu dari balik kabut itu. Aku diam dan berandai. Jika firasatku benar, aku mendengar suara menyerupai
" kepakan sayap?"
" alah, lu kate ini film indosiar? Ada ikan yang ada sayapnya
Tidak, ia benar. Suara itu suara kepakan sayap. Tapi apa cuma ikan indosiar yang memiliki sayap di atas lautan? Lagipula kepakan sayap itu bukanlah sesuatu yang kecil atau sedang. Tapi sesuatu yang besar
" Guys, apaan tuh?"
Seseorang melihat bayangan sesuatu dari balik kabut.
" awas! Apiiiiii!"
Duar!
Ledakan besar terjadi. Kapal seketika terhenti. Kebakaran besar melahap kapal. Bola api yang sangat besar menghantam dan melubangi kapal. Dua orang tewas seketika. Tiga orang terpelanting ke laut. Aku terhempas dan menghantam pagar kapal.
" Naga! Awaaaaas"
" Roaaaaaaaaaaaar!"
" Brrrrrruurrrrr"
Api menyiram deck depan kapal. Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri sesosok naga menyemburkan api yang sangat panas. Malam seketika terang benderang. Tubuh mereka hangus dan menjadi abu. Api itu sangat panas. Pak Airlangga keluar dari anjungan dan melemparkan tombak harpoon
" cusssss"
" roaaaaaaar"
Tombak itu mengenai leher naga. Darah memuncrat. Naga itu sempat terombang ambing. Aku dengan cepat meraih lifeboat, melemparnya, dan lompat ke lautan. Naga itu hingga di kapal, dan
" Brrrrrrurrrrrrrr"
Naga itu meratakan kapal dengan api. Ledakan terjadi. Naga itu terpelanting. Aku sempat naik ke lifeboat dan bersembunyi. Jika naga itu menemukanku, maka tamatlah riwayatku. Lifeboat itu menjauh, aku berhasil menyelamatkan nyawaku dari serangan Naga yang menakutkan
Aku sepertinya satu-satunya yang selamat dari ledakan itu. Kapal meledak dan mustahil ada yang selamat dari ledakan itu. Kini aku tahu bagaimana bisa ada begitu banyak kapal tenggelam di laut setan. Bahkan kapal militer sekalipun. Naga itu terbang sangat cepat, dan menyemburkan api yang dapat membuat kapal tenggelam dalam hitungan detik,
Aku beruntung masih bisa selamat. Matahari terbit dan aku masih hidup. Kabut telah berlalu. Aku masih hidup dan masih diberikan kesempatan untuk mengejar mimpiku. Tapi aku hanya membawa sebotol air di sakuku dan beberapa ransum di jaketku. Jika berhemat aku mungkin akan bertahan beberapa hari. Namun tidak ada daratan sejauh mata memandang. Aku bisa saja terombang-ambing selama berminggu-minggu. Jika tidak segera, aku bisa mati kehausan dan kelaparan di lautan ini.
Lifeboat terus bergerak mengikuti arus. Kadang badai turun dan ombak menggulung tinggi. Rasanya aku seperti akan mati di lautan ini. Aku beruntung masih diberi kesempatan hidup. Bahkan badai sekalipun tidak dapat membunuhku. Aku terbaring di perahu lifeboat itu dan tertawa terbahak-bahak. Aku semakin gila
Air kembali tenang. Aku sudah tiga hari di lautan ini. Airku tinggal sedikit. Ransum sudah hampir habis. Aku bahkan sudah menghemat. Aku tidak tahu apakah aku bisa selamat, tapi aku tetap optimis.
Aku pun tertidur. Aku kembali bermimpi. Kali ini aku bermimpi aku menemukan pulau itu. Aku berlabuh di pantai. Melompat dari perahu. Berteriak sekencang mungkin dan minum dari sumber air dan melepas dahaga serta lapar. Mimpi itu sangat nyata. Namun tiba-tiba saja, aku terbangun
" rupanya hanya mimpi"
Gumamku. Matahari kembali terbit. Satu yang aku nikmati di lautan adalah pemandangan matahari terbit dan terbenam yang indah. Angin berhembus. Sesuatu jatuh ke perahuku. Aku meraihnya dengan tangannya dan aku tidak percaya apa yang aku lihat.
" daun ini"
Dan dari kejauhan aku melihatnya. Aku melihat apa yang aku cari selama ini. Sebuah pulau muncul. Aku pun bangkit dan saat itu aku berteriak keras
" aku berhasiiiiiil. Aku selamaaaaaat! Aku berhasil. Wuhuuuu yeeeeee"
Dan tengah hari itu juga, aku berlabuh di sebuah pantai tak berpenghuni. Aku turun dari perahuku. Aku berlari-lari di pantai itu dan berteriak seperti orang gila. Aku selamat dan tidak hanya itu, aku menemukan apa yang aku cari.
" aku berhasil! Tidak ada yang pernah ke sini! Aku berhasil! Yeaaah!"
Aku berlari menuju pepohonan di dekat pantai. Aku menemukan sebuah kali kecil. Aku meraih air dengan kedua tanganku dan segera meneguknya. Aku minum melegakan hausku setelah berhari-hari terombang-ambing di lautan.
" Makan! Aku butuh makan!"
Aku bertahan dengan menangkap ikan menggunakan tongkat kayu yang runcing. Aku membersihkan ikan itu lalu membakar dan memakannya. Aku tidak bisa membuat api tapi aku punya korek api karena aku merokok. Aku lahap ikan itu dan aku sangat kenyang.
" nah, sekarang mana ceweknya"
Aku mendengar suara langkah seseorang. Aku seketika berdiri dan segera berlari ke semak-semak. Aku mengejar suara itu namun aku tidak menemukan siapa-siapa.
" kayak ada orang tadi"
Aku berjalan menyusuri pantai. Tidak ada apa-apa di pulau ini. Aku berjalan selama dua jam lebih dan tidak menemukan apa-apa. Awan mulai mendung. Hujan turun di pinggir pantai. Aku berlari dan berteduh di pinggir bukit. Aku berbaring dan tidur siang di sana.
Aku bermalam dengan api unggun di pinggir pantai. Tidak ada siapa-siapa di pantai ini. Aku kembali makan ikan sebagai makan malam. Aku sudah mengisi kembali botolku. Kurasa aku bisa bertahan di pulau ini.
" Tapi berapa lama? Apa beneran ga ada ceweknya?"
Aku tertidur di pinggir pantai dengan api unggun menyala. Ketika aku bangun, api itu masih di sana dan sudah mati dengan sendirinya. Tidak ada yang menghampiriku. Dan tidak ada tanda-tanda seseorang di pantai ini.
Aku berjalan ke pepohonan, berjalan ke arah hutan. Aku menyusuri hutan itu, berharap menemukan sesuatu. Aku berjalan mengikuti kali kecil itu karena desa biasanya berada di dekat sumber air, seperti kali ini.
Aku istirahat siang itu. Aku merogoh jaketku dan menemukan pisau cukurku. Dengan melihat bayangan dari iphoneku yang sudah mati, aku mencukur kumis dan jenggotku. Aku kembali berjalan di pinggir kali, dan sesekali istirahat sejenak.
" apa aku bener-bener sendiri di pulau ini?"
Lalu angin berhembus. Aku melihat daun-daun kuning berterbangan. Daun-daun itu berterbangan ke satu arah. Aku melangkah dan berharap daun itu akan membawaku ke suatu tempat.
" semoga aja daun itu membawaku ke suatu tempat"
Gumamku dalam hati. Aku berjalan mengikuti arah angin dan daun kuning. Dan saat itulah
" gelebuk!"
Sesuatu menghantam kepalaku dan aku pun seketika tak sadarkan diri
" siapa dia?"
" apa benar dia orang asing?"
" cara pakaiannya aneh. Kalau dia orang asing, bagaimana bisa sejauh ini?"
" jadi isu ada dunia asing itu nyata? Ada dunia lain di seberang laut sana!"
Aku terbangun. Aku mendengar suara-suara dengan bahasa yang asing di telingaku. Mereka berbicara dengan bahasa Mandarin tua. Aku buka mataku dan aku tiba-tiba sudah terikat di sebuah tiang
" Astaga, di mana aku?"
Aku berteriak dengan bahasa Indonesia. Mereka semua terkejut.
" jadi dia benar orang asing?"
" Demi Kaisar, jadi dunia asing itu nyata!!!"
Aku memperhatikan mereka satu-persatu. Pakaian mereka hampir seluruhnya hanya mengenakan celana atau rok dan telanjang dada. Hanya saja, hampir tidak ada wanita muda di sana, hanya ibu-ibu yang sudah tua , dan anak-anak. Beberapa mengenakan pakaian hanfu dengan corak yang sudah sangat kuno
" um…. Halo…. Saya Eddy…. Saya datang dengan damai ke negeri kalian"
Aku memperkenalkan diriku dengan bahasa mereka. Aku mengerti bahasa Mandarin kuno jadi aku bisa menyapa mereka
" dia bisa bahasa kita!"
" Halah, kita bunuh aja dia. Bukankah Kaisar melarang orang asing di negeri kita!"
" benar! Bunuh saja! Ia membahayakan desa kita!"
" bunuh-bunuh!"
Aku seketika panik, mereka ingin membunuhku.
" apa? Jangan! Jangan! Ampun! Jangan bunuh aku!"
Salah seorang dari mereka mencabut pedangnya. Ia tempelkan pedang itu ke leherku. Aku masih memohon agar mereka mengampuni nyawaku. Ia hunuskan pedang itu dan aku berteriak ketakutan
" hap"
Seseorang memegang tangannya mencegahnya menyabetkan pedangnya
" Tuan Putri tiba"
Seorang pengawal dengan baju zirah plat baja berwarna hitam muncul dan mencegah ia menghunuskan pedangnya. Pemuda itu menyimpan kembali pedangnya
Mereka semua berlutut. Aku melihat sosok wanita dengan gaun merah menyala. Ia sangat cantik. Tubuhnya setinggi badanku dan sangat ramping. Ia berjalan sambil menatapku tajam dari ujung rambut sampai ujung kaki.
" lucu, aku seperti pernah melihat gadis muda ini"
Ia masih sangat muda. Ia bukan wanita di mimpiku. Wajahnya sangat berbeda. Tapi aku seperti mengenalinya. Buah dadanya mungil dan berbeda jauh dengan wanita di mimpiku. Tapi ia sangat cantik
" ia melihat buah dada tuan Putri!"
Ucap seorang ibu-ibu.
" ssst"
Putri muda itu meminta ibu itu diam. Ia menyuruh ajudannya melepas ikatanku. Tali itu terlepas. Ajudannya menepuk kepalaku dengan tangannya dan menyuruhku berlutut. Aku pun berlutut
" berdirilah"
Putri muda itu menyuruhku berdiri. Aku pun berdiri. Sesuatu yang aneh terjadi. Celanaku tiba-tiba terlepas dengan sendirinya. Celana salamku ikut terlepas. Aku panik dan berusaha menutupi kemaluanku. Aku melihat Putri Muda itu menggerakkan jarinya lalu melirik tepat ke batang kemaluanku.
" dia melecehkan putri!"
" dia melecehkan tuan putri!"
" kebiri dia! Kebiri dia!"
Tuan putri muda itu tersenyum licik
" kau berani melecehkan aku orang asing. Aku akan mengebirimu dengan tanganku sendiri. Kau akan merasakan sakit yang sebenarnya."
" Eh? Jangan! Aku….. aku mohon ampun! Celanaku terlepas dengan sendirinya"
Panik, aku mengambil celanaku dan segera mengenakannya
" kau melihat buah dadaku, berani menunjukkan kemaluanm
" tapi aku Putri Xiajin yang sangat murah hati. Aku akan mengampunimu. Dan hanya menjatuhi hukuman tiga kali cambuk jika kau berani menuruti permintaanku"
Aku pun segera berdiri.
" aku siap Tuan putri. Aku akan menuruti permintaanmu"
" Bug!"
Dan ajudannya langsung meninju kepalaku dengan keras. Aku tersungkur
" lancang sekali kau berani berdiri tanpa seperintahku orang asing. Dengan ini aku memerintahkan engkau untuk bertarung secara tradisi dengan ajudanku, Panglima Guan"
Aku terdiam. Pria itu sangat tinggi dan menakutkan. Bahkan Ajudan putri ini seoran panglima. Panglima Guan mencabut pedang raksasa serta tameng bundar besar yang ia letakkan di punggungnya. Aku tercengang. Aku tidak menggunakan senjata apa-apa. Tidak ada cara bagiku untuk menang namun aku masih tidak mau mati