Tin...tin..tin...
Ya tuhan, siapa sih orang yang dari tadi membunyikan klakson. Jelas-jelas Lexa sudah berjalan di pinggir jalan menuju ke kampus. Sebenarnya kenapa si nih mobil di belakang. Apa Ia sengaja menguji kesabaran seorang Alexa. Jalanan juga masih luas. Hmm ya.. memang cukup padat sih. Alexa akhirnya memberanikan diri untuk menenggok ke belakang. Tak di sangka terlihat dari bayangan di dalam mobil seseorang yang tampak tidak asing. Astaga, Alexa betul-betul yakin dia adalah sosok laki-laki yang membuatnya berubah. Laki-laki yang dulu menjadi cinta pertamanya sejak SMP.
Laki-Laki itu Adalah Aldiansyah, sosok laki-laki yang ramah dan baik terhadap semua orang. Ia berkulit putih, dengan mata bulat,alis tebal dan senyum yang menawan. Dari dahulu dia tidak pernah berubah, selalu menjadi pusat perhatian semua orang, terutama wanita. Aldiansyah mudah bergaul dan merupakan laki-laki cerdas. Sewaktu di SMP hingga SMA saja Aldiansyah secara berturut-turut selalu mendapatkan rangking tiga besar. Tidak hanya dalam hal akademik, Ia juga aktif dalam organisasi seperti dengan menjadi ketua Osis, baik di SMP maupun SMA. Dia juga mahir dalam berolahraga dan olahraga kesukaanya adalah taekwondo. Alexa ingat sekali bagaimana dulu sewaktu SMP ia merengek agar diizinkan oleh Mamah untuk dapat ikut eskul taekwondo. Itu semua ia lakukan hanya agar dapat bertemu Aldiansyah. Cinta monyet yang tanpa disadari tumbuh hingga menjadi cinta pertamanya.
Ia ingat, alasan lainnya mengapa ia bisa sangat menyukai Aldiansyah. Tidak lain karena sikapnya itu. Aldiansyah tidak pernah sombong terhadapnya dan selalu menjadi temannya. Ia teman.. Alexa dan Aldiansyah pernah menjalin persahabatan yang sangat dekat. Mereka bahkan duduk bersebelahan sewaktu di kelas dua SMP. Alexa tidak begitu pintar dalam hal akademik, namun Aldiansyah dengan berbaik hati selalu membantunya. Alexa juga bukan seorang siswi yang cantik, secara dahulu Alexa sangat cuek dengan penampilan. Alexa sebelumnya tidak menyadari bahwa dalam hatinya Ia memiliki ketertarikan pada Aldiansyah, sampai akhirnya Aldiansyah menjalin asmara dengan temannya. Alexa merasa kehilangan.
Waktu terus berjalan, Alexa semakin menyadari hatinya semakin tidak dapat dibendung. Setiap kali Aldiansyah menjalin kasih dengan wanita lain, Ia merasa tidak karuan. Sampai suatu ketika Kak Dila memberikan saran agar Alexa dapat lebih berani untuk mengutarakan isi hatinya. Ia pun membulatkan tekat untuk memberanikan diri mengutarakan isi hatinya. Satu hari setelah Ujian Nasional berakhir adalah waktunya, namun, alangkah sedihnya ketika ungkapan perasaanya itu di publikasikan ke teman-temannya.
Aldiansyah memang terkenal dengan kejahilannya, namun itu sudah keterlaluan. Semua orang mentertawakan Alexa dan meledeknya terlalu banyak bermimpi untuk bisa mendapatkan Aldiansyah. Hingga waktu perpisahan kelulusan tiba, Alexa memutuskan untuk menjauh dari semuanya dan berusaha untuk merubah penampilannya.
Setelah hari itu, Ia tidak pernah lagi mencari tahu terkait keberadaan Aldiansyah, Ia berusaha memfokuskan dirinya untuk dapat berubah dan masuk ke universitas yang Ia inginkan.
***
Aldiansyah merasa yakin betul melihat seseorang yang ia kenal. Namun, apakah itu betul orang yang sama? Karena dari ujung kepala hingga ujung kaki Ia sangat berbeda. Buru-buru Ia melajukan mobilnya hingga sampai ke parkiran universitas. Terbesit di ingatannya tentang kenangan masa lalu. Ia sungguh tidak menyangka Alexa benar-benar menghilang tanpa ada informasi apapun. Orang yang entah menggapa selalu Ia pedulikan sejak dulu. Aldiansyah menyesal dengan semua yang Ia lakukan.
" Halo... kemana ya otak temen gue yang lagi ngelamun ini? Yuk udah telat nih kita buat ngeospek anak baru. Katanya Angga angkatan sekarang banyak yang cakep" lambaian tangan Dion membuyarkan lamunan Aldiansyah. Aldiansyah langsung melangkah memasuki lorong menuju ruangan BEM fakultasnya tanpa banyak berkata, masih dengan pemikirannya. Saat ini Ia menjabat sebagai ketua BEM di fakultasnya, yap.. tidak jauh-jauh, pasti Ia akan aktif seperti dahulu.
Memasuki ruang BEM Aldiansyah pun mulai bersiap, dengan mengikatkan slayer ke lengannya dan memakai almamater fakultasnya.
***
Alexa terlihat kikuk dengan lingkungan sekitarnya, sampai akhirnya Ia memberanikan diri untuk menyapa sosok gadis yang sedang duduk sendiri sambil bersiap. Alexa merasa Ia harus berani untuk memulai percakapan, dan Ia harus bisa mendapatkan banyak teman.
"Halo... aku boleh duduk disini kah?", ucap Alexa menyapa dengan ramah gadis di sampingnya. Gadis itu tersenyum ramah membalas dengan anggukan. Ia adalah Sarah, mahasiswi baru sama dengannya. Tidak membutuhkan waktu lama hingga Alexa dapat akrab dengan Sarah. Mereka berdua sama-sama anak ekstrovert yang memiliki hobi yang sama. Yup! Nonton dan membaca novel romantis. Karena bagi keduanya yang belum pernah mempunyai pacar, novel romantis adalah cara ninja agar hati mereka bisa berbunga-bunga.
Mereka berdua pun berjalan meninggalkan tempat duduk sebelumnya, melangkah maju ke tengah lapangan karena sudah mendengar acara Ospek akan segera di mulai. Ospek di kampus ini memang tidak lama seperti kampus-kampus lainnya, terlebih lagi dengan fakultas kedokteran ini. Ospek hanya berjalan satu hari full yang dimulai dari pukul 8.00 pagi hingga pukul 17.00 nanti. Setelah itu, kehidupan belajar dengan giat di kampus dimulai.
Alexa awalnya tidak menyadari bahwa Aldiansyah sekarang adalah ketua BEM sekaligus seniornya, sampai Sarah mengguncang lengan Alexa agar Alexa mengalihkan perhatiannya ke arah depan, melihat ke arah ketua BEM yang Ia tunjuk dan katakan super ganteng. Satu tahun sebelum ini, Alexa memang tidak berkuliah dahulu menunggu agar keterima di jurusan kedokter, karena pada test sebelumnya Alexa tidak keterima. Dengan begitu, status mereka yang tadinya teman sebaya menjadi junior dan senior. Shit.. batin Alexa.
Ketika tatapan Alexa berusaha untuk beralih, Aldiansyah sadar bahwa sedang diperhatikan. Lalu tatapan mereka akhirnya bertemu. Alexa berusaha tenang, dan berharap agar tidak adanya sesi absensi disini. Karena, jika dilihat dari fisik saja, Alexa yakin, Aldiansyah tidak akan mengenalinya. Namun, jika sampai namanya dipanggil, sudah pasti, Aldiansyah mengenalinya. Karena siapa lagi yang memiliki nama Alexa Soetedja.
Tanpa di duga, Aldiansyah tersenyum kepadanya, yang membuat Alexa salah tingkah. Sarah yang sejak dari tadi memperhatikan temannya itu menyadari bahwa ada sesuatu. Dengan rasa penasaran Sarah bertanya, bagaimana Alexa dapat mengenal Ketua BEM yang tampan tersebut. Alexa hanya tersenyum dan berkata bahwa Ia adalah teman SMPnya. Alexa menyuruh Sarah agar tidak berisik atau histeris mendengar hal tersebut. Oh ya, Alexa dan Sarah ternyata bernasib sama. Mereka baru keterima di jurusan kedokteran pada tahun ini, karena tahun lalu belum beruntung.
Yap, betul saja perasaan tidak enak Alexa, senior yang lain mulai mengabsen satu persatu mahasiswa baru di kampusnya itu. Sampai di urutan namanya di panggil. Tidak ada cara lain selain Alexa pasrah.
"Alexa Soetedja," ungkap senior wanita yang bernama Desi tersebut. Dengan pasrah Alexa mengangkat tangan kanannya seraya berkata "Hadir Kak". Alexa sadar betul, sosok laki-laki yang dikenalnya itu menatapnya dengan tatapan takjub, mungkin Ia menyadari betapa berbedanya Alexa yang kini. Setelah seluruh mahasiswa baru selesai di absen, mereka mulai dikerjai habis-habisan. Namun sebelumnya mereka dibagi ke dalam beberapa kelompok. Alexa kebetulan kembali sekelompok dengan Sarah, mereka berdua tampak senang. Terlihat jika dikelompoknya itu, Alexa dan Sarah yang paling berisik. Mungkin karena mereka sudah akrab duluan sebelum ospek di mulai. Kelompok tersebut terdiri dari sepuluh orang. Ada enam wanita dan empat laki-laki. Dari keempat laki-laki tersebut ada yang menjadi incaran Sarah, karena katanya ganteng banget.
Alexa sebenarnya sudah tidak peduli dengan kegiatan ospek ini. Dari tadi hatinya menahan gugup setengah mati setelah pertemuannya dengan Aldiansyah. Tiba-tiba suara yang tidak asing ditelinganya memanggil " Alexa.., ucap Aldiansyah dengan suara yang hampir tidak terdengar dengannya juga. Namun seperti biasa, Sarah akan selalu sadar keberadaan dan kehadiran laki-laki ganteng di sekitarnya, karena daritadi Sarah sudah ngetag cowok-cowok ganteng yang akan Ia dekati.
"Xa, itu.. Kak Aldiansyah yang super menawan di belakang lo," ucapnya sambil menyenggol lengan Alexa. Berkat senggolan Sarah, mau tidak mau yang tadinya Alexa berusaha untuk tidak sadar, terpaksa harus menoleh. Betul saja Aldiansyah sudah berdiri mematung di depannya. Tatapannya sangat sulit untuk diartikan.
***
Ternyata, apa yang dilihat matanya tadi pagi benar. Wanita itu adalah Alexa. Alexa sahabatnya dahulu yang tiba-tiba saja mengilang setelah kejadian pengutaraan rasa. Awalnya Aldiansyah berusaha menutupi rasa senangnya, namun sepertinya sudah tidak dapat diatasi. Betapa rindunya dia dengan sosok di depannya ini. Ia memperhatikan Alexa yang sedari tadi tampak aktif di kelompok ospeknya. Deg.. Aldiansyah benar-benar tersadar, Alexa begitu berbeda. Betapa cantiknya Alexa yang kini. Seperti orang yang berbeda.
"Alexa," ucap Aldiansyah dengan suara kecil. Aldiansyah berusaha untuk tidak terlalu kencang saat memanggil nama temannya tersebut. Ia takut banyak mahasiswa baru yang sadar bahwa mereka sudah saling mengenal. Karena, takut Alexa nanti akan ditanya-tanya atau mungkin diganggu. Gadis yang Ia panggil tersebut menoleh ke arahnya sambil mendonggak. Karena posisinya yang sedang duduk sedangkan Aldiansyah berdiri mematung di depannya.
Menggemaskan. Satu kata yang terlintas di benaknya saat melihat posisi Alexa seperti itu. " Kenapa Kak? Ada yang bisa kelompok kami bantu?" ucapnya dengan tegas. Kenapa Alexa seperti ini, sepertinya dia tidak senang melihat ada Aldiansyah dihadapannya. Apakah Alexa masih sangat kesal kepadanya atas kejadi empat tahun lalu?
Jika dipikir-pikir lagi, bukan hanya Alexa yang seharusnya kesal. Tapi dirinya juga berhak kesal. Bagaimana tidak, tiba-tiba Alexa menghilang. Semua kontak Aldiansyah di block oleh Alexa. Aldiansyah sudah beberapa kali mencoba menghubungi nomor telepon rumah Alexa, namun selalu Mbak Sri yang mengangkat. Jika bukan Mbak Sri, Mamah atau Kak Dila yang angkat. Dan selalu sama pasti jawabannya Alexa sedang tidak ada di rumah.
Mengingat kejadian itu, Aldiansyah tiba-tiba ingin mengerjai Alexa. " Coba dong tolong kelompok kamu tampilin yel-yelnya sekarang."
"Loh kok sekarang si kak, kan harusnya kelompok kami kelompok ke-3 berdasarkan undian tadi," cibir Alexa dan Sarah secara bersamaan. Jelas lah mereka tidak terima, mereka kan saat ini masih sedang berlatih, kok tiba-tiba disuruh tampil. Kalau jelek kan malu. Dance yel-yel seperti ini saja sudah membuat malu.
"Ya.. saya maunya kamu yang maju sekarang. Masa kamu mau ngelawan kita-kita yang senior disini sih. Berani banget ya ini junior," ucap Aldiansyah memanfaatkan posisinya sebagai senior dan ketua BEM. Dengan terpaksa kelompok mereka maju duluan menampilkan yel-yel potong bebek angsa.
Setelah yel-yel di tampilkan, banyak senior-senior yang meneriaki kelompoknya. Cantik-cantik banget si angsa-angsa kelompok ini. Lalu ada juga senior laki-laki yang meneriakan nama Alexa berusaha memberikan dukungan dan terkesan genit. Sarah tampak senang banyak yang menyadari kecantikan dirinya, namun hal berbeda dirasakan Alexa. Alexa tidak terlalu suka mendapatkan pujian seperti itu, apalagi jika di tonton banyak orang.
Aldiansyah yang mendengar banyak teman-temannya yang memperhatikan Alexa merasa sedikit jengkel. Aneh bukan, kenapa harus dia merasa kesal.
Hari berlalu begitu cepat, tidak terasa waktu hampir menunjukkan pukul lima sore. Sebetulnya ospek kali ini begitu menyenangkan, asal Alexa tidak bertemu dengan Aldiansyah, pasti semuanya terasa sempurna bagi awal barunya. Orang yang ia hindari dari empat tahun lalu, kenapa sih harus muncul di saat Alexa ingin membuka lembaran baru. Menyebalkan.
Alexa bergegas ingin pulang ketika beberapa menit lalu wakil ketua BEM mengumumkan bahwa Ospek telah berakhir. Alexa berpamitan sebentar dengan Sarah yang ternyata juga akan sekelas dengannya besok. Alexa pun memesan ojek online dan pulang.
Aldiansyah berkeliling berusaha mencari sosok Alexa, sebetulnya tadi dia sudah memutuskan untuk meminta maaf atas apa yang terjadi empat tahun lalu. Namun karena Ia tidak melihat sosok gadis tersebut, Ia akan mencarinya lagi besok.
Keesokan harinya Alexa sudah bangun pagi-pagi sekali. Rutinitas Alexa satu tahun belakangan ini masih terus ia lanjuti. Berolahraga. Alexa bersyukur sekarang Ia sudah terbiasa untuk berolahraga, karena jika tidak, badan dia masih akan bulat seperti dulu dan menjadi bahan olokan. Setelah selesai berolahraga, Alexa mandi dan siap-siap. Tidak lupa Ia memakan roti gandum, untuk sarapannya. Hari ini, ia kelas pagi. Sudah dari malam, Alexa menyiapkan buku catatan dan buku lainnya yang akan Ia bawa. Tidak lupa semua alat tulis sudah Ia masukkan ke dalam tas.
Udara pagi di Kota Malang memang tiada dua. Dingin dan segar. Alexa bersemangat saat melintasi beberapa pohon rindang di sepanjang jalanan kampusnya. Jarak antara kampus dengan kosan Alexa hanya membutuhkan waktu 10 menit jika berjalan kaki. Sejak pagi tadi Sarah sudah menghubunginya, untuk janjian bertemu di tempat duduk kemarin, di dekat kantin. Alasannya, sudah pasti Sarah tidak mau sendirian, karena baginya sendiri seperti tidak punya teman.
"Selamat pagi temanku sayang..." sapa Alexa mengagetkan Sarah. Sarah tersenyum sembari menggandeng lengan Alexa.
" Eh Sobi ku.. Xa, gue deg-degan nih.. ini kelas pertama banget. Dulu mah belajar cuma Kimia, Fisika.. nah yang sekarang kedokteran kita belajarnya apa ya.. Duh gue sejujurnya kalau langsung disuruh belek membelek di hari pertama kayaknya belum sanggup deh Xa," ucap sarah sambil berjalan masuk kelas. Alexa juga sebanarnya merasa takut akan hari pertama ini.
" Duh Sar, gue juga takut. Mangkanya nih gue sigap banget hari ini. Lo gak liat apa gue bawah tas ransel udah kayak mau naik gunung, semuanya gue bawa. Tapi nih ya Sar, sebenarnya kunci sukses perkuliahan ini adalah kita harus mendapatkan dosen-dosen yang baik hati. Nah.. semoga aja dosen kita nanti baik," ucap Alexa sambil membuka pintu kelas.
Ceklek... tiba-tiba hening. Pasti teman-teman mengira bahwa yang datang tadi adalah Dosen matapelajaran hari ini.
"Selamat pagi teman-teman, salam kenal semuanya," ucap Alexa dan Sarah berbarengan menyapa teman-teman lainnya. Alexa dan Sarah duduk di barisan ke tiga dari depan. Kursi tersebut tepat berada di tengah-tengah kelas. Entah mengapa sejak setahun lalu, Alexa menjadi sosok yang lebih bersemangat dalam belajar. Karena Ia sangat ingin membanggakan Mamahnya, orang tua satu-satunya yang Ia miliki dan selalu banggakan.
Dan tiba-tiba suasana menjadi hening, sepertinya dosennya sudah tiba. Seseorang lelaki tinggi melangkah ke dalam kelas, lalu menaruh bukunya di atas meja. Dia pun mengarahkan padangannya ke arah penjuru kelas dan berhenti saat arah pandangannya ke arah Alexa. Alexa yang ditatap pun merasa terkejud bukan main, karena sadar bahwa dosen tersebut adalah Kak Gerald. Anak Tante Ira yang dokter itu, orang yang super ketus, bicara irit dan menjengkelkan. Alexa yang ditatap sengaja mengalihkan pandangannya ke arah Sarah dan cewek-cewek yang melongo melihat ketampanan dosen muda tersebut. Jujur memang Kak Gerald tampan, tapi karena dia menyebalkan rasanya ketampanan itu runtuh di matanya.
"Morning Class, perkenalkan saya dosen yang akan membantu kalian melewati semester ini". Terdengar sahutan kecil dari mahasiswa laki-laki, namun untuk mahasiswi wanita di kelas ini jangan ditanya. Mereka semua masih terpukau melihat ketampanan dosen ini.
"Nama saya Geraldy Setyono, kalian bisa panggil saya Pak Gerald saja". Yaampun.. kenapa bisa sih hal sial terjadi dalam hidup Alexa. Bukan hanya sekali, melainkan dua kali berturut-turut. Kemarin Ia baru sadar bahwa sosok cinta pertamanya yang sangat ingin Ia jauhi ternyata malah satu fakultas denganya. Sedangkan hari ini, orang yang membuatnya jengkel sejak hari pertama Ia menginjakan kaki di Kota Malang, malah menjadi dosennya. "Bagaimana nasibku dalam empat tahun ke depan nih kalau begini caranya. Rasanya ingin segera bercerita dengan Kak Dila." batin Alexa.