Sistem Tukang Bakso Jadi Sultan Multiverse
“Bang, satu bakso bisa bikin kuat, nggak?”
Bimo tersenyum sambil menyerahkan mangkuk panas pada bocah kecil di depannya. Gerobak bakso kelilingnya berdecit pelan di pinggir jalan kampung, diapit warung tutup dan selokan kecil.
“Kalau makan lima, bisa jadi raja iblis,” jawabnya santai.
Bocah itu ngakak. Tapi Bimo sendiri tidak tertawa. Dalam hatinya, ia tahu hidupnya jauh dari kata lucu. Umur 24, penghasilan pas-pasan, dan baru saja diputusin cewek karena dianggap "nggak punya masa depan."
Saat hendak mendorong gerobak kembali, hujan turun deras. Dengan sigap, ia menarik terpal plastik, lalu mencari tempat berteduh.
Di pojok jalan, ia melihat seorang kakek tua tergeletak, tubuhnya kuyup, napas tersengal.
“Pak? Pak, sadar, Pak!” Bimo segera menghampiri.
Anehnya, begitu Bimo menyentuh si kakek, cahaya ungu menyelimuti tubuh mereka berdua. Pandangannya gelap sejenak.
[DING! Sistem Penguasa Multiverse Terinstal.]
[Selamat! Anda telah menyelamatkan Pengawas Dimensi!]
“Hah?” Bimo mengerutkan dahi. Suara robotik itu muncul di kepalanya. Kakek tadi sekarang berdiri dengan tegak, tubuhnya tak lagi ringkih. Di balik matanya yang keriput, tampak... bintang berputar?
“Kau manusia baik, Bimo,” ucap si kakek. “Sebagai balasan, Sistem Multiverse kini milikmu.”
[Sistem aktif. Misi pertama: Jual bakso di Dunia Iblis. Hadiah: Kemampuan Lidah Dewa + Gerobak Dimensi.]
“W-what the hell?” gumam Bimo. Tapi sebelum ia bisa protes, gerobaknya bergetar hebat.
Tiba-tiba, sebuah portal terbuka di depannya.
Di baliknya—sebuah kota mengambang di udara, dengan makhluk-makhluk bertanduk mengantri... di depan lapak kosong.
“Kau dipanggil takdir, Nak,” ujar si kakek sambil tersenyum. “Jual bakso. Kuasai dunia. Mulailah.”
Bimo menatap portal itu, lalu ke gerobaknya. Napasnya berat.
“Yaudah deh... selama nggak diminta jual cilok di planet Mars, gue gas!”
Ia mendorong gerobaknya masuk ke portal—dan petualangan jadi sultan multiverse pun dimulai!