Seusai jadwal mengajar berakhir entah mengapa rasanya Gerald ingin bertemu Alexa, terutama untuk memastikan terkait adegan yang Ia lihat siang tadi saat berada di koridor kampus. Siapa laki-laki itu, batinnya. Gerald tidak pernah bertemu dengan Aldiansyah sebelumnya, mungkin karena Ia belum lama mengajar di kampus tersebut. Gerald baru saja mengajar satu tahun belakangan ini dan hanya mengajar di satu kelas saja. Mungkin selama ini Aldiansyah tidak pernah mengikuti kelasnya.
Gerald bergegas menuju ke parkiran mobilnya dan melaju dengan cepat tanpa memikirkan alasan yang harus Ia katakan ketika bertemu Alexa nanti.
Tok..tok..tok
Krek..
Pintu terbuka. Gerald melihat sosok Alexa begitu cantik. Sepertinya Ia akan pergi dengan seseorang. Mau kemana dia? Berdadan cantik di jam 7 malam. Apakah ada yang mengajaknya berkencan? Tidak mungkin Ia pergi dengan teman wanitanya itu kan, batinnya. Terlihat dari tatapan wajah Alexa sepertinya bingung melihat Gerald di hadapannya. Buru-buru Gerald membuat alasan.
"Mau kemana malam-malam dandan kayak topeng monyet gitu?"ucapnya ketus seraya memperhatikan Alexa dari ujung kaki ke ujung kepala. Alexa yang kesal mendengar ucapan Gerald tidak bisa menahan diri untung menjawab. "Ya, mau kemana kek bukan urusan elo" ucap Alexa sewot. "Yang jelas hangout, jalan-jalan biar tahu Kota Malang. Ga mungkin kan kuliah empat tahun cuma tahunya kostan sama kampus doang,"cibir Alexa menambahkan.
"Dih, ditanya baik-baik malah jawabnya sewot. Bilangin mamah nih, anak cewek keluar malem-malem. Sama siapa coba, nanti kalau lo di culik siapa yang repot? Pasti nyokap gue lah. Kalau nyokap gue repot siapa yang bakal direpotin lagi buat nyari lo? Gue lah.. jadi untuk meminimalisir hal tersebut terjadi, mending lo perginya sama gue. Kita makan dulu ke rumah abis itu lo mau kemana terserah. Lagi gue kesini juga karena mamah suruh gue jemput lo kali. Kalau gak, ogah mending gue tidur, besok gue harus ke rumah sakit, sorenya gue ada jadwal ngajar," timpal Gerald agar Alexa tidak mikir kemana mana terkait kedatangannya.
"Gak mau, gabisa. Gue udah ada janji sama orang, paling bentar lagi orangnya nyampe jemput. Bilangin tante, gue besok aja pulang kampus mampir kesana,"ucap Alexa sembari mendorong lengan Gerald agar segera pergi. Tentu saja Alexa tidak mau Aldiansyah melihat adegan ini. Pastinya Aldiansyah akan shock dan melayangkan berbagai pertanyaan padanya. Dosen yang di idam-idamkan cewek-cewek di kampusnya itu berada di depan pintu kamarnya. "Bisa-bisa dikira gue simpenan dosen-dosen kalau gini," batin Alexa.
Gerald yang mendengar penolakan dari gadis di hadapannya itu merasa kesal. Ia yakin, Alexa akan pergi dengan laki-laki, ya. Pasti laki-laki yang Ia lihat menggandeng lengan kecil wanita di depannya tersebut. "Gak bisa, pokoknya lo harus ikut gue. Terserah temen lo mau nyariin lo apa gimana, pokoknya malam ini lo harus ikut gue. Dan inget lo gak akan boleh untuk keluar malam sampai kapan pun, selama lo di Malang, dan selama lo jadi tanggung jawab gue. Sekarang lo ikut gue," tutur Gerald penuh amarah sambil melangkah masuk ke kamar, menarik lengan Alexa dan memaksanya ikut dengannya. Gerald menarik kunci yang tergantung di belakang pintu kamar Alexa. Alexa yang sudah dari tadi di tarik Gerald, sudah berada di luar masih dengan lengan yang terkunci. Gerald sangat keras menggenggam lengannya, hingga Ia tidak bisa melepaskan genggaman tersebut. Gerald buru-buru mengunci kamar Alexa dan menarik paksa wanita tersebut untuk mengikutinya ke mobil. Memaksa Alexa untuk duduk di kursi dan memasangkan sabuk pengaman. Buru-buru Gerald bergegas melajukan mobil dengan cepat.
"Dasar dosen gila, pemaksaan. Gak bisa banget apa lo ya ngeliat orang santai. Gue juga yakin, Tante Ira ga segininya, gue yakin tante pasti maklumin kalau gue bilang mau makan sebentar sama temen. Lagi gue cuma akan pergi ke cafe bintang yang di daerah Batu. Gue juga pergi sama Aldiansyah, temen gue dari jaman orok. Gue yakin, nyokap gue pun gaakan keberatan dengan hal itu. Pokoknya gue mau lo berentiin ini mobil sekarang! Aldiansyah udah nelfonin gue ini, pasti dia udah sampe!!!!" teriak Alexa berharap Gerald memberhetikan mobilnya. "Lo bawa mobil kenceng banget, gue masih mau kawin dulu!! Cowok stress,"ucap Alexa semakin kesal dengan tingkah Gerald. Bukannya memberhentikan mobilnya, Gerald malah semakin mempercepat laju mobil sedannya tersebut.
Alexa terus menggerutu di sepanjang perjalan. Sesekali Alexa memperhatikan ponselnya dan mengetik. Sepertinya Ia sedang membalas pesan seseorang. Ya, mungkin laki-laki itu, batin Gerald. Entah mengapa Gerald tidak rela jika harus membagi Alexa dengan orang lain. Mungkin terdengar egois dan bagaimana mungkin hanya dalam waktu singkat Gerlad bisa merasakan ada angin segar di hatinya. Namun yang Gerald yakin, Ia tidak pernah merasakan hal ini kepada siapapun. Ia tidak ingin disentuh wanita manapun selain mamahnya, dan sosok wanita masa lalunya dulu. Namun, semenjak kedatangan Alexa, Ia ingin selalu bersama wanita ini. Gerald sempat ingin memendam perasaan anehnya tersebut, namun ketika Ia melihat Alexa berada di kelasnya, rasa itu pun tidak dapat dipungkiri lagi. Gerald ingin memiliki Alexa. Bagaimana pun caranya. Karena Gerald yakin, jika bukan Alexa, Ia tidak akan pernah bisa merasakan hal ini untuk kedua kalinya.
Mobil yang mereka kendaraipun telah sampai di depan gerbang tinggi rumah yang sudah tidak asing lagi bagi Alexa. Yap, rumah Tante Ira. Ternyata laki-laki gila di sampingnya tersebut benar membawanya ke rumah Tante Ira. Entah masa lalu apa yang pernah Alexa perbuat, hingga membuatnya bertemu dengan sosok menyebalkan ini. Security di rumah Gerald telah membukakan gerbang. Mereka mulai memasuki perkarangan rumah dan memberhentikan mobil di dalam parkiran rumah keluarga Setyono tersebut. Om Setyono ternyata adalah seorang anggota dewan di Kota Malang. Tidak hanya itu saja, Om Setyono juga merupakan seorang dokter bedah terkenal. Pantas saja kehidupannya begitu bergelimang harta. Namun keluarga ini ternyata tidak semewah yang orang-orang kira. Mereka sangat sederhana dan penuh kasih sayang. Gerald sebetulnya bukan anak tunggal, dahulu Gerald memiliki adik. Namun adik perempuannya tersebut sejak lahir sudah lemah, hingga umur dua tahun, adiknya tersebut meninggal. Pantas saja Tante Ira sangat senang dengan adanya Alexa, karena Tante Ira merasa seperti memiliki anak perempuannya kembali.
Gerald pun keluar dari mobilnya dan berjalan membukakan pintu Alexa. Alexa yang masih kesal karena tidak jadi jalan dengan Aldiansyah, tidak ingin turun dari mobil. Sepanjang perjalan tadi, Alexa telah menulis pesan panjang dengan berbagai alasan Ia tidak bisa pergi. Alexa memutuskan untuk membuat alasan jika harus pergi ke rumah tantenya yang di Malang karena harus membantu acara keluarga. Aldiansyah yang juga baru tahu Alexa memiliki keluarga yang tinggal di Malang memahami situasi tersebut dan memutar balik mobil yang Ia kendarai beralih ke rumah temannya.
Alexa memperhatikan langkah Gerald yang menghampirinya. Ia melihat tatapan Gerald yang membara sebelumnya telah berubah menghangat. "Yuk turun,"ucapnya dengan nada lembut. Gerald membuka sabuk pengaman yang dipasangnya tadi. Wajah mereka sangat berdekatan, membuat jantung Alexa berdetak cepat. Alexa belum pernah sedekat ini dengan laki-laki. Sekilas Alexa memperhatikan wajah tampan Gerald dan merasa tersihir. Buru-buru Alexa memusatkan perhatiannya ke arah lain. Gerald pun diam-diam juga sama. Grogi. Ingin rasanya Ia mencium gadis tersebut. Wajah Alexa yang menatapnya tadi terlalu menggoda.
***
Terlihat sosok Mbok Iyem sudah membukakan pintu rumah dan menyapa mereka. "Malam Den Gerald dan Neng Alexa.."
"Mamah mana Mbok?,"ucap Gerald sambil melangkahkan kaki. Alexa hanya tersenyum seraya membalas sapaan Mbok Iyem tadi.
"Wah den, mamah kan pergi sama bapak dari siang tadi. Belum pulang ini juga sampai sekarang. Katanya ada acara dari tempat kerja Bapak. Tadi sih nelfon rencananya mau menginap di sana." timpal Mbok Iyem. Alexa yang mengetahui di rumah tersebut ternyata tidak ada Tante Ira ataupun Om Setyono merasa kesal kembali seperti wanita bodoh yang dibohongi. Seharusnya Ia menelfon Tante Ira untuk memastikan acara makan malam ini tadi. Alexa pun mulai merenggek untuk di pulangkan ke kostannya. "Ayo Rald, anterin gue balik ke kostan lagi. Kan tante sama om juga ngga ada.. sampai besok lagi, jadi percuma di tunggu. Besok aja sore gue kesini lagi sendiri."
Tentu saja Gerald tidak ingin buru-buru mengembalikan Alexa ke kostannya. Karena selain Ia ingin berlama-lama dengan Alexa, Gerald takut Alexa akan jadi pergi dengan laki-laki lain. "Makan malem aja dulu disini, Mbok Iyem pasti juga udah masak. Enak loh masakan Mbok Iyem. Iyakan Mbok?" tanya Gerald berusaha memberi kode ke Mbok Iyem agar mendukung apa yang Gerald ucapkan.
"Iya cantik, Neng Alexa makan malem dulu aja disini. Neng mau Mbok buatin susu coklat hangat neng? sambil mbok siapin makanannya sama Mbak Ningsih." ucap Mbok Iyem mengerti dengan kode yang diberikan majikannya tersebut. Tanpa lama-lama Gerald menuju ke kamarnya. Membersihkan diri. Gerald tersenyum puas, Alexa sekarang berada di rumahnya.
Alexa yang dari awal ke rumah ini, sangat penasaran ingin melihat-lihat. Alexa pun meminta izin untuk melihat-lihat sama Mbok Iyem. Mbok Iyem tentunya mempersilahkannya. Gerald yang sudah selesai mandi dan berpakaian melihat Alexa sedang menyelusuri ruangan-ruangan di rumahnya dengan takjub. Gerlad membantin, betapa menyenangkannya bisa melihat Alexa ada di hadapannya. Alexa tertegun ketika melihat Gerald. Belum pernah Ia melihat Gerlad berpakaian dengan santai, hanya dengan kaos polos berwarna hitam dan celana panjang yang terlihat nyaman. Terlihat jelas bentuk tubuh kekar Gerald. Seksi. Alexa buru-buru berusaha fokus kembali karena beberapa menit yang lalu Gerald membuat pikirannya kemana-mana.
"Kenapa kok disini? lagi ngapain?"tanya Gerald santai. "Lagi lihat-lihat aja. Rumah kamu bagus!"ucap Alexa polos. Gerald yang mendengar Alexa menggunakan kamu, tersenyum. Tumben sekali Alexa menggunakan aku-kamu dengannya. Biasanya sudah gue-elo dengan nada yang super sewot. Alexa sebenarnya memang lebih terbiasa menggunakan Aku-Kamu dibandingkan Gue-Elo. Namun, Alexa takut dikira culun sama teman-temannya.
"Yaudah, sini, aku temenin lihat-lihat rumahnya. Jadi kalau sekalian mau tanya-tanya bisa langsung tanya ke yang punya. Kamu suka lukisan kan ya kata mamah? ada satu ruangan khusus, banyak lukisan. Kebetulan Mamah sama Papah suka ngelukis juga."ucap Gerald santai sambil berjalan menarik lembut lengan Alexa.
Alexa sangat antusias dengan lukisan, karena Alexa suka memberikan arti terhadap gambar-gambar yang ada di depannya. Selain itu, Alexa juga suka melukis, yaa walaupun mungkin tidak sebagus pelukis professional. Alexa nurut di tuntun Gerald menyelusuri ruangan. Gerald membuka pintu salah satu ruangan dan menyalakan lampu yang berada di sudut ruangan tersebut. Ketika lampu menyala, terlihat jelas berbagai bentuk lukisan. Ada beberapa lukisan yang memang di beli Om Setyono. Ada pula lukisan yang belum selesai, masih di atas kanvas dan penyanggahnya. Sepertinya Tante Ira atau Om Setyono belum menyelesaikannya lukisan tersebut. Sambil memperhatikan lukisan, obrolan hangat terjalin antara keduanya.
Gerald senang, malam ini Alexa begitu tenang berada di sampingnya. Alexa begitu antusias dan bersemangat mengungkapkan arti dari setiap lukisan yang terpajang. Gerald sebetulnya tidak terlalu tertarik dengan seni, namun Ia tertarik dengan orang yang ada di sampingnya. Melihat Alexa tersenyum bahagia sungguh membuatnya ingin memeluk dan mencium gadis tersebut.
Tanpa sadar, Gerald menarik Alexa dan memeluknya. Setelah memeluk Gerald memegang wajah Alexa dengan lembut. Mendonggakan wajah gadis yang berada di dekapannya tersebut dan mencium bibir Alexa dengan lembut. Alexa yang sedari tadi tertegun dengan perlakukan laki-laki di hadapannya berdiri mematung. Wangi tubuh Gerald membuat Alexa terhanyut. Wangi mint menjulur ke seluruh ruang di mulutnya. Tanpa di sadari, Alexa membalas ciuman tersebut. Ciuman yang pelan berubah menjadi ciuman cepat dan sensual. Cepat dan saling melumat. Membuat deru jantung Alexa dan Gerald terasa. Lengan Gerlad yang tadinya di wajah Alexa mulai turun mengelus pundah dan menyelusuri tubuh bagian belakang Alexa hingga ke bokong Alexa. Shit. Gumam Gerald menyadarkan Alexa. Gerald sebelumnya tidak pernah seantusias ini dengan wanita manapun, baik dengan mantan kekasihnya dahulu pun yang sangat Ia sayangi. Alexa membuat Gerald kehilangan akal. Hampir saja Gerald melangkah ke hal yang lebih jauh.
Melihat reaksi Gerald, Alexa merasa malu. Bagaimana bisa Ia merespon begitu saja sedangkan Gerald berhenti seolah-olah telah melakukan kesalahan dengan menciumnya. Apa Ia tidak sejago itu hingga membuat Gerald merasa risih dengan responnya. Yang lebih membuat Alexa kesal adalah, mengapa Ia harus membalas ciumannya tersebut. Mengapa bukannya Ia marah, malah merespon. Jelas-jelas Alexa sadar, bahwa Gerald telah merebut ciuman pertama yang seharusnya Ia lakukan dengan pacar masa depannya nanti. Bukan dengan anak sahabat mamahnya, yang ternyata dosennya, yang super menyebalkan dan arrogant ini.
"Sorry...",ucap Gerald. Setelah itu, Gerald bergegas meninggalkan ruangan. Membiarkan Alexa yang masih mematung sendiri.
***
Alexa berusaha menenangkan pikiran dan perasaanya yang tidak karuan dengan kejadian sebelumnya. Buru-buru Ia keluar dari ruangan tersebut, dan berpamitan pulang. Mbok Iyem yang melihat gerak-gerik Alexa berusaha membujuknya agar Alexa makan dahulu, setidaknya sedikit. Akhirnya Alexa makan malam, sendiri. Hanya ditemanin Mbok Iyem sambil berbincang-bicang. Alexa tidak berani menatap wajah Gerald saat ini. Pasti wajahnya akan memerah.
Setelah selesai makan malam, Alexa beranjak pergi. Sambil memesan ojek online. Alexa tidak peduli bahwa udara Kota Malang sangat dingin di malam hari, sedangkan Ia tidak memakai jaket. Hanya Gardigan yang terjuntai di tubuhnya.
Ojek online yang Alexa pesan pun sudah sampai. Alexa mulai berpamitan, dan ketika Alexa sudah hampir mencapai pintu keluar rumah. Gerald buru-buru menghampir ojek online tersebut dan meminta maaf bahwa tidak jadi pesan. Sebelum itu, Gerlad juga sudah memberikan uang kepada Ojek Online tersebut. Alexa yang bingung menatap Gerald dan ingin marah. Namun belum sekatapun keluar dari mulut Alexa, Gerald sudah lebih dulu menjelaskan. "Kamu pulang bareng aku! Udara lagi dingin banget, kamu gapakai jaket. Aku juga gamau pinjemin jaketku. Aku yang anter dan pastikan kamu sampai di kostan mu dengan selamat." ucap Gerald memerintah. Buru-buru Gerald mengambil kunci mobilnya, dan menyuruh Mbok Iyem untuk mengunci pintu. Tidak lupa Ia juga membawa kunci rumahnya, agar Mbom Iyem tidak perlu menunggunya pulang.
Alexa yang heran dengan tingkah Gerald akhirnya membuka pembicaraan. "Kamu kalau gamau cium aku, gausah cium aku dari awal. Itu juga ciuman pertama ku dan gamau buat kamu! Jadi kamu gausah ngerasa gimana-gimana kayak ciuman tadi sebuah kesalahan. Emang itu kesalahan dan lupain aja. Itu juga gaada arti apa-apa buat aku." tegas Alexa sambil memperhatikan ekspresi Gerald. Gerald hanya diam tidak merespon apapun.
Perjalanan malam itu, sangat sepi. Tidak ada percakapan apapun. Hanya suara lagu dari radio yang terdengar hingga mereka sampai di kostan Alexa. "Makasih", pamit Alexa dan melangkahkan kaki masuk ke kamarnya. Malam sudah menunjukkan pukul 10.10 malam. Sampai di kamar, Alexa buru-buru membersihkan diri, sambil menyikat gigi. Ketika sedang menyikat gigi, bayangan kejadian tadi kembali teringat. Masih kesal dengan respon Gerlad sebelumnya,buru-buru Aleax mengosok-gosok bibirnya agar ciuman dengan Gerald juga menghilang.