Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Jatuh Cinta Dengan Dosen Nyebelin

🇮🇩bella_haddad
--
chs / week
--
NOT RATINGS
4.9k
Views
Synopsis
Alexa menatap bayangan dirinya di depan cermin. Sungguh ia seperti tidak mengenali dirinya sendiri. Bagaimana mungkin, seorang gadis jelek, tidak bergaya, yang sering menjadi bahan olokan teman-teman di waktu sekolah dahulu bisa menjadi sosok yang indah bermata bulat, berkulit putih cerah dengan pipi kemerahan dan bibir merah yang dioles dengan liptint berwarna peach. Jika bukan karena luka lama yang menggores hatinya semasa SMA dahulu mungkin ia tidak akan pernah berubah! Yap mungkin bagi sebagian besar orang menganggap masa SMA adalah masa paling indah, namun tidak untuk Alexa. Cinta sepihak yang telah dirasakannya sejak dibangku SMP hingga berlanjut ke bangku SMA membuatnya bertekat untuk merubah diri dan penampilannya. Sejak dulu Alexa tahu, bahwa hatinya memang mencintai laki-laki yang telah menjadi sahabatnya sejak dari masa SMP dulu.Laki-laki yang membuat penampilannya kini 360 derajat berubah. Pertemuan kembali dengan sosok cinta pertamanya Aldiansyah membuat perasaan Alexa jungkir balik. Cintanya pun tumbuh kembali dan kenangan manis terulang kembali. Namun tanpa dikira-kira, Alexa bertemu dengan sosok laki-laki kaku, menyebalkan yang ternyata adalah anak dari Sahabat Mamahnya yang super posessif membuat dunianya seperti di penjara. Bagaimana cintanya akan terbalas, jika di setiap kesempatan selalu saja ada Gerald. Lalu, bagaimanakah kelanjutannya kisah Alexa? Siapa yang nantinya Alexa pilih?
VIEW MORE

Chapter 1 - Chapter 1 – Awal Baru

Alexa menatap bayangan dirinya di depan cermin. Sungguh ia seperti tidak mengenali dirinya sendiri. Bagaimana mungkin, seorang gadis jelek, tidak bergaya, yang sering menjadi bahan olokan teman-teman di waktu sekolah dahulu bisa menjadi sosok yang indah bermata bulat, berkulit putih cerah dengan pipi kemerahan dan bibir merah yang dioles dengan liptint berwarna peach.

Jika bukan karena luka lama yang menggores hatinya semasa SMA dahulu mungkin ia tidak akan pernah berubah! Yap mungkin bagi sebagian besar orang menganggap masa SMA adalah masa paling indah, namun tidak untuk Alexa. Cinta sepihak yang telah dirasakannya sejak dibangku SMP hingga berlanjut ke bangku SMA membuatnya bertekat untuk merubah diri dan penampilannya.

"Lexa! Mau berapa lama lagi kamu di dalam sana hah?" teriakan mamanya, membuat Alexa dengan cepat meraih koper. Rambutnya yang sebahu ia biarkan tergerai. Ia sangat mengenal karakter mamahnya. Jika saja ia tidak keluar dalam 5 menit dapat dipastikan seluruh tetangga di sekitar kompleknya dapat mendengar omelan mamahnya.

"Iya, Mah. Lexa sudah selesai kok." Seraya menggeret kopernya, ia melangkah ke ruang tamu menelusuri anak tangga. Tampak Mamah dan Dila kakaknya, telah duduk di sofa. Sementara Mbak Sri sudah berdiri bersiap-siap membantu menggeret koper Lexa.

"Nah, Mah itu Lexa sudah datang. Waktunya berangkat." Dila beranjak dari sofa diikuti oleh Mamah. Setelah bangun, mamah memberikan nasihat yang cukup panjang kepada Lexa, sebagai bekal saat Lexa memulai masa kuliahnya di salah satu universitas terbaik di Malang.

"Inget yaa Lexa, pokoknya mamah gamau tau, kamu nggak boleh main-main di atas jam sembilan malam! Anak gadis sendirian di kota orang itu bahaya banget, nanti kamu harus sering-sering ya telfon mamah, kita videocall, pokoknya gaada alas an deh ga telfon mamah. Nanti mamah juga akan titipin kamu ke Tante Ira sahabat mamah. Inget kan kamu tante Ani? Yang anaknya Dokter Bedah di Rs mana tuh, di Malang."

"Iya mamah ku yang cantik, siap gerak! Lexa akan pastikan setiap jam Sembilan malam Lexa akan video call mamah dengan pakaian kebangsaan.. alias pakaian bobo. Udah.. sekarang mamah gaperlu khawatir lagi ataupun takut mikirin anak mama yang super gemes ini. Untuk urusan Tante Ira sih aku inget mah, Cuma kalua soal anaknya kayaknya aku ngga inget deh mah." Ucap Lexa seraya menenangkan hati Mamanya. Lexa mulai beranjak mengikuti langkah kakaknya, dan mulai berpamitan dengan Mbak Sri, pembantu di rumahnya yang sudah mengabdi puluhan tahun bersama keluarganya.

"Mbak Sri.. Makasih banyak ya mbak udah selalu bantuin Lexa dalam hal apapun di rumah ini. Pokoknya Mbak Sri gaboleh kemana-mana harus terus temenin mamah sama Kak Dila ya Mbak."

"Sama-sama Mbak Lexa, saya pastikan kondisi rumah akan terkendali dengan baik."ucap Mbak Sri sambil memasukan koper ke dalam bagasi. Kak Dila sudah mulai menyalakan mesin mobil sedan keluaran terbaru miliknya. Diberkati dengan wajah cantik milik mamah, Kak Dila memang tidak pernah merasakan yang namanya glowup. Sejak dari bangku SD, Lexa selalu menganggumi sosok kakanya tersebut. Dia adalah orang yang paling berjasa terhadap perkembangan penampilan Lexa saat ini.

"Lexa inget ya pesan mamah, pokoknya, kamu…" belum selesai mamah menyelesaikan perkataanya Kak Dila sudah memberhentikan.

"Udah deh yuk, selesai yuk, perpisahannya, nanti ini anak bisa ketinggalan pesawat loh Mah, Mbak Sri. Cuma ke Malang doang kok mah, bukan ke London, mamah kan juga pasti bisa pulang-pergi jengukin Lexa," ucap kak Dila kesal yang sudah dari tadi berada di mobil. Lexa tertawa melihat tingkah lucu dari keluarganya, keluarga kecil yang hangat.

Lexa berasal dari keluarga yang hangat dan terbilang berkecukupan. Mamahnya adalah seorang dosen di salah satu universitas asing ternama di Jakarta, Kakaknya sendiri adalah seorang designer yang terbilang cukup sukses di usia 25 tahun. Mamah Lexa memang merupakan seorang single mother yang telah berhasil membesarkan anak-anaknya sejak 10 tahun lalu. Sepuluh tahun lalu merupakan hari paling menyakitkan bagi keluarga ini. Kehilangan sosok Ayah yang hebat dan humoris tidak akan pernah menutup luka keluarga ini.

Sepanjang perjalanan Lexa berbincang dengan kakaknya. Membicarakan segala hal tentang kehidupannya nanti di Malang saat, menjadi seorang mahasiswi. "Udah deg-degan belum kamu dek? Ungkap dila sambil menyetir dengan santai.

"Lumayan nih kak, pertama yaa kak, kakak kan tau sendiri, aku tuh ga pernah kemana-mana sendiri, apalagi ini aku bakal tinggal di kota asing yang aku bahkan pelum pernah liburan ataupun berkunjung kesana. Ditambah ya kak, aku harus masak sendiri biar bisa lebih hemat saat di kosan. Terus ya kak.. kan Kak Dila tau, selama ini aku suka minjem baju dan barang-barang kakak, nanti kalua aku lagi mau tampil bergaya dikit aku pakai punya siapa dong kak," renggek Lexa mengingat akan jauh dari kakaknya. Ukuran tinggi dan badan Lexa memang terbilang hampir sama dengan Dila.

"Yaampun dek, santai aja. Kan kostan kamu juga dari 2 minggu lalu udah kita beresin. Kamu lupa kamu tinggal masuk aja? Mamah kan sama aku sampai bela-belain cuti loh 2 minggu lalu Cuma buat ngurusin tempat tinggal dan kebutuhan kamu di sana. Kalau soal makan, gampang lah itu, kamu sarapan tinggal beli roti, makan siang paling kan di kampus tuh kamu. Nah yang agak PR pas makan malam si.. yaa memang mau tidak mau kamu masak-masak kecil lah.. tapi kan itu kamu bisa sambil nonton di youtube dek," imbuh Dila seraya menenangkan sifat kekanak-kanakan adiknya.

Mobil yang dikendarai Kak Dila melaju dengan lebih cepat hingga akhirnya mereka sampai di Bandara. Alexa sudah bersiap menurunkan koper yang ia bawa. Dalam hati ia cukup ragu, apakah ia akan betah tinggal seorang diri di sebuah kota yang terbilang dingin tersebut. Sebagai anak yang selalu dikelilingi oleh Mamah dan Kakaknya, tentu saja ia merasa khawatir akan kehidupannya empat tahun mendatang.

"Kak Dila… aku beneran takut deh kak…. Huaaa, gimana ya nasib ku empat tahun mendatang. Kakak inget sendiri kan waktu aku di sekolah dulu gimana? Aku diejek sama temen-temen.. jujur aku takut ngerasain itu lagi deh kak," Alexa melayangkan pandangannya pada Kak Dila yang sedang menikmati kopi dingin yang baru saja dia beli.

"Tenang yaa adik ku sayang.. kamu kan sekarang bukan upik abu lagi, melainkan angsa yang akan terbang,percaya deh sama kakak." Kak Dila menepuk gemas bahu adiknya yang penakut tersebut. Beginilah memang sifat adiknya, penakut dan manja. Setelah menunggu hampir 30 menit, akhirnya Alexa memasuki pesawat yang akan membawanya ke Malang. Pramugari mulai memperagakan alat keselamatan di pesawat dan pesawat pun lepas landas.

***

Malang. Kota Sejuta cerita, yang terkenal dengan udara dingin dengan masyarakat yang ramah. Akhirnya, awal baru akan di mulai. Dimana tidak banyak yang akan mengenali dirinya disini. Ditambah dengan dirinya yang dulu sudah sangat berbeda dengan yang sekarang. Alexa melangkahkan kaki keluar dari pesawat, dan bersiap-siap untuk ke tempat pengambilan koper. Tidak begitu lama menunggu, koper Alexa sudah terlihat. Buru-buru Ia mengambil dan menarik koper hingga ke pintu keluar.

Mamahnya sudah mewanti-wanti dari sebelumnya, bahwa Tante Ira akan menjemputnya ke bandara, untuk mengantarnya ke kostannya yang berada tidak jauh dari universitas tempat Ia belajar nantinya. Alexa mulai memperhatikan orang-orang di sekelilingnya, berharap melihat sosok sahabat mamahnya tersebut.

"Alexa.. cantik, sini nak. Ini tante," teriak salah seorang wanita yang sedang berdiri disekitar kerumunan. Alexa mulai memperhatikan, yap, betul, itu adalah Tante Ira. Sahabat Mamahnya sejak di bangku SMA dahulu. Pertemanan Tante Ira dan mamah memang telah terjalin berpuluh-puluh tahun dan selalu terjalin harmonis walaupun mereka menerapkan pertemanan LDR. Sambil melangkah maju mendekati Tante Ira, Alexa memperhatikannya dengan seksama, tidak ada yang berubah dari Tante Ira yang tujuh tahun ia temui dengan yang sekarang. Masih sangat cantik. Tanpa di sengaja tatapan Alexa teralihkan oleh sosok yang berdiri tepat di samping Tante Ira. Seorang laki-laki yang mungkin baru menginjaki usia 30 tahun dengan kulit berwarna putih, mata yang tajam berwarna hitam pekat di balut dengan bulu mata yang lentik dan alis yang terjuntai tebal. Hidung dan rahang yang tampak sempurna dengan rambut yang tertata rapih. Waw, siapa laki-laki tersebut. Seketika Alexa memaksa dirinya untuk berhenti memperhatikan sosok tersebut. Jelas saja, bagaimana mungkin Ia tidak terlena, laki-laki yang berdiri tepat di samping Tante Ira sangat menarik, namun jelas sekali pasti Alexa bukan tipenya.

"Halo Tante Ira, senang sekali akhirnya bisa bertemu tante," ucap Alexa ramah sambil menyalami Tante Ira.

"Loh.. Tante loh yang seneng banget akhirnya Tante bisa merasakan punya anak perempuan dalam empat tahun ke depan. Lexa, yang nyaman yaa di Malang. Kalau Lexa nanti ngerasa gimana-gimana sama tempat kostannya, Lexa tinggal aja udah di rumah Tante. Lexa kan tau, tante itu lebih sering di rumah berdua sama Om. Sedangkan Gerald lebih sering menghabiskan waktunya di Rumah Sakit. Oh ya, om tadi titip salam loh buat kamu, udah gak sabar mau makan malam bareng nanti malam sama kamu. Maaf dia gabisa ikut kita jemput kamu karena ada meeting penting di kantor. Ini juga Tante, harus maksa Gerald buat nemenin Tante." Jelas Tante Ira sambil menarik tangan anak laki-lakinya tersebut. Jelas sekali terlihat bahwa Gerald memang tidak senang harus sampai izin tidak datang ke rumah sakit hanya untuk urusan sepele seperti menjemput nona kecil yang satu itu.

Tanpa disadari, Gerald sejak dari Alexa sampai sudah memperhatikannya secara diam-diam. Dia tidak menyangka anak cenggeng yang selalu mengganggunya dahulu, bisa menjadi sosok secantik itu. Gerald benar-benar merasakan ada sesuatu angin segar di dalam hatinya dan hal ini tidak biasa. Secara, Gerald merupakan sosok digin dan ketus terhadap wanita-wanita yang selalu mengejarnya.

"Mah, udah yuk.. daripada kita lama-lama berdiri disini, aku juga cuma izin setengah hari, mending sekarang kita buru-buru anterin tuh anak ke kostan. Jadi Gerald bisa balik lagi ke rumah sakit, buat ngerawat orang yang membutuhkan,"ucapnya dengan ketus di sela-sela pembicaraan Alexa dengan Tante Ira.

Perjalanan dari bandara Malang menuju ke kostan Alexa tidak terlalu membutuhkan waktu lama. Jalanan hari itu juga terpantau lancar, namun hujan mulai turun sepanjang perjalanan. Udara Malang yang memang sudah dingin, menjadi lebih dingin. Alexa dan Tante Ira saling berbagi cerita seputar Kota Malang. Sedangkan Gerald fokus menyelusuri jalan tanpa suara. Sesekali Gerald memperhatikan Alexa dari kaca spion. Benar, ada hembusan angin segar yang terasa di dadanya. Aneh.

"Alexa, akhirnya sudah sampai ke kostan kamu. Tadi tante juga sudah kontakan sama mamah kamu, memberi kabar bahwa kamu sudah sampai dengan selamat di tangan Tante. Yuk, tante sama Gerald bantu-bantu untuk masukin koper dan rapih-rapih sedikit. Abis ini kamu ikut Tante deh ke rumah," ucap Tante Ira dengan penuh semangat. Kamar Alexa kebetulan berada di lantai bawah, kostan yang cukup mewah dan artistik, menambah nuansa segar bagi Alexa. Setelah merapikan semua pakaian yang Ia bawa ke dalam lemari, Alexa bergegas menyusul Tante Ira yang sedang berada di ruang tengah kostan tersebut. Tidak sengaja, Alexa bertabrakan dengan Gerald yang sedang berjalan menuju ruang tengah. Sepertinya Gerald habis melihat-lihat kostan ini.

"Brug.. Maaf-maaf kak aku tadi ga lihat," ucap Alexa sambil mengelus jidatnya yang tertabrak lengan kokoh Gerald. Gerald jengkel belum saja beberapa lama, anak kecil di hadapannya ini sudah membuat masalah. Bagaimana dengan nasib ia empat tahun ke depan yang harus menjadi sappam buat Alexa. Sudah tidak terbayangkan akan ada berapa kejadian menyebalkan dalam hidupnya.

Gerald hanya berjalan maju tanpa mengatakan sepatah kata apapun. Alexa mulai jengkel. "Memang tidak ada attitudenya itu laki,"gerutunya dalam hati sambil beranjak pergi.

Membutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk bisa sampai ke kediaman Tante Ira, ketika mobil sudah mendekati gerbang yang menjulang tinggi dan super megah, sappam sudah bersiaga untuk membukakannya. Megah. Satu kata yang terlintah di pikiran Alexa saat ini. Memang, Alexa sebelumnya sudah mengetahui dari Mamahnya bahwa Tante Ira ini super kaya. Tapi Alexa benar-benar tidak terbayang bahwa rumahnya akan seperti istana. Alexa yakin, Tante Ira pasti masuk salah satu masyarakat terkaya di Malang.

Mobil mewah yang ditumpanginnya sudah berhenti. Alexa mengikuti langkah Tante Ira dan Gerald untuk masuk ke dalam. Terlihat suami Tante Ira yang bernama Setyono sudah berdiri tersenyum menyapa. Lalu, mereka pun makan malam bersama sambil bercerita kenangan masa lalu. Ternyata selain dari Tante Ira yang bersahabat dengan mamahnya, Om Setyono juga bersahabat dengan almarhum papahnya.

Setelah makan malam selesai, Tante Ira beringsut dari kursinya dan mulai membujuk Gerald untuk dapat mengantarkan Alexa pulang ke kostannya. Tentu saja, sebelumnya Tante Ira sudah menawarkan Alexa untuk mengginap, namun Alexa menolak dengan alasan ingin merasakan kostannya di hari pertama. Tidak hanya itu, esok adalah hari pertamanya menjadi seorang mahasiswi.

Awalnya Gerald sangat malas harus keluar di jam segini hanya untuk mengantarkan anak kecil di hadapannya itu. Ditambah dengan udara Kota Malang yang semakin dingin, menambah rasa malas Gerald. Namun, Gerald sudah sangat mengenal mamahnya, jika saja dia tidak nurut, pasti mamahnya sudah membuat drama yang akan membuatnya pusing.

"Yaudah deh, Gerald anterin. Yuk, buruan.. gue masih ada urusan lagi jam 21.00 nanti," ungkap Gerald ketus sambil berlalu ke mobilnya. Alexa yang memperhatikan sejak tadi percakapan Ibu dan Anak tersebut juga sebenanrnya merasa malas jika harus di antar dengan orang yang jutek seperti itu. "Seperti tidak iklas," batinnya dalam hati sambil mengikuti langkah Gerald.

Di sepanjang perjalan, Alexa berusaha membuka topik pembicaraan agar terkesan tidak sepi seperti sedang dikuburan. "Setidaknya jika memang dia tidak mau ngobrol, disetel kek radionya. Jadi kan masih bisa dengerin lagu. Ini udah diajak ngobrol, responnya cuma sekata. Kayak pakai pulsa aja ngomong," ejek Alexa di dalam hati sambil memperhatikan sosok di sampingnya. Tanpa disadari Alexa mengerucutkan bibirnya.

Gerald yang sedang berusaha fokus, semakin tidak terkendali ketika melihat ekspresi menggemaskan tersebut. Deg.. kenapa dia jadi bisa terpikirkan hal tersebut. Gerald berusaha fokus kembali hingga tempat tujuan mereka pun terlihat.

Alexa pun turun dan berpamitan menggucapkan terima kasih karena sudah diantar. Tidak lupa Alexa menitipkan salam untuk Tante Ira dan Om Setyono. Setelah itu, Alexa sudah masuk ke kamarnya dan mulai mempersiapkan untuk hari pertama Ia berkuliah dengan penuh antusias.