Chapter 53 - BAB 47

Tahukah kau, Porche?

Saat-saat terbaik dalam hidupku adalah ketika kau mengizinkanku untuk ada ....

... cukup ada ....

.... di sisimu.

[Kinn Anakin Theerapanyakul]

Well, chapter ini agak sad.🗿 Itu aja sih peringatannya. Dan lagu yang kusematkan bisa bikin nyeseknya berlipat-lipat kalau diputer, mungkin. Hmmm ....

Sudah 7 hari sejak peristiwa tidak wajar itu berlalu. Harusnya, Kinn bisa mengusut teka-teki Faye dalam hitungan jam. Dengan bertanya kepada Porche, Pete, lalu mengonfirmasi omongan Faye. Sayang, diantara mereka bertiga, hanya Porche lah yang tidak bangun hingga sekarang.

Lelaki itu hanya terbaring diam. Dia bernapas teratur bagaikan seonggok mayat, tak bergerak, tetapi juga tak pernah sadar dari mimpinya.

Awalnya, Kinn mengira Porche hanya kelelahan atau semacamnya. Jadi, pada hari pertama, dia samasekali tidak mengganggu Porche. Namun, lama kelamaan ada yang aneh.

Porche benar-benar tidak bisa dibangunkan, padahal Kinn menciumnya lebih ganas daripada dongeng pangeran ke putri salju. Ciuman itu pun tak hanya sekali. Tapi jangan tanya tepatnya berapa. Kinn memang sempat mengulang-ngulangnya karena cemas.

"Porche ....?" panggil Kinn dengan alis bertaut. "Porche, hei, tolong. Bisa jangan bercanda seperti ini?" tanya Kinn. Dia kemudian menempelkan telinga ke dada Porche, yang ternyata detakannya lebih lemah daripada biasanya. Porche bahkan sempat tak bernapas 10 detik! (*)

(*) Hasil riset menunjukkan bahwa manusia hanya dapat bertahan hidup selama tiga hingga empat menit tanpa oksigen atau bernapas. Lewat dari empat menit tanpa oksigen, otak manusia mulai berhenti bekerja.

DEG

"Tidak beres, shit! Benar-benar ada yang salah di sini!" kata Kinn tak terkontrol. Lelaki itu pun memanggil Pete sekali lagi, lantas memastikan apa benar sungguh tidak ingat apapun.

Namun, yang Pete katakan tetaplah sama. Bahwa dirinya tidak yakin siapa pelaku di balik peristiwa itu. Karena baru akan menyapa pun ... leher Pete sudah diseruduk oleh jarum bius entah dari mana asalnya. Pete juga tidak ingat bagaimana rupa lelaki di sebelah Porche. Maka saat Kinn menodongnya dengan senjata, Pete justru memasrahkan diri.

"Anda boleh memenjarakanku juga, Tuan Kinn. Aku akan gabung dengan Faye jika itu membuat Anda semakin tenang," katanya. "Aku sungguh-sungguh tidak masalah," imbuhnya. Lalu memberikan kedua tangan kepada Kinn Anakin.

Peristiwa itu pun dilirik Vegas, tetapi sang kekasih justru tidak mengatakan apapun di belakangnya.

Kinn tahu, Pete mustahil berbohong bila untuk keluarga utama, lebih-lebih dirinya. Kesetiaan lelaki itu telah diuji sekian tahun. Hingga seorang Kinn pun tidak pantas meragukannya.

"Cih, tidak perlu ...." kata Kinn jengkel. "Lagipula, apa-apaan caramu memanggilku itu? Kenapa balik seperti dulu? Aku ini bukan tuanmu lagi!" tegasnya.

"Tapi, Anda--"

"Phi," tegas Kinn. "Panggil aku begitu terus mulai sekarang. Ini perintah."

Pete pun refleks terdiam. Dia yang biasanya bisa tetap ber-akting jenaka, kali ini malah sungguhan tak bisa.

Hingga sore, Kinn pun membatalkan rencana apapun yang disusunnya. Termasuk keinginan menemui Mossimo segera. Dia memanggil dokter langsung untuk Porche, dan tercenung karena kabar yang didengarnya.

"Memang benar, Tuan," kata Dokter bule tersebut. "Jantung beliau semakin melemah sekarang."

DEG

"Apa?"

"Tapi seharusnya itu hal wajar," kata si dokter segera. "Bukankah beliau punya riwayat luka dalam? Hanya saja, masalah utamanya bukan di sana, melainkan obat bius yang dipakai si penculik pada hari itu."

Kinn pun ingin meremukkan dokumen yang diberikan padanya, meski belum sampai membuka benda tersebut. Sebab di dalam ada keterangan senyawa yang disebut dokter ini sebagai "A1 Silent Killer". Salah satu obat-obatan terlarang yang langka. Dan isinya kini sudah dimodifikasi dengan cairan "ameodarone" serta serbuk yang kodenya belum bisa diterjemahkan.

Yang pasti, fungsi serbuk bius itu adalah untuk melemahkan jantung dari dalam, membuat korbannya tidur begitu lama, dan sesekali detak jantungnya menghilang. Kalau kata dokter, daripada kisah puteri salju, "A1 Silent Killer" lebih mirip dengan racun yang dipakai dalam karya Willian Shakespeare "Romeo & Juliet" yang mengenaskan. Namun, tetap saja berbeda jauh. Sebab efeknya tidak langsung menghentikan detak jantung, tetapi memang membuat Porche kehilangan fungsi hidupnya perlahan-lahan.

Mulai dari syaraf, fungsi hati, tekanan darah, berikut tentu saja--arrrghhh! Kinn bahkan tak sanggup melihat kondisinya setelah 10 hari. Porche semakin kurus, dia tidak merasakan sakit bahkan (semisal) dipukul seseorang dari luar. Kulit bibir merahnya juga menjadi pucat.

Dokter itu menduga, serbuk yang digunakan di penculik adalah ilegal dan hasil percobaan belum sempurna. Namun, daripada prihatin kepada Porche, pria itu justru cemas akan kondisi seorang Kinn Anakinn Theerapanyakul.

Karena Kinn berubah drastis. Tiap kali ada bodyguard yang khawatir padanya, lelaki itu justru mengamuk seperti binatang buas. Lebih-lebih kepada Faye. Dia menggampari bodyguard pribadi Faye itu bagai anjing buduk penyakitan. Sampai-sampai Vegas turun tangan agar Kinn tidak keterlaluan.

Kata Vegas, Kinn harus tenang demi mendengarkan kesaksian Faye. Sayang, bagi Kinn tidak lagi ada kewarasan tiap kali Porche tak pernah bergerak sama sekali di atas ranjangnya.

BRAKH!

"AAARRRGHHH!"

BUAGH!

"AHKHHH!"

BUGH!

"UHOKHH!"

JDUGH!

"ARGHHHH!"

Faye sendiri tidak mau banyak melakukan pembelaan. Dia tahu, ada yang keliru dalam situasi ini. Maka meski dihajar di dalam penjara, menjadi samsak adalah keinginan tertingginya agar Kinn bisa melampiaskan amarah.

Tidak hanya dia, Rey selaku bawahan Faye pun ikut jadi sasaran empuk. Sebab dia menjadi pendamping Porche ketika di taman dansa, dan menurut Kinn itu fatal sekali. Apalagi kesaksiannya yang terkesan tidak terima.

"Maaf, Tuan. Tapi aku berada di pihak Faye!" teriak Rey berani. "Lagipula Nona Laura melindungi Tuan Porche berkali-kali. Bahkan dari suaminya dan tembakan itu! Jadi mustahil Nona menginginkan kondisi ini!"

DORRRR!!

Rey pun terdiam karena perutnya mendadak bocor. Butuh beberapa saat hingga dia benar-benar ambruk.

Entah pingsan. Entah mati. Tak ada yang benar-benar tahu. Hanya saja Vegas langsung murka akan situasi itu.

"SEPUPU, CUKUP!"

DORRR!!

Kali ini Vegas turun tangan. Dia mendadak menjadi garang, lalu menodong kepala Kinn dari belakang.

Menurut Vegas, kali ini Kinn keterlaluan. Faye bahkan sudah babak belur nyaris mati. Napasnya juga kembang kempis seperti tikus yang terjebak dalam penjepit besi.

Namun, Kinn justru tak berhenti, padahal mereka masih belum dapat informasi.

Brakh!

"Aku sekarang mengerti," kata Kinn dengan seringai kecilnya yang hambar. Dia menginjak kepala Faye setelah melepaskannya, lalu berbalik dan menghadapi Vegas yang tampak begitu marah--bahkan mungkin melebihi dirinya. "Kenapa Porche memilih pergi dariku waktu itu, Vegas. Karena adiknya pun tidak bisa bergerak, walau ini benar-benar hal berbeda."

Vegas tidak menurunkan penjagaannya. Lelaki itu justru mempersiapkan diri untuk menembak, tetapi Kinn pun tidak ragu untuk mendekatkan ujung pistol itu langsung tepat ke arah jantungnya.

"Sepupu, jangan membuatku makin kehilangan akal--"

"Kenapa, Vegas? Aku sebenarnya tak masalah jika benar-benar kau lakukan," kata Kinn putus asa. "Tapi, coba pikirkan. Daripada kau meledakkan jantungku, lebih baik kita ke ruang bedah sekarang, dan ambil milikku untuk Porche."

DEG

"Apa?!"

"Bukankah barusan ide yang bagus?"

Kinn makin mencengkeram tangan Vegas. Namun, Vegas segera melempar benda berbahaya di tangannya sebelum sang saudara menarik pelatuk untuk mati konyol.

PRAKH!

"JADI KAU INGIN DIHAJAR?!" teriak Vegas. Dia menjambak kerah Kinn, lalu melemparnya ke pojokan penjara Faye. Mereka pun bertarung hingga berguling-guling diantara darah Faye yang sempat menciprat-ciprat.

Vegas memukuli pipi Kinn hingga hidung sepupunya itu berdarah. Dia tak peduli teriakan Pete dari luar penjara, dan tetap memberangus Kinn di bawahnya seperti tunggangan terkokoh.

Lupakan rasa persaudaraan dan segala tetek bengeknya, Kinn juga melempar Vegas balik setelah itu, lantas membalas hajaran di wajah setelah menduduki dadanya.

BUAGH!

"ARRGHH!"

"Jadi kau pun membela nyawanya yang lebih tidak berharga, hah?!"

BUAGH!

"Urrghh!"

"MAKA KAU PUN LAYAK DISEBUT PENGKHIANAT YANG PALING BESAR!"

BUAGGGH!

"VEGAS! PHI! TOLONGLAH!!"

Chaos sekali situasi kapal sejak saat itu. Bagusnya, sebelum bodyguard-bodyguard lain ikut masuk salah paham, Pete sudah menembak Kinn dan Vegas sekaligus selain titik vital mereka.

DORR!! DORR!!

Hanya agar kedua lelaki liar itu berhenti. Sama-sama duduk untuk menekan pendarahan yang dimiliki, lantas memikirkan segalanya dengan akal tenang meskisambil menahan sakit.

Pete terduduk stress setelah itu. Sebab diantara sekian banyak tindakan, dia justru mengambil barusan karena juga sulit berpikir. Dia menangis begitu kencang, merasa bingung sekali atas siapa yang benar dan salah.

Tuan Kinn Anakinn yang selama ini dia berikan kepatuhan jiwa raga, atau Vegas Theerapanyakul yang dia perbolehkan merebut keduanya kapan pun.

Mendadak diantara situasi gila itu, justru Faye lah yang meminta maaf. "Maafkan aku, Tuan Kinn. Aku benar-benar minta maaf untuk Tuan Vegas juga ...." katanya, meski tidak yakin akan hidup hingga esok hri. "Aku tak masalah bila tetap tidak dipercaya, tapi sumpah aku sungguh-sungguh jujur. Dan ini hal terakhir yang akan aku katakan jika nanti aku mati."

Tak ada yang menyela perkataan Faye yang sudah sekarat sekarang.

Mereka hanya bertahan dalam keheningan, mendengarkan, lantas berpikir diantara lika-liku kecurigaan pada satu sama lain.

".... Lelaki itu sungguh-sungguh manusia, aku yakin. Karena--uhookkh! Aku benar-benar merasakan hangat kulit darahnya saat menembak pertama kali," kata Faye dengan mulut yang penuh muntahan darah. "Hanya saja, wajahnya memang berbeda. Dari artifisial dan yang asli berbeda jauh, dan ... uhuk-uhuk! Soal darah yang menghilang aku memang tidak yakin, tapi ... mungkin kalian harus bertanya kepada Laura, tak peduli securiga apapun pada--uhmn ... tunggu dia--ugh ... hahh ... hahh ..." Dia sungguh-sungguh berjuang diantara napas yang mulai menghilang. ".... pulih. Atau kalau paling tidak sadar, karena setahuku, dia--ugh ... punya penawar racun Tuan Porchay dan--hhh ... hhh ... dan percobaan rahasia untuk proyek kesadaran AI--"

Tapi setelah itu Faye sungguh-sungguh pergi. Napas terakhirnya berhenti dalam posisi masih tersungkur sujud di depan kaki Kinn. Seolah-olah telah membuktikan, bahwa pengabdiannya atas amanah menjaga Porche ditunjukkan hingga saat ini.

Ada nyawa terbaik yang telah hilang.

Dan semua yang di sekitar penjara itu paham, meski tak seorang pun yang bicara atau saling menyalahkan lagi.

Malam itu adalah waktu yang sunyi bagi Kinn. Dia tak tertarik memikirkan misi diantara debur ombak lagi, atau siapa pelaku sesungguhnya di balik ini. Namun, kedua matanya tak berhenti menemani tiap tarikan napas Porche yang makin melambat.

Coba bayangkan saja. Bila sebelumnya hanya 10 detik, kini jeda napas Porche menurun hingga 16 detik. Maka, sungguh ... Kinn merasa Porche bisa pergi kapan saja darinya mulai sekarang.

Dokter bilang, hal ini belum pernah dia jumpai sungguhan di dunia nyata, dan Porche merupakan pasien pertama dia. Hal itu membuat Kinn jadi sulit meninggalkan Porche meski sebentar dari sisi ranjang perawatan. Lelaki itu meraih telapak tangan Porche dan menghirupinya bagai bunga, meski tak ada cincin pernikahan lagi di sana.

Ah, ini memang hal sederhana, tetapi bagi Kinn cukup menghilangkan perih luka tembak Pete yang bersarang pada perutnya.

Aku telah menyerah ....

"Porche, sekarang terserah maumu," kata Kinn sepelan bisikan. "Jika kau bangun nanti, apapun yang akan kau lakukan, aku takkan menahannya lagi."

Karena semakin Porche dirinya tekan, sosok yang paling dia cintai itu justru makin tidak menginginkan bantuannya.

"Kau juga tidak harus mengatakan apa rencanamu," kata Kinn. "Tapi jika memang butuh sesuatu, bilang saja. Kau sedang ingin bawa kendaraan? Senjata? Pengawal? Uang? Ambil saja, Porche. Bahkan meski itu ada aku." Napasnya begitu riuh, sesak, tapi tak ada setetes pun air mata yang keluar darinya. "Tapi tolong, oke? Jangan pernah kembali padaku dalam kondisi mati."

Bersambung ....

Gimana? Ini hasil alur yang udah kurubah dikit 👀 (Walau gw sendiri gak menyangka bakal begini jadinya 🗿‼️)