Chapter 81 - KITTY PO 77

Seminggu sejak kejadian itu, Apo memiliki kebiasaan tidur selama berhari-hari. Si manis terlalu capek karena mentalnya terkuras. Kegiatan mengerami bayi-bayi bertambah dengan menikmati mimpi yang sering berganti. Kehamilan ketiga membuatnya pasrah dengan bentuk badan. Toh sang suami melarangnya terlalu keras kepada diri sendiri.

Jika ingin makan, ya makan. Jika ingin tidur, ya tidur. Persetan jika perutnya menjadi buncit karena mata Mile tetap dipenuhi cinta jika memandang Apo tengah memeluk bayi-bayinya di ranjang. Mereka bertiga tidur di bawah satu selimut hangat. Kaki Sammy mengangkang. Katty meringkuk di depan puting kiri Apo. Tampaknya tak ada yang sadar kalau tempat itu butuh ditutup dulu jika selesai menyedot ASI.

Mile mendekat untuk duduk di tepian ranjang. Dia memandangi bentukan keluarga kecilnya yang lucu. Mile tidak tega membangunkan, padahal sebelum punya anak Apo dinas menyambutnya sepulang kerja. Jika tidak manja-manja, pasti cerewet mengenai banyak topik. Perhatian Apo sudah terbagi dengan si kembar. Katty mungil menguap kecil ketika disun pada pipinya.

"Hhhh, Daddy pulang," bisiknya di sebelah telinga Katty.

Sammy justru tak bergeming saat mendapat sun sama persis. Si sulung seperti boneka mati, walau sudah diterjang berkali-kali. Aroma bedak, kulit bayi, dan minyak telon merambati indra penciuman Mile. Semuanya adalah syurga yang sanggup melempar lelah di badan sejauh mungkin.

Pasalnya masalah perbaikan rumah sakit langsung menyita perhatiannya, belum lagi cek-cok dengan pihak Kriss Wu setelah kejadian mati di dalam kobaran api. Mereka tak terima dan ingin menuntut Keluarga Romsithong ke meja pengadilan, sayang rekaman CCTV lantai bawah jelas-jelas menampilkan bukti pihak mereka yang membobol gedung terlebih dahulu. Semuanya diawali dengan masalah interapersonal, yang mana Mile pun sanggup menuntut balik atas segala kerugian yang didapat oleh pihak dia. Kerusakan gedung sebanyak 13 lantai, fasilitas RS, 27 korban jiwa, dan 62 luka-luka. Semua itu butuh pertanggung jawaban, yang mana semakin menyudutkan orangtua Kriss Wu dan antek-anteknya. Kasus pun ditutup dengan jaminan besar dana untuk perbaikan, begitu juga caci maki yang meluas di media sosial meski Kriss Wu sudah menjadi arwah hangus dalam debu.

Mile memang sanggup mengatasi, tapi butuh istirahat lebih banyak. Malam itu dia pun tertidur di sebelah anak istri tanpa cuci kaki. Baju kantor masih menempel di tubuh dengan bau kecut seharian. Beruntung lelaki itu tidak ikutan dalam selimut. Mile sendiri terkaget-kaget ketika bangun pukul 8. Dia tidak mendengar alarm untuk pertama kalinya selama berumah tangga. Rasa bersalah sudah mencemari bayi-bayi membuatnya nge-blank. Apo malah santai begitu masuk kamar sambil sambil menggendong Katty di dada.

"Daddy, morning," sapa Apo sambil menggoyangkan jari-jari mungil Katty. Potret istri idaman dengan senyum manis tersaji di depan Mile. Lelaki itu menyipitkan mata saat melihat gelang emas di pergelangan si bungsu. Mile tidak yakin Apo beli benda semacam itu sendiri. Dia pun ikut menyentuh sangking penasarannya.

"Wah cantik," pujinya. "Tapi kenapa aku tidak dibangunkan? Kelewatan apa ya hingga sekarang? Apo, aku harus segera ke kantor."

"Phiiiii, di rumah saja tidak apa-apa kok. Pappy sudah menggantikan tadi karena kasihan," kata Apo cepat-cepat. "Phi Mile bisa sakit kalau memforsir diri sebegitunya, hm? Lagian cuma sehari kan? Pappy bilang Phi Mile besok boleh aktif lagi."

"Hmm ...." gumam Mile. "Mulai pintar bersekongkol dengan mertua kau rupanya. Dasar. Kelakuan istri siapa ya ini."

"He he. Punya Phi Mile," cengir Apo. "Oh iya ngomong-ngomong ini cantik kan, Phi? Tadi aku baru memoroti Mommy."

"Hah?" kaget Mile. "Memoroti bagaimana?"

Si manis blak-blakan tidak terkontrol. "Ya lagian tiba-tiba pulang dari Sydney bawa susu kehamilan yang rasanya aneh. Mana Mommy bilang aku harus ganti merek itu. Biar kandunganku makin kuat plus blah blah blah. Iyuhhh. Ya sudah akhrinya kami main super deal 2 milyar. Aku habiskan sekotak, Mommy harus belanjakan aksesoris. Eh, dibelikan betulan dong. Makanya Sammy dapat gelang kaki, terus Katty punya gelang tangan. Aku sendiri dikasih sekotak entah apa saja. Belum kulihat, Phi. Ya ampun ... Mommy takut aku keguguran nantinya. Jaga-jaga."

"Oh." Mile pun mengangguk-angguk. "Jadi, betulan kesepakatannya hanya sekotak?"

"Hu-um, tapi beratnya loh sampai 900 gram. Banyak itu," keluh Apo. "Mungkin 1 bulan baru habis, Phi. Keselll ... cuman aku paham kalau Mommy khawatir padaku. Phi sih, pakai cerita perutku habis ditendang. Ugh."

Mile pun hanya terkekeh. Dia paham punya istri muda berarti memang harus mengemong seperti bayi. Usai mandi lelaki itu mengobati bekas jahitan pada bahunya. Sammy yang tengkurap dan ngesot-ngesot memakai perut dia ambil dari sofa. "Hawooo, cil."

Sammy bersin tepat di muka ayahnya.

"Atchi!"

"Ha ha ha ha ha," tawa Mile seketika. "Aku mendapat semburan cinta. Kau kangen tidak sama Daddy? Astaga, lihat lehermu ini kenapa? Bisa-bisanya di-encus nyamuk."

"Eh? Iyakah Phi?" Apo yang mengambil robot di kotak mainan segera mendekat. "Mana, mana. Kok aku baru tahu ini. Perasaan tadi belum loh, ya kan Kak?" tanyanya ke babysitter.

Si empunya baru ngeh karena fokus menonton berita. Wanita itu langsung melepas baju bayi yang harus dilipat begitu diangkat dari jemuran. "Ah! Iya, Tuan. Iya. Maaf saya kepo dengan penyelesaian masalah RS. Lihat. Keluarga Romsithong masuk lagi ke berita. Trending terus," tunjuknya ke televisi. "Padahal 3 hari lalu sudah tenang loh. Tapi sekarang mereka diskusi lagi. Rasa-rasanya daripada mati, saya lebih ingin melihat Tuan Kriss pakai kaos oren bertuliskan "TAHANAN", hmmm." Dia mengoceh sambil geleng-geleng.

"Kakak, huss," tegur Apo. "Kan sudah meninggal ya biarkan saja. Toh para perampok yang beraksi sudah ditangkap semua. Mending sekarang ambilkan minyak kayu putih buat Sammy. Nanti gatal."

"Hehe, baik, Tuan Natta. Permisi."

"Oke."

"Saya minta maaf sudah teledor ke putera Anda."

"Hmm."

Apo mengambil tempat duduk di sebelah Mile. Dia memeriksa leher si sulung dengan wajah yang prihatin. Sammy justru biasa saja seolah tidak terganggu. Dia punya mata cantik seperti Apo yang menatap lurus ke pipi Mile sebelum meraup dengan mulut ompongnya. "Haup," gumamnya begitu bangga.

Awalnya Mile kaget, sementara Apo tertawa tak henti-henti. Si manis berspekulasi gusi Sammy ada yang gatal sehingga dia butuh sesuatu untuk dikunyah. Kebetulan mulut bayi harum, meski begitu penuh saliva. Mile harus tahan dan ikutan tertawa karena digesek terus menerus.

"Awah! Mpahh! Mahh! Mahh! Mahh!" kata Sammy sambil menduselkan rongga mulutnya. Baby itu seolah ingin menelan Mile Phakphum. Andaikan berukuran besar dia pasti sudah menjadi musuh yang brutal.

"Ha ha ha ha, Phiiii ... tengok Katty jadi ingin coba juga. Tangannya loh, xixixi ... sampai diangkat ke sana! Kasih cubit!"

"Aduh!"

Mile pura-pura kesakitan begitu pipi kirinya ditepuk Katty.

"Ehehehehehe!" tawa baby 3 bulan itu.

"Aduh!"

"Ehehehehehe!"

"Aduh, princess! Aduh!"

"Ehehehehehehehehehehehe!"

Katty yang diangkat Apo berdiri pun mendendang-nendangkan kaki. Dia senang, padahal cuma melayang di udara macam super man. Kedua ketiak dipegangi erat agar tidak jatuh. Ujung-ujungnya Sammy malah menangis karena kurang perhatian.

Si sulung tiba-tiba menjerit kencang. Dia menggigit pipi Mile dan memeluk leher sang ayah. Jeritannya, "Oeeeeee!! Oeeeeeee!! Oeeeee!" dengan suara yang begitu pilu. Seolah-olah ada kabar bela sungkawa, meski nyatanya cuma soal sepele.

Mile segera berdiri sambil menepuki bokong Sammy. Semakin jauh dari sang adik, Sammy semakin cepat berhenti. Rupanya meski sulung, Sammy pun ingin dimanja. Dia cari perhatian ke sang ayah, berhubung Apo sudah berhasil dimonopoli Katty.

Apo sendiri heran kenapa Sammy berubah begitu drama. Padahal dulu tak begitu, jadi mungkin itu sebagian dari perkembangan. Muka bengkak, bibir klimis, dan mata merah mewarnai muka Sammy. Dia kesal dan tampak tersakiti, tapi tertawa setelah Mile mencapai teras. Cuma dipetikkan bunga pun mau mengoceh lagi. Dipakaikan bunga pada telinga malah menjerit penuh semangat.

"Aaaaaaa! Mmng, mmnggh," kata Sammy dengan mulut yang terbuka lebar.

Apo ditolak mentah-mentah karena masih menggendong Katty yang anteng. Babysitter lah yang harus memberikan sapu tangan guna mengusapi sisa saliva di pipi Mile agar Sammy tidak rewel.

"Dasar, anak Daddy," julidnya. "Aku juga mau cium Phi Mile, kan. Mmh. Sammy Mama belum dapat morning kiss loh. Ihhh keseelll." Dia tantrum, tapi tetap menjauh tanda mengalah.

Rupa-rupanya sikap kolonial Sammy berlanjut seharian itu. Mulai sarapan puree pepaya, bahkan harus Mile yang menyuapi. Setelahnya Sammy ingin diajak belajar jalan di stroller. Mile lah yang mendorong agar kakinya pandai mengayuh. Kesal tak dianggap, Apo akhirnya menyibukkan diri dengan me-ngutek-i kuku kaki Katty. Di kursi kolam dia memangku si baby yang menyimak begitu khidmad. Bagian jempol sempat tercoret warna merah, namun ditiup sebentar hasil warnanya sudah natural.

"Aww, Katty. Cantiknya ...." puji Apo, coba menyibukkan diri sendiri.

Setelah puas Apo pun mengintip Mile kembali. Dikiranya Sammy sudah capek main, minimal mau tidur siang. Namun harapannya pupus karena Sammy malah minta gendong lagi. Ditinggal Mile sebentar mengambil dot susu sudah protes tidak karuan. "Ehehhh! Ehehhh! Tata!" ocehnya sambil merentangkan tangan.

"Iya Sayang. Ini. Kau tumben sekali tidak kangen mimik Mama?" tanya Mile, tanpa tahu Apo menguping macam stalker.

"Mmh! Nngh, ngghh," gumam Sammy lalu menikmati susunya sambil rebahan.

"Kenapa, hm? Kenapa?"

Sammy tertawa kecil merasakan perutnya digelitiki.

"Eehh, nakal ya. Tapi kau lucu, mana bisa Daddy marah. Hmmph!"

Mile mulai menciumi pipi Sammy sampai berlutut dan membungkuk curam. Di sekitar mereka, karpet ruang tengah dipenuhi mainan berantakan. Segala bola, boneka, robot, bantal sofa, dan banyak lainnya berserakan tak tentu arah. Entah apa saja yang mereka lakukan selama Apo tinggalkan.

Pukul 2 siang, begitu bobo di sofa panjang tangan Sammy tetap meremas baju Mile seolah tak mau ditinggal.

Apo mencebikkan bibir sangking kesalnya ke Sammy. Dia ngambek mengunci kamar, dan memeluk Katty di dalam. Pukul 4 sore, Mile panik karena baru sadar kehilangan jatah. Dengan perut keroncongan, badan belum mandi, dan ingin sun singkat tetap tertolak di depan pintu.

"Apo, Sayang? Apo ...."

Apo pura-pura tidak dengar.

"Cantik, aduh. Sammy sudah tidur ini. Ayo keluar ya? Phi Mile mau mandi loh. Ganti baju dulu karena sudah hampir dinner. Nanti Pappy sama Mommy pulang suamimu belum apa-apa."

"...."

Di balik partisi, Apo mengambil selimut dan menariknya ke bahu. Muka ditutup sebatas hidung agar tidak punya belas kasih. "Pergi dulu, marah!" batinnya. "Aku juga mau dicium di sini. Huhu."

Katty sendiri kelap-kelip seperti bola lampu. Baby itu tidak tidur, tapi juga tak cerewet. Dia cukup bergerak kecil sambil menatap ke langit-langit. Sesekali minta susu sambil menyeruduk ke dada ibu. "Mmm."

"Iya, nanti saja ketemu Daddy-nya. Ayo kita hukum sampai pukul 7, oke?" Kata Apo sambil mengelus punggung si jelita. "Biar tahu rasa kangen itu apa. Ihh ... masak sekali-kali tak bisa mencuri kemari. Jahat! Pokoknya habis makan baru boleh kisssss!"

"Mmm."

Katty cuma fokus menyedot asupan ASI.

Dia boleh bertubuh mungil, tapi jadi teman setia sang ibu. Segala omelan dan curhat Apo lontarkan ke dia. Termasuk mual-mual yang mulai datang karena hamil calon adik barunya.

"Aduuh sebentar ya, sayang," kata Apo tiba-tiba melepaskan putingnya dari susuan. "Tunggu, hm? Sebentaaar saja. Puk, puk. Soalnya Mama rasa--"

Ugh, sial. Toilet!!! Ugffff--

Apo pun memuntahkan isi perutnya dalam wastafel. Dia nostalgia dengan masa kehamilan, tapi sekarang rasanya lengkap. Ada Mile yang sehat dan baik-baik saja. Ada Sammy-Katty yang mengisi kekosongan, walau tidak ada teman. Ada juga orangtua yang mendukung perkembangan bayi ketiga.

Apo rasa dia kuat menjalani fase ini. Setelah apa yang terjadi, dia tidak mau mengingat masa-masa baby blues dan anti bayi.

"Fine, berarti sudah nih musuhannya?" tanya Mile begitu dibukakan pintu. Rupanya sang suami main ponsel di sofa terdekat kamar. Sambil menunggu Apo, Mile main game random online yang di-download dadakan. "Tidak mau nambah lagi ya Sayang? Berhubung Sammy tidur, aku kan masih kuat 2-3 jam lagi. Ayo," tantangnya.

"Umn, tidak kok Phi. Cukup mandi terus ikut dinner bareng."

"Eits, siapa bilang semudah itu? Tidak boleh lewat ya, sampai ada penjelasan relate," kata Mile sambil menghalangi jalan.

Apo dan Katty terhadang tubuh besarnya. Si manis mendongakkan kepala dengan pipi yang merona tipis.

Dari mata ke mata, bibir ke bibir, dan jantung ke jantung. Apo pun mendekat untuk memeluk sang suami setelah memberi kecupan bibir.

"Phiiii, boleh tidak besok tambah libur lagi. Satu hari saja loh Phiii, ya?" pintanya. "Kita kan belum photoshoot keluarga lengkap. Mmn, aku nak punya pajangan foto besar di kamar nanti. Biar ada dokumentasi ending maternity, kan? Nanti baby ketiga bikin beda lagi. Aku tidak sabar punya ituuu. Nnng. "

Mile pun kehilangan kata-kata. Peran sosok "suami" dalam dirinya tergampar habis, karena lupa akan hal sepenting itu. "Ya ampun, Sayang. Kenapa baru terpikirkan?" Dia meremas bahu Apo dengan tatapan determinasi. "Tentu saja, tentu! Besok ya? Phi cari-cari tema pelaksanaannya dulu. Just wait. Katty tunggu Daddy sebentar di bawah. Dah!"

"Dah ...."

"Mmn."

Setelah itu Mile segera pergi. Apo senyum-senyum dengan tangan mengepal seolah ingin tos bersama baby Katty. "Yes, berhasil!" batinnya, lalu mengesuni pipi-pipi merah itu. "Kita tim yang hebat, sayang! H-E-B-A-T! Hebat! Besok ayo ajak Daddy mampir-mampir! Hehew~"

Bersambung ....