Chereads / Wahyu Kemuliaan / Chapter 11 - BAB. 11 FALSAFAH POHON JATI

Chapter 11 - BAB. 11 FALSAFAH POHON JATI

Peradaban bangsa jawa dinilai sangat mempengaruhi perihal pengaruh akan perkembangan peradaban di Nusantara.

Kegigihan dan tekad adalah hal paling penting yang terus di lestarikan dalam tradisi budaya jawa.

Banyak masyarakat bangsa jawa, yang sudah membaur di berbagai wilayah Nusantara.

Mereka dapat dengan mudah beradaptasi, bersosialisasi, bermasyarakat dan menyesuaikan diri terhadap lingkungan.

Indonesia adalah negara yang humanis sehingga dapat dikatakan budaya timur begitu erat terasa dalam kehidupan bermasyarakat.

Narendra Sanggrama yang begitu sadar memiliki darah dari keturunan bangsa jawa mengenal akan banyak tradisi yang menghasilkan sisi-sisi positif bagi perkembangan diri secara pribadi.

Dari Jawa kembali ke Jawa, mungkin makna tersebut sangat dekat dengan perumpamaan bahasa yang berkembang.

"Filosofi Pohon Jati" yang menanamkan nilai-nilai luhir akan cita-cita bangsa yang mulia.

Mengingat bahwa menanam pohon jati yang akan mengahasilkan kualitas pohon jati yang tinggi dan dapat menjadi dasar yang digunakan sebagai bahan pembuatan ukiran kayi nyatanya, tidak semudah merealisasikan ucapan yang tesabda dalam mulut saja.

Pohon jati yang baik kualitasnya dapat di tanam dan tumbuh berkembang dalam kurun waktu kurang lebih adalah 50th lamanya.

Sehingga saat yang menanam pohon jati adalah kakek barangkali yang akan menikmati hasilnya adalah cucu atau bahkan cicit yang kelak lahir di kemudian hari sebagai penerus generasi keluarga.

Sebagaimana hal tersebut terjadi dapat disimpulkan bahwa pohon jati adalah prinsip yang di telah dipelopori dalam tradisi sehingga di wariskan ke generasi.

Namun apabila yang terjadi dapat merubah tatanan yang telah diterapkan, maka akhirnya hasil dari pada penanaman prinsip jati diri dalam sebuah tatanan kehidupan dalam keluarga akan di mulai kembali dwngan tradisi atau dinasti baru dalam keluarga generasi yang merubah nilai-nilai tersebut.

Begitulah Narendra Sanggrama menerapkan sebuah keyakinan akan filosofi yang sudah barang tentu jelas dan pasti akan kebenarannya.

"Hujan Emas di Negeri tetangga sedang Hujan Bati di Negeri sendiri" juga tidak menyerah dengan asa dan perjuangan di negeri orang lain agar tetap berkarya dari kemapuan diri pribadi.

Itulah segenap kepercayaan dan keyakinan akan nilai-nilai yang di wariskan dan di yakini akan keberhasilan filosofi kuno.

Tentang Cinta yang begitu mulia, sekalipus berjiwa dingin terhadap wanita.

Narendra Sanggrama, yang di landa asmara berpedoman teguh pada prinsip jawa.

Mengagumi wanita jawa, dengan segala keistimewaanymnya namun tetap merendah adalah bentuk simpati Narendra Sanggrama akan keindahan semesta.

Putri Anggraini yang tidak sadar bahwa Narendra Sanggarama adalah pria yang dirinya idamkan di penuhi akan tabir misteri.

Berlatarang belakang Gangster dan Mafia namun jelas pengalaman yang berbicara.

Tanpa ada catatan hitam sejarah juga namanya masih harum di telinga dan mata.

Selalu lolos akan aparat negara yang siap menjera begitulah cara pengalaman hidup berbicara.

Solidaritas yang tinggi, jiwa sosial yang membumi, Suap dan Korupsi juga ilegalisasi adalah tabir palsu yang membayangi asmaranya.

Putri Anggraini yang notabennya adalah wanita karir yang mendiami jogja rupanya bertugas di tempat kerja wilayah surabaya.

Berawal dari kisah cinta di jakarta hingga kini keduanya masih mengenang masa -masa indah akan perjumpaan pertama mereka.

Menganggap Narendra Sanggrama adalah sosok tepat pria idaman hatinya, tak sedikit dirinya terpikir akan memilih calon lainnya.

Hanya rindu yang dirasa, sementara Narendra Sanggrama yang masih berada dirimbanya di jakarta,dirinya harus tetap menjalakan rutinitas kerja.

Mengenal Narendra Sanggrama, dari raut wajah, postur tubuhnya dan gaya bicara yang selalu terbayang dan terniang dalam memori otaknya.

Untuk memastikan kebenaran bahwa Narendra Sanggrama memang benar jodoh dari yang Maha Kuasa, Putri Anggraini akhirnya menjanjikan pertemuan di Jakarta.

Tepat pada pergantian tahun baru masehi, selama tiga hari keduanya fokus membicarakan masa depan seolah sudah ada di cengkeraman kedua muda-mudi yang sedang si teduhkan oleh cinta.

Semakin yakin, Putri Anggraini meminta Narendra Sanggrama untuk menikahinya sekalipun dengan cara sederhana tanpa pesta yang mewah.

Putri Anggraini yang telah dianggap wanita spesial dalam hidup Narendra Sanggrama sangat sulit mengambil keputusan yang sedemikian rupa.

Wanita laksana permata, yang harus di jaga dan dirawat, mengharuskan di hargai sebagaimana mencintai diri sendiri.

Di lain sisi, bisnisnya yang sedang terkena guncangan polemik, menyebabkan semua yang di punya sudah habis guna kebebasan dari ancaman dan tekanan pemerintah akan aparat-aparat yang masih saja ingin menjatuhkan bisnis dalam organisasinya.

Mungkin apabila susah bebas semua, keadaan kembali normal sedia kala, semua rekan sudah bisa tertawa lepas dari adanya hambatan-hambatan yang baru saja membelenggu peejalanan mereka.

Sehingga modal dan investasi sesegera mungkin di cari demi mengembalikan bisnis haram yang mereka jalani.

Kemudian apabila masih saja kondisi menemui titik buntu, jalan pertaubatan adalah kuncinya.

Yang Hitam belum tentu kotor, yang Putih belum tentu Suci.

Yang Salah belum jelas Kalah dan yang Bersih belun tentu terbukti.

Apapun jalan kedepan tentu saja harus mendapat jalan damai kebebasan berekspresi.

Untuk memikirkan pernikahan yang sesuai dalam mengikat Cinta, Narendra Sanggrama Canggung perihal sama sekali tidak tersisa harta kekayaannya yang ludes karena kebebasan belenggu sengsara rekan-rekannya.

Narendra Sanggrama sempat terbesit pikiran jalan hidupnya demi gadis yang di harapkan menjadi Ibu Rumah Tangga bagi anak-anaknya apa mungkin menggadaikan ginjal satu di tubuhnya.

Putri Anggraini, tidak pernah menuntut apa-apa prasyarat peenikahan mereka, kebahagiaan keluarga adalah prioritas utama.

Tepat di tahun yang sama, Narendra Sanggrama keluar dari Zona Jakarta, menghilang dari Rimbanya.

Semua rekan, kawana dan sekutunya sibuk menyebar jaringan agar di ketahui letak posisinya.

Bermodal Seperangkat Alat Sholat dan kelengkapannya, Narendra Sanggrama menikahi Putri Anggraini sah secara agama dan pemerintah.

Menafkahi Putri Anggraini dengan cara yang halal untuk sementara dapat mengandalkan Ijazah sekolah di perguruan tingginya.

Mereka pada akhirnya membina rumah tangga di kota Surabaya.

Dengan kehidupan sederhana, Putri Anggraini dan Narendra Sanggrama masing-masing sibuk bekerja.

Di Anugerahi tempat tinggal dengan dalih dan upaya berangsur-angsur mencicil di setiap bulannya dari hasil pendapatan mereka berdua.

Satu tahun mereka membina rumah tangga, Putri Anggraini Hamil anak pertama.

karena tidak ingin sibuk bekerja sementara masa kehamilan Putri Anggraini sibuk di rumah mengambil cuti kerja.

Selanjutnya Narendra Sanggrama yang bekerja di sebuah kantor di Perusahaan Swasta di Surabaya selain sibuk bekerja, menyibukkan diri pulang kerumah memanjakan istri tercinta disaat berselang jeda istirahat di siang harinya.

9 Bulan 10 Hari lamanya menunggu, lahirlah Anak pertama mereka yang di beri nama Samudera, agar dikemudian hari dapat memiliki pengalamab dan wawasan yang luas membentang seperti Samudera yang luas tanpa batas.

Sebagai Pria yang bertanggung jawab Narendra Sanggrama selalu mematuhi setiap kata-katanya, begitupun dengan sikapnya.

Mewujudkan Prinsip-prinsip yang di akui akan kebenarannya di percaya bagi Narendra Sanggrama bahwa Semua yang terbaik belajar dari Pengalaman sebagai guru yang berharga dan Renungan dari Pendahulu adalah Nasehat yang paling baik yang tidak pernah berbohong akan pelajaran-pelajaran yang terkandung di dalam maknanya menjadi dasar dan pondasi dalam paradigma kehidupan.