Chereads / Wahyu Kemuliaan / Chapter 15 - BAB. 15 LAHIRNYA PUTERA BUNGSU DALAM SILSILAH

Chapter 15 - BAB. 15 LAHIRNYA PUTERA BUNGSU DALAM SILSILAH

Semua Peristiwa atau Kejadian yang terjadi bukan sebuah kegagalan, bukan sebuah kehancuran, bukan pula sebuah ketidakmampuan atas semua kondisi yang sedang di terpa angin topan ujian.

Mengundurkan diri dari sebuah jabatan sebagai Duta Besar Negara tak sedikitpun memutus nyali akan rencana ke depan yang semakin tertantang akan gejolak peradaban kondisi pemerintahan.

Potensi akan selalu ada mengingat jasa dan bebean berat yang sudah terlewati dan melampaui skenario hasil kinerja mengabdikan diri.

Banyaknya pihak-pihak dan oknum yang iri dengki tak mengkhawatirkan sama sekali bagi Narendra Sanggrama, untuk terus mengasah diri.

Hal demikian amatlah sangat wajar, mengibaratkan tikus sawah yang mencoba beralih ke ladang kota, pengumpamaan bagi pihak-pihak yang kontra akan peran serta Narendra Sanggrama sebagai Eks Duta Besar Negara.

Begitu juga tak ayal, peran serta dan campur tangan politik luar menghadang kariernya agar ideogi negara yang merasa Adidaya dan Adikuasa dapat berlanjut mencuci otak manusia lainnya dengan menekan jalur politik yang halus yang keji dan hina.

Menyadari apa yang telah terjadi terhadapnya, Narendra Sanggrama tak berputus asa dan pantang menyerah, justru akan kiat berpacu dalam roda kehidupam demi memperjuangkan nilai-nilai luhur yang dianut dan di percaya.

Barangkali sudah seharusnya jeda dan beristirahat sejenak, menikmati indahnya dunia, bahwa bekerja saja tidaklah cukup demi merubah suatu kuasa, namun sebuah negeri harus senantiasa merenung agar berpikir lebih jenius dalam menghadapi semua tekanan politik dan ekonomi global.

Sekalipun ada tawaran pemindahan kerja di kedutaan besar negara lainnya, tetap saja dirinya menolak secara merendah, seolah tak memiliki kualitas kerja namun banyak pula yang berpendapat bahwa dirinya sedang merencanakan sesuatu di luar sana yang lebih besar hakikatnya dari kegiatan yang ada sebelumnya.

Dirinya memang beristirahat jeda, menargetkan hanya untuk menemani istri tercinta, yang sedang hamil anak kedua mereka.

Selama hampir satu tahun lamanya, bercanda mesra melihat perkembangan keluarga kecil yang bahagia.

Tibalah saatnya, Sang istri melahirkan anak kedua di salah satu Rumah Sakit Angkatan Darat Bersenjata Negara, tepatlah hari berbahagia menaungi mereka.

Anak kedua lahir dengan sebaik-baiknya, tanpa luka dan cacat tubuhnya, sehat jasmani, selamat sentosa.

Istrinya melahirkan anak laki-laki yang rupawan dan ceria.

Kemudian, Narendra Sanggrama menamakan anaknya "Balaputera" yang memiliki arti Bala adalah Pasukan atau Bantuan, sedangkan Putera adalah Seorang anak laki-laki yang berjiwa Kesatria, berwibawa dengan Kehormatannya.

Lengkaplah sudah kini, Dua anak mereka.

Laki-laki semua, yang berujung nama "RA".

Sengaja, Sang Narendra Sanggrama menamakan semua anaknya berakhiran "RA" sesuai dengan hal yang dianggap kebenarannya.

Dalam sejarah bangsa ada silsilah prasasti "Hanacaraka" dan "Natanegara".

Yang masing-masing keduanya menyangkut akan naa "Ra".

Di percaya dan di yakini Narendra Sanggrama bahwa dalam pengetahuannya akan memberi perubahan terhadap peradaban yang telah ada.

Anak Pertama laki-laki bernama "Samudera" dan yang Kedua bernama " Balaputera".

Narendra Sanggrama, berharap bahwa sebagai anak pertama harus mampu kuat, percaya diri, menjaga dan melindungi adiknya, sedang Adiknya harus bisa meluruskan kakaknya dengan memberi bantuan untuk kesuksesan bersama.

Dengan tidak andil dan berperan serta atau ikut campur tangan secara langsung sebagai punggawa pemerintahan, tidak membingunkan otaknya.

Narendra Sanggrama yang masih aktif memimpin jaringan bisnisnya yang saling terhubung tetap saja merupakan sosok pilih tanding, dan berwaspada akan pengaruh yang dimilikinya.

Tidak ada kesalahan teknis, dan hambatan yang cukuo berarti dalam perkembangan bisnis ilegalnya, perjudian online yang selalu di liputi nafsu bagi penggemarnya selalu saja menghasilkan royalti di tiap sisi.

Misteri dan takdir, sudah menjadi suratan dari "Illahi".

Semua temannya mantan alumni yang belum sempat tergabung kembali dalam bisnis yang di jalani, na'as memdapat kabar dirinya, seperti "Teriakan Harimau di Lautan Lepas".

Tidak percaya akan hal itu terjadi, kedua temannya yang kini sudah menjadi Jenderal Bintang Satu di Kepolisian dan Militer menyampaikan berita tersebut secara langsung berdasar data dan kejelasan sumber bukti yang telah di rangkum.

Tujuan temannya di bidang intelktual masing-masing meninggal dunia dalam kronologi yang misteri.

Masing-masing di teror dan dihabisi hak asasi, yang menyebabkan semuanya tewas seperti meninggalkan jejal misteri.

Prosesi jasad sudah terkubur di Jakarta Raya, melainkan bukan di Pulau Sumatera tempat kelahiran mereka.

Melihat dengan seksama makan dan kebenaran yang ada membuat darah mendidih seketika di tubuh seorang Narendra Sanggrama.

Dirinya semakin giat mempelajari kondisi yang sedang terjadi, barangkali banyak yang mengincar kehidupan pribadinya namun mentetor melalui rekan dalam jejak perjalanan hidupnya.

Lebih serius dan berambisi, menganggap sebuah kekuasan adalah untuk melindungi bisnis dan harta, menjamin kelangsungan hiduo dengan tahta, merubah kendali hidupnya.

Bahwa sebuah kekuasaan, perihal sebuah pengaruh demi mencapai prestasi dan kemakmuran merata, namun juga melindungi orang-orang tercinta dengan pikiran, hati dan mata.

Sudah Satu Tahun dirinya jeda dalam pekerjaan sebagai Punggawa Negara, memposisikan diri dengan mengkokohkan jaringan di dalam potensi terlepas hal apa yang akan di raih, keluarga, teman, bisnis baru kemudian sebuah dinasti kekuasaan.

Menginginkan Pembalasan bertaruh nyawa, "Darah bertukar Darah" pikiran bijaknya mengarah kepada jalan yang di haluskan.

Pena pada kenyataannya akan memberi dampak yang mematikan disamping Mata Pedang yang Menganga, akan jauh lebih meninggalkan banyak beejatuhan korban nyawa, sehingga melalui Goresan Tinta dapat merubah Dunia, secara otomatis melalui jalur yang sama semua dapat di wujudkan demi merubah tatanan kehidupan sebagaimana mestinya nasib rakyat berada di tangan jari telunjuk penguasa.

Berhasrat pulang ke kampung halaman seorang diri, melihat secara seksama bagaimana situasi dan kondisi, juga perkembangan atas kejadian yang menghubungkan tewasnya rekan satu wilayah di sumatera, mengharuskannya turun lapangan.

Menunggu beberapa bulan, menemani pemulihan sang istri dan perkembangan tumbuh kembang si balita anak keduanya, dapat menjernihkan pikiran dan pola pikirnya membawa ke arah kebahagiaan sejenak menghibur diri akan kemelut dan kekalutan problema Narendra Sanggrama.

Menemukan titik balik perubahan, pahit, getir, asam, manis adalah pembelajaran atas kehidupan sudah semakin kian terasa.

Tak terbendung tetesan air mata derita dan haru yang terkira, apabila nampak dari seorang kesatria.

Selalu menyembunyikan berbagai masalah agar terhindar akan jatuhnya air mata, membuat sabar dan tabah menguatkan dirinya.

Sebagaimana pantang bagi seorang kesatria merenungi nasib, khayalan, yang terlalu mendalam.

Balas dendam, Amarah, dan Kekuasaan harus di pisahkan secara bijak supaya jelas terlaksana sesuai dengan pijakan serta landasan yang tepat pada tempatnya.

"Tidak ada Buah yang jatuh dari kejauhan Pohonnya" terkecuali di hempas bumi, di terpa badai, dan di aliri sungai.

"Tidak pernah Daun yang Jatuh membenci Angin" sedemikian adanya, melakukan ketepatan dalam kesempatan adalah upaya yang terpikirkan.

Mati sebagai Harimau berlaga tidak lain adalah sumpahnya sebagai kesatria yang tidak ingin kehilangan kehormatan berharga.

"Mengusap taring Harimau Lapar" lebih mudah terdengar ketimbang dipaksa berpikir menggunakan logika dan jalan bijak dari Ambisi, Rencana dan Kekuasaan yang di tekan oleh potensi keadaan atau situasi.

Anak balita saja perlu banyak Narendra Sanggrama mempelajari, sebab setiap peristiwa dan kejadian yang terjadi ada hikmah dan manfaatnya.

Tiarap, Merangkak, Berjalan tertatih - tatih, dan berlari adalah jati diri balita pada umunya di setiap pertumbuhannya.

Narendra Sanggrama telah berupaya berbahagia akan kehadiran anak-anaknya terlahir di dunia, sebagai Motivasi, penyemangat hidupnya.

Pendidikan dan Pembelajaran secara langsung yang di berikan Sang Ayah adalah Kebagaiaan yang nyata di masa mendatang, dan baru tersadar di kemudian kelak bagi sang anak dalam bertindak.

Berbahagia memiliki istri disamping lelaki yang kuat terdapat selalu istri di belakang sebagi pendukung suksesi, selain Permaisuri yang Mendampingi juga sebagai Ratu yang melahirkan setiap Generasi.

Setiap Rekam Jejak akan membuat Jalur Bahagia yang harusnya di cerna dan kembangkan dengan Indah, bagi Anak dalam menerkan pola hidupnya akan rencana yang telah dirintis sang Ayah.

Selalu ada Jalan dalam setiap usaha, diringi do'a di setiap langkah.

Tidak kata mustahil bagi siapa saja yang sedang memperjuangkan kewajibannya, kewajiban mewujudkan Cita-Cita.

Namun di setiap Rencana dalam merealisasikannya pasti akam terjadi sesuatu hal di luar prediksi sehingga langkah berpikir lebih tepat jika mencegah daripada menanggulangi.