Chereads / Wahyu Kemuliaan / Chapter 14 - BAB. 14 DUTA BESAR NEGARA SEBAGAI SIMBIOLISME KEKUASAAN

Chapter 14 - BAB. 14 DUTA BESAR NEGARA SEBAGAI SIMBIOLISME KEKUASAAN

Jalan menuju Surga sudah berada di pelupuk mata, Dunia Bisnis yang di Jalaninya Menjadikan Narendra Sanggrama sebagai Mafia Raksasa.

Mau tidak mau, suka tidak suka keluarga kecil, istri dan anaknya ikut berbahagia.

Laksana bertabur intan permata, semua kebutuhan hidup mewah kian tercukupi sekalipun tidak ada rasa puas di jiwa.

Memikirkan bahwa dampak besar akan turut serta menghampirinya, maka politik adalah jalan tengah dalam aspek mencapai puncak sebagai penguasa.

Namanya yang masih sangat harum terhadap rakyat jelata, dermawan akan sikap berbaginya, tak segan bergaul dan bercengkrama dengan sesama, tetap saja secara terang-terangan menutupi tabir keras pergulatan bisnis haram yang di tempuhnya.

Di Amerika, Narendra Sanggrama melanjutkan Sekolah S2 menempuh jalur Program Studi Hubungan Internasional karena sebelumnya sudah sejak lama dirinya mendapat gelar S1 Politik dan Pemerintahan di dalam Negara.

Melihat dan menyaksikan kelanjutan episode perjalanan hidupnya tak ingin teehambat oleh lobby politik yang akan mengahambat dan menjeratkan Bisnis yang sudah berjalan begitu sempurna.

Masa perintisan gelar S2 selama Dua Tahun lamanya, apalagi di Amerika bukan hal asing dalam lingkungan pergaulan hidupnya.

Paham akan karakter dan pendalaman siklus di Amerika membuatnya lebih cepat menamatkan wisuda.

Selama kurang dari Dua Tahun Kuliah, 1.5 tahun saja dirinya sudah merengkuh gelar di Namanya sebagai alumni S2 hubungan internasional, harvard Amerika.

Kembali melalui utusan khususnya, Narendra Sanggrama memberi pesan tersirat akan niatnya kepada salah seorang tokoh birokrat dan pengaruh partai dalam organisasi perpolitikan, pemerintahan Negara.

Adapun maksudnya agar dapat terjun dan masuk ke dalam tubuh negara menjadi salah seorang pejabat penyelenggara berdasar peluang yang ada, demikian tujuannya.

Bukan hal sulit bagi Narendra Sanggrama agar dapat memaksakan kehendak yang ingin di capainya, tak lain semua demi terciptanya kepentingan rakyat di atas sikap dan sikap para elit pejabat negara yang rakut dan tamak menyalahgunakan wewenang yang menindas kaum lemah baginya bukanlah sifat seorang kesatria atau pejuang bangsa.

Setelah menyelesaikan studi s2 hubungan internasional di university of harvard di Amerika.

Memaksa selama 1.5tahun lamanya Narendra Sanggrama harus hilir mudik antara Amerika-Indonesia, statusnya yang sudah merengkuh gelar kedua sudah cukup rasanya menjadi dasar pemangku jabatan negara.

Kembali ke Jakarta sebagaimana dalam waktu dekat sebelumnya sudah ada beberapa relasi dan hubungan yang terjalin melalui anak buah yang menyampaikan pesan tersiratnya.

Seorang tokoh, pakar, dan elit pejabat politik dan negara yang cakap dalam birokrat di pemerintahan melakukan sebuah rencana rundingan.

Narendra Sanggrama harus membayar sejumlah biaya, dan dana di tambah dukungan penuh atas pemerintahan negara yang menjabat sehingga keinginan menjadi seorang pemangku jabatan negara menemui jalan terang.

Semua rundingan telah dapat terselesaikan, hanya perlu menunggu waktu dan kondisi yang tepat agar kemudian rencana dapat di jalankan mengingat wacana pelantikan.

Tiga Bulan lamanya berlalu, Narendra Sanggrama di panggil istana negara melalui surat edaran menteri sekretariat negara akan agenda pelantikan pejabat negara, atau sertijab dalam penerimaan serah terima jabatan yang lama dan baru yang akan menggantikan.

Dengan menyebut Nama Tuhan yang Maha Kuasa dan Atas Nama Negara Indonesia, Dengan ini saya bersumpah, akan mengabdi kepada Negara berdasar Undang-Undang 1945, Pancasila, Garis-Garis Besar Haluan Negara dan Kepercayaan Agama saya, dalam mengemban tugas negara dengan sebaik-baiknya.

Begitulah secara Garis Besar, Prosesi pelantikan Duta Besar Narendra Sanggrama di kukuh tugaskan di Negara Malaysia.

Menjadi seorang Duta Besar Negara di ketahui selain merupakan jabatan yang dianggap sepele, dahulunya merupakan suatu jabatan yang di emban sebagai pergeseran politik untuk melemahkan pihak-pihak yang dianggap sebelumnya memiliki wewenang kuasa sehingga membuatnya tidak leluasa dalam peran dan kebijakan mempengaruhi massa.

Duta Besar Negara dianggap sebagai lelang jabatan yang dapat dengan mudah di duduki pihak-pihak yang juga cukup dekat dengan penguasa.

Sekali lagi Kejeniusan dan Kepintaran seorang Narendra Sanggrama di uji.

Di tempat tugaskan sebagai Duta Besar Negara Indonesia di Malaysia hanya senyum manja nampak terlihat sekilas mata dari raut wajah yang di penuhi potret para media massa.

Narendra Sanggrama yang hanya mengemban tugas sebagai Duta Besar Negara seketika mengejutkan para penguasa elit negara.

Betapa tidak, yang dianggap banyak orang memiliki batasan akan kuasa, dan hanya sebuah simbol kunjungan kerja ternyata dunia benar-benar berhenti sejenak melihat sikap dan kebijakannya.

Perannya mendiplomasi antara Indonesia-Malaysia memberi penerangan bagi dunia yang melihat begitu jelas dampaknya.

Negara Asia yang dianggap remeh dan kecil akan pengaruhnya, di buat berbicara lantang oleh seorang Narendra Sanggrama.

Melakukan Kerja Sama bilateral antara Indonesia-Malaysia yang merupakan negara serumpun bersaudara namun selalu penuh akan gejolak pertikaian dan masalah.

Di bawah tangan dinginnya, Indonesia dan Malaysia mampu menunjukkan taji dan tampil seolah negara Adidaya dan Adikuasa di dunia.

Produsen Sawit di Dunia adalah Indonesia dan Malaysia namun perdagangan minyak sawit di atur oleh Eropa demikian adanya, Narendra Sanggrama Menghentikan produksi minyak sawit baik di Indonesia maupun Malaysia melalui peran Diplomasinya.

Berdalih langka, hanya beberapa perusahaan yang boleh beroperasi namun tetap berjalan lamban supaya negara barat dan lainnya berpikir ini adalah dampak arus globalisasi yang menyebabkan banyak pabrik mangkrak beroperasi sebab kekurangan dana dan wilayah eksekusi sumber daya alam.

Banyak sekali Pabrik Swasta yang di Eksekusi dan di jatuhi sanksi baik di Indonesia maupun Malaysia.

Oleh karena perizinan yang ilegal membabat lahan sengketa dan banyak menyebabkan limbah bagi lingkungan yang pada hakikatnya berkesinambungan.

Tidak Ragu dan Segan, Obligasi surat berharga semua perusahaan yang bermasalah di Liquditasi dengan alasan merugikan banyak pihak dan menimbulkan kesengsaraan bagi rakyat.

Yakin dengan kebijakannya akan membawa monopoli perubahan perdagangan di angka nilai harga dunia, semua berjalan sesuai rencana.

Dari hasil konflik dengan Perusahaan Swasta di Indonesia, Narendra Sanggrama mampu memperoleh Royalti hingga Triyunan Rupiah.

Disisi lain Ambang Batas perdagangan Minyak Sawit Dunia tertekan dengan baik namun tetap di awasi penyaluran dengan seksama, agar Devisa Negara mendapat pemasukan tanpa harus melakukan peminjaman hutang dana yang bunganya ribuan kali lipat dari jumlahnya.

Tidak sendiri dalam bertindak, masih tetap mengandalkan peran aparat, dan diskusi kebijakan dengan diplomasi yang terikat.

Indonesia dan Malaysia mengalami perubahan yang signifikan sebagaimana Narendra Sanggrama mengambil keuntungan namun tetap menjaga Nama Negara, Menambah Pundi-Pundi Pemasukan Negara dan Menimbang akan Kesejahteraan Rakyat yang terjajah.

Dalam waktu Satu Tahun bekerja, Narendra Sanggrama melalui Duta Negara membawa Negaranya berada di puncak kuasa atas Produsen Perdagangan Minyak Sawit dunia di susul oleh Malaysia.

Apa yang terjadi menjadi sorotan besar, tekanan dari Eropa mulai menteror Narendra Sanggrama melalui Pejabat Tertinggi Negara agar Perannya dapat jatuh sebagaimana Eropa tidak mau di atur oleh Negara Asia yang Notabennya bukanlah Negara Adikuasa maupun Adidaya akan Teknologi Peradaban Dunia.

Semua Kabinet dari beberapa Menteri dalam Negara Menyuarakan Aspirasinya seolah Narendra Sanggrama Figur yang buruk dalam kinerja dan Pengabdiaannya.

Mengingat dampak yang di hasilkan sangat memicu perang dingin diantara negara-negara raksasa yang sangat tidak senang akan kemajuan di suatu negara luar lainnya.

Komisi Pemberantasan Korupsi di Kecam agar menjerat Narendra Sanggrama dengan harapan citra dan nama baiknya hancur dalam pandangan rakyat.

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari berbagai Komisi mendesak adanya penelusuran jejak yang di perbuat dalam Narendra Sanggrama mengemban Tugas berasumsi demi kepentingan bangsa dan negara.

Belahan Dunia, Partai-Partai yang di motori oknum-oknum berkepentingan, para Menteri dan Anggota Dewan Parlemen menuntut adanya kebijakan pemerintah secara hukum yang merata.

Banyaknya pihak yang terlibat, akibat kecerdikan Narendra Sanggrama maka secara halus politik di bijaksanakan sebagaimana mestinya Narendra Sanggrama harus di pindah tugaskan dari jabatan yang ada.

Tidak adanya bukti dan fakta yang tertera membuat rakyat bertanya bagaimana kesalahannya apabila negara dapat maju namun posisi dan kedudukan pengemban tugas di pidana dan hak politiknya di bungkam paksa dengan peralihan fungsi jabatan dan hakikatnya sebagai Duta Negara.

"Tidak ada kerugian yang di timbulkan Rakyat bagi Negara, terkecuali seandainya hanya satu orang saja yang berjasa dalam negara, segenap rakyat bersuka cita membela negara namun yang terjadi setelahnya tidak ada kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya".

Sebab tidak menginginkan perang saudara tumpah, banjir darah dalam tubuh negara, banyak provokasi dan orasi dengan dalih isu sara atau sekelompok agama, ras dan antar golongan Narendra Sanggrama tak mau banyak bicara.