Para pemburu pemula dari distrik dodo duduk dalam truk barang beserta peralatan yang akan mereka gunakan. Maria tidak merasa asing dengan suasana truk tersebut, karena semasa dia menjadi Amelia, dia belajar dan hidup di lingkungan KOWAD. Dia sudah sangat sering menggunakan truk sebagai sarana transportasi dari tempat pelatihan ke tempat pelatihan yang lain.
Walau demikian, Maria menemukan sesuatu yang unik dari truk yang dia tumpangi kali ini. Truk tersebut sepintas terlihat seperti truk barang yang tertutup seluruhnya, namun dia terkejut ketika Adel membuka jendela kaca di samping truk dengan sentuhan jarinya.
"Sebentar lagi kita akan melewati daerah padang gelembung." Kata Adel dengan penuh antusias. "Mengapa kau tidak mencoba membuka jendela di sebelahmu Maria? Kau akan takjub melihatnya." Adel mengamati pemandangan di luar jendela.
Maria membuka jendelanya dan melihat ke luar. Pemandangan yang dilihat Maria ketika dia membuka jendela tersebut membuatnya terheran-heran, namun tidak menakjubkan sama sekali. Maria merasa bahwa jalan yang sedang mereka tempuh terlihat seperti jalan tol di masa dia menjadi Amel.
Perbedaannya, sisi-sisi jalan tol tersebut adalah jurang. Banyak orang yang menggunakan papan platform yang bergerak melayang di setiap sisi jalan truk tersebut. Mereka menggunakan sejenis laser di tangannya untuk mengeluarkan batu-batuan berwarna putih dari gua besar di sepanjang jalan tersebut. 'sebuah tambang.' Kata Maria dalam hati.
"Setelah kita melewati Tambang Platina, kita akan segera sampai ke padang gelembung. Setelah itu, kita akan segera tiba di daerah perburuan, yaitu hutan hujan raksasa." Ujar Adel sambil menirukan gaya seorang pemandu wisata. Malika hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya ketika dia melihat tingkah Adel yang seperti anak-anak.
Truk yang membawa Maria dan teman-temannya melaju kencang sehingga mulut gua terlihat dalam waktu yang cukup singkat. Mereka melewati gua tambang Platina hanya dalam waktu kurang dari 40 menit.
Cahaya terlihat dari mulut gua ketika mereka melewati daerah pertambangan. Tangan Maria berusaha menutupi wajahnya, ketika matanya berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk. Ketika dia menurunkan tangannya dan melihat keadaan di luar, mulutnya ternganga.
Pemandangan yang dikatakan Adel benar-benar menyihir matanya. Sebuah pemandangan baru yang tidak familiar terpampang di luar truk tersebut. Sebuah padang rumput berwarna hijau muda yang sering dia lihat di kawasan elit didunia Amel terbentang di hadapannya. Yang membuatnya terkagum-kagum adalah embun yang besarnya sebesar rerumputan tersebut disertai dengan banyak gelembung berwarna warni melayang di udara.
Langit yang dia lihat berwarna biru cerah dengan dua buah matahari kecil yang bersinar dari kejauhan menarik perhatian Maria. Tidak ada lagi goresan kubah yang membentang di langit yang dia lihat. Maria menyadari bahwa distrik yang dia tinggali hanyalah sebuah koloni besar ketika dia memandang kota tersebut dengan kedua matanya dari kejauhan. 'Sebuah koloni yang dibatasi dengan kubah besar. Bagaimana caranya mereka membangun semua itu.' Tatapan takjubnya membuat percakapan Adel dan Malika teredam dari telinganya.
"… Maka dari itu, para pejuang senior menjaga pintu penambangan." Sepenggal kalimat yang diucapkan Adel membangunkan Maria dari kekagumannya. "Hei, Maria. Kau mendengarkan tidak?" Ucap Adel kesal sambil menepuk pundak Maria.
"Nampaknya pemula yang satu ini sedang tenggelam dalam kekagumannya." Ujar Malika sambil terkekeh, "Kau tidak bisa menyalahkannya Adel, dia baru pertama kali melihat dunia yang sesungguhnya." Malika melanjutkan.
Muka Adel sedikit cemberut, tetapi hanya untuk beberapa saat "Baiklah, kali ini aku akan memaafkanmu atas ketidaksopanan ini!" Ujarnya sambil pura-pura marah. "Eh, tapi aku tidak bercanda lho! Jangan melamun di area perburuan." Kata Adel sambil menampilkan raut mukanya yang berubah serius. "Area perburuan bukan mainan, dan setiap detiknya sangat berharga."
Maria mengangguk dengan wajah yang juga serius. "Baiklah, aku akan mencamkan itu." Timpal Maria singkat. Malika yang melihat sikap mereka berdua hanya tersenyum kecil atas tingkah keduanya. Tanpa mereka sadari, Sean yang sedang membahas strategi dengan Sophia juga menahan senyumnya karena melihat tingkah mereka yang lucu.
Maria mengamati perjalanan mereka menuju area perburuan sambil sesekali bercakap-cakap dengan Adel dan Malika. Mereka sesekali tertawa, namun fokus Maria terpusat pada keadaan alam dan arah perjalanan mereka.
Insting Amelia dalam KOWAD terbangun dalam sisi pikiran Maria, yakni mencari informasi agar tetap selamat dari berbagai situasi yang tidak terkendali. Dalam hal ini, Maria mengamati arah jalan pulang dari perburuan dan kondisi sekeliling area perburuan.
Area perburuan terletak di arah utara dari kota koloni ke 16, dengan jarak tempuh sekitar 1,5 jam menggunakan mobil kapsul yang kecepatannya sangat tinggi. Maria tidak dapat melihat berapa kilometer yang telah dia tempuh karena kecepatan mobil kapsul itu sangat cepat.
'Dengan kecepatan lariku yang dapat menempuh satu kilometer per menit dan kecepatan mobil kapsul ini lebih dari dua setengah kali lipat kecepatanku…' Maria menoleh ke arah kursi supir. 'Bahkan untuk menjadi seorang pengendara truk disini pun membutuhkan keahlian khusus nampaknya.' Maria menggelengkan kepalanya 'Bukan saatnya untuk itu Amel. Jarak yang sudah ditempuh sampai saat ini kira-kira… 250 kilometer!' Matanya melebar sejenak.
"Apa yang kau pikirkan, Maria?" Tanya Malika. "Bukan apa-apa" Ujar Maria sambil tertawa kikuk. "Kau ini seperti nenek-nenek tua saja, kerjaannya melamun." Lirik Adel kepada Maria. Tak lama kemudian Adel kembali bertingkah konyol dan menonjok pundak Maria dengan lemah. "Sekali lagi aku katakan padamu bahwa kita tidak boleh lengah! Ikutilah saran professor ini." Ujarnya sambil berakting seperti seorang professor.
KRATAK!
Suara ranting besar yang patah karena terlindas truk terdengar sangat keras dan memberikan sebuah guncangan pada truk yang ditumpangi para pemburu pemula. "Ouch!" Ujar pria baya yang menjadi pengendara truk tersebut. Nampaknya pria itu pun tidak terbiasa mengendarai di area perburuan.
"Tenanglah." Sean berkata kepada pria yang mengendarai truk tersebut. "Guncangan ini berarti kita telah tiba ke daerah perburuan. Mulai saat ini, ikuti kecepatan truk dari kelompok lainnya." Dia memberikan perintah agar pengendara truk itu mengurangi kecepatannya.
Sesaat setelah mengatakan hal itu, Sean membalikkan badannya dan memberikan komando pertama kepada para pemburu pemula. "Kita telah sampai di daerah perburuan. Semuanya bersiap untuk membawa kotak pertolongan pertama dan peralatan untuk memetik sayuran dan buah." Sean menggenggam sabit besar dan mengopernya kepada Maria. "Tolong oper ke teman disampingmu." Ujar Sean kepada Maria.
Ketika Sean mengoperkan sabit besar tersebut kepada Maria, Maria sempat terbelalak karena sabit tersebut hampir tidak dapat diangkat oleh Maria dengan satu tangan. 'Sabit ini… sangat berat sekali.' Pikir Maria sambil mendongakkan wajahnya untuk melihat Sean. "Ada apa? Operkan ke teman di belakangmu." Sean mengamati wajah Maria yang kikuk.
'Mengangkat beban seberat sebuah senapan tanpa usaha sama sekali? Dengan lengan seperti itu?' Maria berpikir takjub sambil mengangkat Sabit tersebut dan mengoperkannya pada Adel. Maria mengamati cara teman-temannya mengangkat Sabit tersebut. Adel menggunakan kedua tangannya untuk mengoperkan sabit tersebut pada Malika, dan malika menggunakan seluruh otot tangan kanannya untuk mengangkat sabit tersebut. 'Sekarang aku mengerti kenapa mereka disebut pejuang.' Kata Maria dalam hati sambil melihat ke arah pedang besar milik Sean yang diletakkan di pojok truk.
Satu demi satu sabit dan gunting besar dioper ke setiap anggota pemburu pemula, sampai semua orang mendapatkan satu set perkakas untuk memetik tanaman yang disebutkan oleh Sophia di awal pengarahan perburuan. "Baiklah, saatnya turun ke lapangan." Ujar Sophia sambil menepukkan kedua tangannya. "Mari kita lakukan ini! Teriakkan semangatmu para pemburu pemula!" Teriak Sophia yang disambut oleh sorak dari para pemburu pemula. "SIAPPP!"