Setelah Maria menemukan kelompoknya, Seorang yang sudah tua menaiki podium. Badan pak tua tersebut masih berotot dan sikapnya masih tegap. Aura yang dia pancarkan sangat berwibawa dan pandangannya terlihat sangat lurus. Baju yang dikenakannya adalah baju zirah yang mirip dengan pemuda yang menunjukkan jalan pada Maria, namun warnanya lebih terang keemasan.
"Saudara-saudariku penghuni koloni 16, Saya sebagai pemimpin dari kelompok pejuang sangat berterima kasih atas kehadiran kalian disini. Seperti yang telah kita ketahui…." Pak tua itu memulai pidatonya mengenai pembukaan acara perburuan hari ini.
"Hoammm…" Seorang Perempuan yang terlihat dewasa namun terlihat sangat pendek kemudian menguap disebelah Maria. "Sungguh sebuah pidato pembukaan yang membosankan." Ujarnya kepada temannya yang duduk disampingnya. Teman perempuan tersebut tersenyum dan menambahkan "Nampaknya Jenderal kita selalu menggunakan kata pengantar yang sama setiap tahunnya ya." Dia tertawa kecil. Tawanya disambut oleh perempuan tinggi besar dan berkulit hitam yang duduk tepat disebelah Maria.
Perempuan tersebut melihat ke arah Maria. "Malika, orang disampingmu anak baru ya?" Perempuan itu bertanya kepada perempuan yang duduk di sebelah Maria. Malika menoleh dan memperhatikan Maria dengan seksama. "Oh ya, aku tak pernah melihatmu di kelompok ini sebelumnya. Siapa namamu?" Tanya Adel sembari mengulurkan tangannya dan menjabat tangan Maria.
"Maria, Maria Anjali." Jawab Maria singkat.
"Aku Malika Jelani, teman disebelahku ini namanya Adelia Marcia. Senang berkenalan denganmu. Panggil saja kami dengan nama depan kami." Ujar Malika sambil menggoyangkan lengannya. "Senang berkenalan dengan kalian." Timpal Maria seraya tersenyum kepada Adel dan Malika.
"Ini tahun ketiga kami mengikuti perburuan ini, namun kami tidak mendapatkan keberuntungan dalam mendapatkan medali kedewasaan, semoga kita bisa mendapatkannya bersama tahun ini." Ujar Adel sambil sedikit cemberut. "Ya, tidak disangka ya mendapatkan medali tersebut sangat sulit. Setelah mendapatkan medali itu, aku tidak ingin lagi ikut perburuan ini. Terlalu rumit." Malika setuju dengan perkataan Adel.
"Sesulit itu kah?" Maria bertanya kepada mereka.
"Yap. Medali kedewasaan sangat sulit di dapatkan, apalagi untuk kelompok pemula seperti kita yang hanya membantu menyiapkan peralatan untuk berburu." Kata Malika sambil mengangguk dan menyilangkan lengannya.
Tak lama dia menghela nafas sambil menjelaskan tentang kenyataan dalam perburuan. "Apa yang kita pelajari dalam teori perburuan ternyata tidak semudah itu. Menyiapkan peralatan saja tidak cukup untuk dianggap dewasa karena tugasnya yang terlalu sederhana. Bila beruntung kita dapat menggantikan posisi kosong pada kelompok pengoleksi buah-buahan dan daging, siapa tau kita dapat memamerkan keterampilan kita dalam tugas-tugas tersebut." Malika terdiam sesaat. "Atau bila salah satu pejuang mengatakan kita cukup terampil dalam membantu mereka menggunakan peralatan perang mereka…"
Percakapan Maria dan teman-teman barunya terpenggal ketika pemimpin para pejuang yang berdiri di podium mengakhiri pidatonya. "Akhir kata, saya ucapkan selamat berburu dan semoga keberuntungan berpihak pada keturunan manusia pertama." Ucapan dari pemimpin para pejuang disambut riuh oleh para pejuang berbaju zirah yang mengangkat tangan mereka ke atas. "Untuk koloni 16!" Teriak mereka penuh semangat.
Adel meraih tangan Malika dan Maria "Ayo, mereka sudah menunggu kita." Maria agak kebingungan dengan maksud Adel, namun ia mengikuti Adel dan berbaur dengan kelompok dodo.
Sepuluh orang pejuang datang menghampiri kelompok dodo, salah satunya adalah pemuda berbaju zirah yang menyuruh Maria berkumpul di pintu sayap kiri sebelum acara dimulai. Disampingnya ada seorang pejuang lelaki yang bertubuh tegap dan lebih berotot. Lelaki tersebut menggenggam sebuah helm bergaya romawi yang berwarna perak dan dipoles warna keemasan di beberapa bagian ornamennya. Sebuah pedang tebal yang tingginya menyamai tinggi badannya tergantung di punggung lelaki tersebut, namun dia seperti memanggulnya dengan ringan.
"Selamat datang kembali kepada para pemburu distrik dodo." Lelaki tersebut memulai sesi pengarahan kepada kelompok dodo. "Sebelum saya mulai, saya ingin mengucapkan selamat datang juga kepada para pemula yang baru pertama kali, ataupun yang belum naik tingkat tahun lalu." Ia memandang ke arah Maria dan teman-temannya.
"Saya berbicara disini selaku pemimpin pejuang distrik dodo yang akan memimpin perburuan ini bersama dengan pejuang di distrik lainnya. Nama saya adalah Isaac Weber, disamping saya adalah Sean Smith dan dia adalah wakil saya disini." Isaac menempuk pundak pemuda yang mengarahkan Maria menuju aula di awal acara perburuan.
Isaac memperkenalkan nama-nama pejuang yang ada di kelompok dodo, lalu ia membagi para pejuang itu menjadi lima kelompok. Para pejuang tersebut kemudian mengorganisir kelompok mereka masing-masing. Sean berbicara dengan seorang wanita pejuang yang membawa sebilah pedang di pinggangnya, lalu mereka berjalan menghampiri kelompok pemula.
"Halo semuanya, seperti yang telah disampaikan Isaac, nama saya adalah Sophia." Wanita pejuang tersebut memperkenalkan kembali dirinya yang telah disebutkan secara sekilas oleh Isaac. "Saya dan Tuan Smith disini akan memberikan komando bagi para pemula." Sophia memperkenalkan perannya pada kelompok pemula.
"Para pemula akan diberikan tugas untuk membawa peralatan dalam perburuan. Kami berharap kalian dapat membawa peralatan tersebut dan memberikannya kepada kelompok lain yang membutuhkan." Sophia menjelaskan tugas yang harus dikerjakan oleh kelompok pemula. "Para pemetik akan membutuhkan sabit dan gunting besar. Pemburu tingkat dua akan membutuhkan pisau damaskus dan busur untuk membantu para pemburu veteran untuk menguliti dan menyembelih buruan. Pemburu veteran membutuhkan busur silang dan speargun. Harap kalian perhatikan apa yang diminta oleh para pemburu, sebelum kalian memberikan mereka peralatan yang salah."
'Bukankah speargun dipakai untuk menangkap ikan?' Maria berpikir sejenak, namun dia menepis pikirannya itu. Ia kemudian memfokuskan dirinya untuk mendengarkan instruksi Sophia dengan baik. "Jangan lupa untuk tetap mematuhi peraturan dan tetap ikuti tugas sesuai peran kalian." Sophia menutup penjelasannya setelah ia memberikan keterangan mengenai tugas yang dilakukan masing-masing kelompok.
"Baiklah semuanya, mari kita mulai melakukan tugas masing-masing." Sean menepuk tangannya beberapa kali sebagai isyarat agar kelompok pemula segera memulai tugas mereka untuk mengambil peralatan dari ruang peralatan.
Maria, Malika, dan Adel beserta 6 orang lainnya bergegas ke ruangan peralatan dan mengambil peralatan sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan oleh masing-masing kelompok distrik dodo. Mereka lalu memindahkan peralatan tersebut ke dalam sebuah truk berbentuk oval.
Seorang lelaki paruh baya berteriak "Biarkan aku yang menyetir!" Dia segera bergegas ke arah depan dan segera masuk ke bagian depan truk. Anggota lainnya segera membuka pintu belakang truk dan menyusun peralatan sesuai fungsinya dalam truk tersebut.
Maria membawa peralatan perburuan dari ruangan peralatan. 'Mengapa peralatan perburuan ini besar-besar sih?' Dia bertanya-tanya dalam hati. 'Perburuan seperti apa yang membutuhkan peralatan berat seperti ini.'
Setelah semua orang selesai bersiap-siap sesuai dengan perannya masing-masing, semuanya kemudian memasuki truk kelompoknya. Truk-truk perburuan yang lebih dari seratus kemudian siap untuk berangkat dan menunggu aba-aba dari Derrik, pemimpin perburuan yang berpidato pada awal acara perburuan tersebut.
"Baiklah semuanya, mari kita selesaikan perburuan ini tanpa ada korban, seperti tahun-tahun sebelumnya!" Derrik berteriak kepada semua kelompok. Dengan komandonya, truk-truk yang telah siap memulai perjalannya kemudian bergerak keluar dari gerbang belakang aula perburuan.