Hikhss.... Kimmy menangis sesengukan sambil terus mengusap air matanya yang terus mengalir.
"Apa aku harus meninggalkan rumah ini." batin Kimmy.
Dia takut ketika Arka mengetahui kejadian itu, bahwa mereka berdua sudah melakukannya. Dia tahu bagaimana sikap Arka menanggapinya, pasti Arka sangat marah, dia yang pasti akan di salahkan lagi. Karena Arka selalu melemparkan kesalahan padanya, walaupun kesalahan itu bukan perbuatannya.
"Aku akan pergi meninggalkan rumah ini, papa mertua maafkan aku, aku tidak bisa menepati janjiku, dan memenuhi keinginanmu." ucap Kimmy menangis menatap ke langit. Dia berharap papa mertuanya mengerti dengan pahit kehidupan rumah tangganya.
Beberapa karyawan dan juga staff di kantor sedang menunggu pimpinan kantor datang, pagi ini mereka mengadakan meeting, tapi yang memimpin bukan Arka melainkan Isabella.
Sebelum waktu meeting di mulai, Isabella menyuruh Alesha untuk menghubungi Arka lebih dulu, tapi setiap panggilan telpon Alesha tidak diangkat sekalipun oleh Arka. Panggilan telpon dari Isabella juga tidak diangkat, Isabella beralih menghubungi telpon rumah, dan akhirnya diangkat, tetapi yang mengangkat panggilan telponnya pak Toni.
Beberapa menit mereka berbincang, setelah itu mengakhiri telponnya. Info yang diberikan oleh pak Toni ternyata Arka masih tidur, entah apa yang dipikirkan Arka, kenapa hari ini dia tidak masuk kantor.
"Tidak biasanya dia terlambat bangun pagi, padahal mereka sebelumnya sudah melakukan perjanjian meeting akan dilaksanakan hari ini." pikir Isabella.
"Apa karena pembahasan masalah mereka tentang hubungannya dengan Kimmy." batin Isabella bertanya pada dirinya.
"Biarkan saja, aku sudah memberinya kesempatan untuk berpikir, lagi pula meeting kali ini aku bisa menghandle." batin Isabella lagi.
Karena jam sudah menunjukkan hampir waktu meeting, Isabella memutuskan pergi ke ruangan meeting pagi ini. Dia juga sudah mengirim pesan pada Arka, dia yang akan memimpin diskusi hari ini, karena masalah serius.
Arka yang tidak bisa datang, tapi Isabella meminta izin lewat email pada Arka. Walaupun Arka sendiri belum membaca pesannya, dia tetap menjalankan meeting itu. Mengingat di salah satu kantor cabang di Singapura mendapatkan masalah serius, salah satu karyawan Arka telah berkhianat.
Hampir 10 miliar kerugian di kantor cabang Arka, uang dan juga beberapa berkas penting memiliki sertifikat di bawa lari oleh Manajer kepercayaan Arka disana. Meeting kali ini membahas menurunkan, atau menugaskan beberapa karyawan kantor pusat untuk ditugaskan disana, juga beberapa Manager dan petinggi kantor lain yang ikut meeting pagi ini membahas hal tersebut.
Mereka semua akan bekerja keras mengembalikan situasi normal di kantor cabang Singapura. Isabella juga sudah menghubungi pemerintah Singapura untuk melacak keberadaan penipu itu, dia juga akan ikut turut serta turun kelapangan langsung. Sudah tiga jam mereka melakukan meeting, akhirnya selesai juga.
Pukul 1:00 siang, Arka sudah berada di ruang kerjanya, setelah selesai makan siang tadi dia langsung menuju ruang kerja yang berada di kamarnya. Dia juga sudah membaca pesan email dari Isabella, tadi dia mengecek ponsel miliknya mendapatkan beberapa panggilan telpon dari Isabella dan Alesha.
Arka baru teringat, mereka akan mengadakan meeting untuk membahas permasalahan kantornya. Sebenarnya Arka tidak terlalu memusingkan nominal uang yang dibawa lari oleh Manajer kepercayaannya. Tapi Arka berpikir, sebenarnya apa yang ada di dalam pikiran orang-orang sehingga melakukan perbuatan seperti itu. Melakukan korupsi dan penipuan, bukankah gaji mereka sudah terbilang besar, kehidupan mereka juga sudah tercukupi.
Aaakhh,,, mungkin di kehidupan keluarganya mereka sudah terbiasa melakukan hal itu, memang benar kata orang. Jika uang sudah di depan mata, semua akan terlupakan. Dosa dan harga diri sudah di nomor duakan, sesuatu yang berlebihan itu tidak baik.
Arka kembali teringat masalah semalam, matanya yang terus menatap layar laptop sambil memijat pelipisnya. Dia berusaha mengingat dengan jelas awal dan akhir perjalanannya semalam. Bagaimana bisa dia dalam keadaan tidak berpakaian, dia masih belum yakin pada dirinya, tidak mungkin dia
melecehkan dirinya sendiri, atau mungkin tubuhnya menginginkan tubuhnya sendiri. Aargghh,,, umpat Arka mengabrak meja, pikirannya sibuk memikirkan hal yang tidak terduga itu.
Seketika Arka mengingat, bukankah dia memasang cctv di setiap sudut rumah, hingga kamar pribadinya diawasi cctv. Buru-buru saja Arka menggeser sedikit kursinya menghadap ke komputer yang berada di meja kerjanya. Dia mengotak-gatik komputer dengan cukup lihai, mencari waktu dimana dia melupakan kejadian semalam.
Mengingat kira-kira sekitar jam berapa dia masuk ke pekarangan rumah, yup,,, dia mendapatkan screen time sekitar jam 3:28 subuh tadi. Arka menonton dengan penuh antusias, terlihat jelas bagaimana dia masuk ke rumah hingga ke pintu utama. Dia juga beberapa kali terjatuh, akibat terlalu mabuk.
Hingga sampai di depan pintu, Arka mengetuk pintu utama beberapa kali, Arka yang sedang menonton dirinya penasaran siapa yang membukakan dia pintu. Seketika Arka terkejut, terdengar pintu ruangan di buka dengan kasar. Dia langsung saja mengklik tombol non aktif di komputernya.
"apa yang sedang kamu lakukan?" tanya Arka dengan suara sedikit berteriak.
Arka yang terdengar sangat marah, menatap tajam pada wanita yang masuk seenaknya ke dalam ruangannya, siapa lagi kalau bukan Alesha.
"Seharusnya aku yang bertanya pada kamu, apa yang sedang kamu lakukan di sini? kamu terlihat sangat santai Arka." jawab Alesha yang juga ikut marah.
"Ini ruangan aku, tidak ada yang bisa melarang aku." jawab Arka.
"Kamu sangat tidak bertanggung jawab Arka, kantor sedang dalam masalah besar, tapi kamu malah disini bersantai-santai." ucap Alesha.
Dia tidak habis pikir dengan Arka, setelah mereka melakukan kesepakatan akan mengadakan meeting, malah Arka sendiri sebagai pimpinan tidak ikut menghadiri. Bukankah dia terlalu ambisi dengan pekerjaan.
"Aku disini juga banyak kerjaan Alesha." ucap Arka cuek.
Arka sendiri bingung, bukan pekerjaan tapi pikirannya yang menghabiskan waktunya seharian di rumah.
"Pekerjaan apa, bukankah pekerjaan yang harus kamu selesaikan hari ini di kantor?" tanya Alesha lagi.
Arka tidak menanggapi ocehan Alesha, dia malah berdiri dan menatap kaca di ruang kerjanya. Hampir seluruh tembok ruang kerja Arka menggunakan kaca, sudah pasti bukan kaca murahan, yang dijadikan tembok rumah, dengan kedua tangannya di masukkan ke celana yang dipakainya, dia berdiri menatap kosong ke depan.
Terlihat dari balik kaca pemandangan yang disuguhkan bagian taman samping, beberapa tanaman bunga, juga terdapat buah-buahan di taman tersebut.
"Apa yang sedang kamu pikirkan Arka, apa masalah kantor? kamu tenang saja, Isabella sedang berusaha menyelesaikannya, dia tidak seperti kamu." ucap Alesha sinis menyindir Arka.
"Maafkan aku, aku hanya ingin sendiri Alesha." ucap Arka meminta maaf, agar Alesha tidak memperpanjang masalah ini. Sudah cukup dia merasakan pusing di kepalanya akibat banyak pikiran, di tambah lagi Alesha yang cerewet yang selalu mengganggunya.
"kenapa bawah matamu menghitam?"
tanya Alesha dengan nada khawatir, ketika dia menyadari mata Arka terlihat lingkaran hitam dan sayu, tidak seperti biasa, dia juga menyesal sudah memarahi Arka.