Chereads / DI PAKSA MENIKAH DENGAN SUAMI AROGAN / Chapter 7 - Arka jatuh sakit

Chapter 7 - Arka jatuh sakit

"tunggu, sepertinya orang itu menggigil." batin Kimmy heran.

Segera dia membuka tirai jendela dan terlihatlah orang yang sedang terbaring di kasur king size itu.

"Arka." kaget Kimmy melihat wajah pucat Arka dengan badan gemetar.

"Kamu demam mas." ucap Kimmy tangannya menyentuh dahi Arka panik.

"tunggu aku akan menelpon Isabella," ucap Kimmy sambil mengambil ponsel yang ada di saku baju.

"Assalamualaikum Bella, cepatlah datang ke rumah Arka sedang demam tinggi." ucap Kimmy tergesa.

"Baik Kimmy, aku akan segera ke sana," balas Isabella dengan nada panik.

Kimmy bergegas turun ke bawah berlari kecil menuju dapur untuk mengambil air dingin, dan sepotong kain untuk mengompres dahi Arka.

ISABELLA POV:

Aku baru saja selesai menyusun berkas yang akan di tandatangani oleh Arka. Dan langsung saja aku bergegas menuju ruang Arka. Ruang kantor aku dan Arka hanya berjarak beberapa meter saja, ruangan kami berada di atas gedung lantai 25.

Begitu di lorong kantor aku berpapasan dengan Alesha, hai Bella," sapa Alesha dengan sedikit berteriak.

"Hai, Alesha ada apa?" sapaku balik.

" Kamu tahu Bella dimana Arka?" tanya Alesha padaku.

"Bukannya Arka ada di ruangan?" tanyaku balik.

"Arka tidak ada di ruangannya, aku juga menunggunya dari tadi." jawab Alesha.

"Lalu di mana Arka, atau dia tidak masuk kantor?" tanyaku lagi.

"Mungkin saja," jawab Alesha.

"Tidak biasanya Arka tidak masuk kantor tanpa memberi kabar," batinku merasa heran.

Baru saja aku ingin kembali berjalan menuju ruangan, tiba-tiba ponselku berdering menandakan panggilan masuk.

Di layar ponsel terlihat nama kontak yang masuk. "Kimmy," batinku dan langsung aku klik tombol berwarna hijau.

Terdengar suara dari seberang sana yang sedang panik, "assalamualaikum Bella, cepatlah datang ke rumah Arka sedang demam tinggi." ucap Kimmy dengan nada khawatir.

"Baik Kimmy, aku akan segera ke sana," jawabku terburu-buru.

Dalam perjalanan aku menelpon Dokter pribadi sekaligus rekan Arka.

"Halo Devan bisa segera datang ke rumah? Arka sedang demam tinggi," ucapku.

"Baiklah Bella, aku on the way." balas Devan.

ARKA POV:

Selesai membersihkan badan aku bergegas memakai celana kain pendek dan langsung merebahkan badan di kasur empukku.

"Huuhh badanku teresa pegal sekali," racauku.

Aku bangun kembali mengambil air minum yang memang di sediakan di kamarku. Malam ini rasanya lapar sekali, kepalaku juga sedikit pusing. Waktu makan terakhirku saat makan siang bersama Alesha setelahnya aku tidak makan lagi.

Rasanya aku malas makan malam, waktu juga sudah tengah malam, wanita dusun itu juga sudah tertidur lelap.

Sebenarnya aku juga bisa menyiapkan sendiri makan malam hanya saja aku merasa malas, rasanya badanku tidak kuat lagi untuk bergerak, akhirnya aku memutuskan untuk tidur saja.

Begitu aku bangun subuh badanku terasa dingin hingga gemetar, aku meletakkan tanganku di dahi rasanya panas, ternyata aku demam. Susah payah aku meraih ponsel yang ada di atas nakas.

Aku ingin mengirim pesan kepada Dokter pribadiku, tapi tanganku tidak sampai, aku juga ingin berdiri tapi rasanya susah sekali bagaimana aku bisa meminta bantuan pada wanita dusun itu, bersuara saja aku tidak kuat.

Di balik pintu kamarku terdengar suara ketukan, sudah aku pastikan si wanita dusun itu, karena hanya dia yang setiap pagi selalu mengetuk pintu kamarku hanya untuk memberitahu sarapan pagi. Aku pikir dia tidak perlu memanggilku hanya untuk memberitahu jam sarapan pagi sudah siap, karena aku juga sudah tahu pukul berapa aku harus sarapan.

Dibalik pintu kamarku terdengar teriakan wanita dusun itu lagi, aku tidak memperdulikannya walaupun dia memanggilku beberapa kali, lagian aku tidak mampu bersuara.

Hanya dua kali panggilan suaranya, setelah itu tidak terdengar lagi dan pintu juga tidak di ketuk, aku pikir dia sudah pergi.

Selang beberapa menit pintu kamarku kembali di ketuk masih dengan panggilan yang sama, dia juga mengatakan aku akan terlambat ke kantor, memangnya apa urusannya dengan masalah kantorku.

Aku putuskan untuk memejamkan mata saja, aku juga tidak ingin meminta bantuannya. Tiba-tiba pintu kamarku terbuka, aku melihat wanita dusun itu masuk dengan perlahan."Dasar wanita dusun." umpatku jengkel dalam hati.

"Berani sekali dia menginjakkan kakinya di kamarku, awas kamu." batinku marah.

Aku masih mendengar suaranya terus memanggil namaku, aku juga tidak bisa berbuat apa-apa. Aku lihat dia memandang foto Papi dan Mamiku dengan tersenyum. Langsung saja dia menuju jendela kamarku membuka tirai jendela.

"Arka," sebutnya kaget. Dia terkejut melihatku dan mencoba menyentuh dahiku.

"Kamu demam mas," ucapnya khawatir.

Aku lihat dia meneteskan air mata, "mengapa dia melihatku menangis?" batinku heran.

Aku lihat lagi dia terburu-buru mengambil ponselnya. Ternyata dia sedang menelpon Isabella.

"Baguslah dia menelpon Isabella." batinku.

Setelah menelpon Isabella, aku lihat dia berlari keluar dari kamarku, entah apa lagi yang dia lakukan. Pintu kamar kembali terbuka, wanita dusun itu membawa baskom ukuran sedang berisi air dengan sepotong kain.

Dia langsung menempelkan kain basah ke dahiku, aku coba memejamkan mata. "Rasanya sedikit membaik," batinku.

Aku juga heran kenapa wanita dusun ini memperdulikanku, padahal aku sering kali menyakitinya, tapi masih saja dia bersikap baik padaku.

"tidak, tidak, ini pasti hanya sandiwaranya, wanita dusun itu sudah pasti sedang merencanakan sesuatu." batinku menduga.

Aku sangat membenci wanita dusun ini, dia membawa malapetaka di keluarga aku. Karena dialah Papi meninggal dunia. Dia betul-betul wanita pembawa sial yang pernah aku temui, dengan sekejap dia menambah masalah besar dalam hidupku, ingin sekali aku menceraikannya, tapi aku masih mengingat wasiat Papi.

Isabella juga pernah memberitahuku agar segera mendaftarkan diri kami ke pengadilan hukum atas pernikahan kami. Pasalnya pernikahan kami hanya tercatat di kantor agama saja. Aku tidak akan melakukannya, akan aku lihat sampai mana wanita dusun pembawa sial itu akan bertahan hidup bersamaku. Akan aku buat hidupnya menderita tinggal di istanaku.

Di dalam kamar Arka sudah ada Isabella dan Dokter Devan. Dokter Devan juga sudah memeriksa keadaan Arka dan memberikan resep obat yang akan di minum oleh Arka nantinya.

Kata Dokter Arka kurang istirahat dan asupan makannya kurang. "Aku sarankan kamu harus makan bubur dan susu hangat saja untuk sarapan pagimu, dan jangan lupa minum obatmu setelah sarapan pagi dan makan malam." jelas Dokter Devan.

Arka tidak menanggapinya, "terima kasih Devan kamu sudah datang kemari." ucap Isabella.

"Ini memang sudah tugasku," jawab Dokter Devan tersenyum.

"Hai, siapa wanita cantik itu?" tanya Devan berbisik menunjuk pada Kimmy yang sedang berdiri di depan pintu kamar, Isabella dan Arka melihat ke arah yang di maksud oleh Dokter Devan bersamaan.

Arka menatap Isabella tajam mengisyaratkan agar tidak memberitahu status wanita itu pada Dokter Devan, Isabella mengerti dengan tatapan tajam Arka.

"Dia pelayan di rumah ini." jawab Isabella ragu, dia sungguh merasa tidak enak pada Kimmy.