BAB 25
Meski tak pernah meniduri lelaki, Max tidak ragu memeloroti celana Apo. Dia membayangkan wajah Apo dibingkai dengan wig panjang, diriasi make-up tipis-tipis, dan lebih menggairahkan daripada wanita.
Aroma tubuh Apo begitu klasik. Pasti karena sering di ranjang Mile sampai khas petrikor menempeli kulitnya.
Ah, istri. Lelucon konyol macam apa itu? Max bersumpah gonta-ganti lubang lebih menyenangkan daripada menjaga satu orang dan terikat dengannya seumur hidup.
"Oh astaga. Tempat ini rupanya begitu imut." Max terkekeh saat mengintip lubang Apo di bawah sana. Dia memperlakukan tubuh lelaki itu layaknya bayi, dan menekan lembut bulatan merah-merah yang cukup elastis. "Apa rekanku menidurimu di sana? Atau justru mulut atasmu yang menggemaskan itu."
Tidak pernah melakukan, bukan berarti tidak tahu caranya bercinta dengan lelaki. Apo bukan power bottom pertama yang pernah Max temui. Kini, dia mendadak merasa bangga karena selalu kebal dengan kelakuan Jeje.
Oh, siapa dua kekasih lelakinya baru-baru ini? Us? Pong? Tampaknya lelaki Asia memang cukup trend di kalangan para iblis yang haus dengan persetubuhan.
"Mmmn ...."
Apo mendadak mengernyitkan kening saat lubangnya dihinggapi lidah hangat. Dia agak terganggu dengan sentuhan tersebut, tetapi kembali pulas dalam sekejap. Max tidak tahu seberapa pemarah lelaki ini, tetapi jika Mile menjaga perasaannya, tentu bukan hal sepele.
"Ini tak seperti yang kau pikirkan, Apo. Percayalah."
"Aku tidak-ehem, maaf apa aku mengganggu kalian?"
"Tidak. Samasekali tidak. Ada apa?"
"Aku tadi jalan-jalan di halaman. Terus kutemukan dia. Sepertinya habis berkelahi dengan yang lain. Jadi, boleh kupelihara? Setidaknya sampai sembuh saja."
"Tentu, rawatlah. Lagipula ini sekarang tempat tinggalmu. Kenapa masih minta izin?"
Ingat percakapan Mile dan Apo waktu itu, emosi Max entah kenapa mendidih. Dia benci sosok Mile yang tegas berubah. Itu bukan seperti rekannya. Bukankah panglima yang dia kenal sangat kaku dan hebat di medan tempur? Mengapa jadi lunak bila menghadapi istrinya?
"Sebenarnya kau apakan rekanku, hah?!" bentak Max kepada Apo. Usai membuat becek lubangnya dengan saliva, Max mencengkeram pipi Apo. "Kau bahkan membuatnya tidak ragu melanggar aturan kami! Apa kau tahu fakta yang lucu? Perasaan itu bisa membuatnya dieksekusi algojo kaisar, paham?"
Max menghempaskan Apo hingga pegas ranjang memantul beberapa kali.
"Aku harus memberikan pelajaran padamu." Tanpa ragu, Max pun menurunkan restleting celananya sendiri dengan jengkel. Lebih-lebih setelah memeriksa lubang Apo yang sepertinya mudah dimasuki. Apa dia sering disetubuhi Mile? Tempat itu bahkan langsung menerima penisnya begitu dihentak ke dalam sana.
PLAKH!
"Mmmh ...."
Apo sempat melenguh, tetapi dia tidak mampu membuka mata. Lelaki itu hanya mengernyit seperti sedang mimpi buruk. Badannya lemas. Kulitnya pucat. Semua karena Bas sudah melumpuhkannya sementara saat memborgol tadi.
Lengan atas Apo yang berdarah kini juga mulai mengering, tetapi Max akui Apo tetap sangat indah.
Ah, persetan! Max harus memuaskan diri dari sex toy hidup ini. Klimaks hingga memenuhinya, lalu menyerahkan segala pengaduan kepada kaisar.
Plak! Plak! Plak!
"Ahh ... ini nikmat sekali--shit," desah Max. Dia tersenyum bodoh kala memuncratkan air mani ke dalam tubuh Apo, lalu ketagihan hingga kewarasannya menghilang.
Dia tidak hanya meniduri tubuh Apo sekali. Geletar hebat yang dia rasakan setelah beberapa bulan tak bercinta, benar-benar menghancurkan pertahanan. Dia angkat satu kaki Apo hingga lurus ke udara, lalu memompa kembali.
"HA HA HA HA HA HA HA HA HA!"
Tawa Max meledak di kamar itu karena ranjang sangat berantakan di bawah pantat Apo. Di sana basah. Lembab. Acak-acakan. Max sampai penasaran apakah Mile sudah sejauh ini menjelajahi tubuh istrinya?
"Jika tidak, berarti aku untung sekali," gumam Max dengan kekehan yang bangga. Dia meraup puting-puting tegang Apo, kemudian menjajah bibirnya yang begitu lunak. "Hrrrhmmm ... mmnhh ... HA HA HA HA HA HA!" Di sana, kehangatan napas Apo bisa dia curi sepuasnya. Tak peduli apakah Mile sudah menyadari istrinya hilang atau belum.
Toh itu tidak penting. Sang rekan pasti kebingungan karena tabirnya terlalu kuat. Namun, Max rasa memberikan effort untuk keberhasilan misi-bonus kenikmatan gila ini-tidak pantas disesali.
"Umnnh ... nngh ...." keluh Apo tiba-tiba. Lelaki itu meremas seprai di bawahnya setelah dihentak dari belakang.
"HAAAAAHHH!!" teriak Apo yang mendadak terbangun. Kedua matanya basah. Refleks menangis tanpa suara, tapi dia juga tidak bisa sadar 100% dengan cepat. Otaknya serasa berputar-putar. Dan meskipun hentakan-hentakan Max di bawah tidak berhenti, Apo bisa merasakan bagian pantatnya basah.
Plak! Plak! Plak! Plak!
"Apa efek totokanku habis?" pikir Max. "Ha ha. Tak apalah. Aku ingin lihat bagaimana reaksinya."
Max pun memeluk bahu Apo, lalu mencium bibir itu kasar hingga empunya semakin tersadar. "Mmmff ... mfff ...."
Baru saja kedua manik itu terbuka lebar. Namun, Max terburu menggempur Apo semakin cepat. Sehingga kenikmatan lebih sulit ditolak di saat-saat krusial.
DEG!!
"MILEEEE!!!" teriak Apo dalam hati. Syok merambati wajahnya, sementara Max malah menatap wajah lelaki itu terhibur.
"Kenapa, hm? Selamat datang di dunia nyata!" seru Max senang. Dia bergairah karena raut Apo. Lalu menjambak rambutnya hingga mendongak ke atas.
"Akhhh!" keluh Apo melengking.
Parahnya, punggung ranjang itu berhiaskan marmer yang berkualitas. Kebeningannya membuat Apo melihat pose persetubuhan mereka begitu jelas. "Katakan sesuatu, Apo. Apa kau suka posisi ini?" tanyanya. "Atau kau benci melihat tubuh Asia-ku sendiri." Dalam sedetik, fisik Max pun berubah menjadi Mile.
"FUCK!"
Jambakan Max mengerat karena tiba-tiba penisnya tercekik. Dia jengkel. Apo pasti sudah sadar tawaran Bas hanya jebakan belaka.
"K-kau-upph ...."
Max pun membekap mulut Apo. Dia mencengkeram bagian itu hingga empunya melotot, lalu menampari pantatnya hingga memerah.
PLAR! PLAR!! PLARRR!! PLARRR!!
"AYOLAH TOILET KOTORKU! KAU HARUS LEBIH BANYAK GOYANG PINGGUL AGAR MEMBUATKU SENANG! HA HA HA HA HA!!"
PLARRRR!!! PLARRR!! PLARR!!
Dengan sperma yang tumpah-tumpah, Max keluar masuk hingga cairannya berjatuhan ke seprai. Dia puas melihat lubang Apo membuka dan menutup untuk meremas penis panjangnya. Sungguh menggairahkan. Meniduri istri Mile, tak pernah terbayangkan akan sehebat ini rasanya.
"Jangan memberontak! DIAM!" bentak Max saat Apo menggigit telapak tangannya. Lelaki itu mulai berkaca-kaca, tetapi Max menghantamkan wajahnya hingga terkubur di bantal.
BRUGH!
"MILEEE--!!" teriak Apo yang terhenti karena mulutnya terbungkam.
"Dilarang menggangguku apalagi saat ini. HA HA HA!"
Darah di lengan Apo kembali menetes-netes. Luka yang mengering kini terbuka lagi. Rasa sakit, rasa ngilu, dan kekecewaan merambati relung hatinya. Max mungkin tidak tahu, tetapi tanda perkawinan di rahang Apo tiba-tiba terasa panas kembali.
"AHHHHHHHHH!!"
Pada akhirnya, Max pun menyemprot pantat sintal Apo dengan cairan kentalnya.
"UPPPHH!! UPPHH--UHUK!" berontak Apo yang malah dicekik dari belakang.
"Hahahaha ... ini sungguh-sungguh melegakan," desah Max sambil melepaskan leher Apo. Diempasnya tubuh itu hingga terengah nyaris pingsan. Meskipun begitu, Apo masih sanggup menatapnya penuh kebencian.
Pipinya merah, wajahnya merah. Namun, hasrat ingin menghancurkan tak sebanding dengan tenaga yang dimiliki.
"Mile ... Mile ... Mile ...." pikir Apo. Tapi batinnya terlalu lelah setelah terlepas dari itu semua. "Hhh ... hhh ...." Lalu berusaha mengatur napas.
"Oh, kau semakin menggemaskan jika berusaha tapi sia-sia." Setelah bercelana, Max duduk di sebelah Apo dan kembali ke wujud Asia-nya sendiri. "Bukankah harusnya tidak masalah? Yang menidurimu tadi wajah suamimu sendiri. Yahhhh ... walau di akhir aku baru berubah. Lalu kenapa sekarang ingin membunuhku?"
Dengan borgol dan rantai-rantai, Apo hanya mampu meremas celana Max.
"Kau-uphhhhh ...."
Iblis itu melumat bibir Apo sekali lagi. "Tahu tidak? Aku suka bibirmu ini, Apo."
Jemari Apo pun gemetar hebat. Sejujurnya, Max handal dalam bercinta dan memuaskan tubuh pasangannya. Namun, Apo merasa kotor di tangan Max. Ini tidak seperti saat Mile menidurinya, meski mereka sama-sama memperkosa.
Apo tidak pernah merasa senyeri ini. Baik di hati maupun tubuhnya. Padahal dia disetubuhi di ranjang bagus. Sangat beda dengan momen di lantai perpustakaan waktu itu.
"Mile, tolong ...." Ketika air mata Apo tumpah-tumpah ke pipi, Max malah sigap menjilati dengan tawa sintingnya yang heboh.
"HA HA HA HA HA HA HA HA HA---"
BRAKHHH!
PRAANNNNGGG!!
"MAX NATTAPOL BRENGSEK!!!" maki Mile yang tiba-tiba melesat dari jendela kaca. Dari wujud naga ke manusia, iblis itu melempar tubuh Bas yang berjaga hingga menabrak guci gigantis di pojok kamar.
BRAAAKKKHHHHHH!!
"MILE?! KENAPA KAU ADA DI SI--"
"Kau benar-benar kelewat batas!"
BRAKKKHHHHHHH!!
Berikutnya, Max ikut bergabung dengan Bas yang sudah tak sadarkan diri. Dia terbatuk-batuk seperti pergulatan mereka waktu itu, tetapi kali ini lebih parah. Luka yang diobati Jeje kembali terbuka, tetapi Mile tidak peduli. Iblis itu langsung melesat lagi, mengangkat, lalu membanting Max hingga tabrakannya sukses menjebol atap lantai satu.
BRAKH! BRAKH!
Mile tahu Max takkan kalah semudah itu. Bagaimana pun rekannya itu satu angkatan, meskipun mereka beda keberuntungan. Max tetap brilian, tanpa gelar panglima sekali pun. Iblis itu langsung balas melempar Mile dengan grand piano yang menerobos lubang atap rusak.
BRAKHH!
Grand piano pun terbelah menjadi dua.
Mile sampai lupa diri. Dia melempar Max menggunakan patung baja, tetapi berhenti karena suara kasak-kusuk di belakangnya.
"Apo ...." Tatapan Mile membara melihat kondisi lelaki itu. Dia ingin langsung menyerang lagi, tetapi tidak tahan lagi. Apo pun didatanginya lebih dahulu.
"Mile! Mile!" Apo langsung merangkul sang suami setelah kelumpuhannya berkurang.
"KAU APAKAN DIA, HAH?!" bentak Mile.
Max hanya mundur-mundur dengan dua tangan terbentang. "Woah ... woah ... jangan menatapku begitu, Rekan," katanya. "Kenapa kita bertarung? Aku baru saja ingin selamatkan hidupmu seperti super hero Marvel."
"MENYELAMATKAN, KATAMU?!" Bola mata emas Mile berkilat-kilat. Di kepalanya tergambar alur mundur pelecehan demi pelecehan yang diterima Apo. "Kau pakai dimana otakmu itu? Phi-ku bahkan sempat kau tundukkan!"
"OTAKKU MASIH DI TEMPAT ASALNYA!" balas Max sama kasarnya. "Kau sendiri yang kenapa? Sinting cuma karena satu lelaki? Aku benar-benar tidak habis pikir--"
PRAKHHHH!!!
"ARRRGHHHHHHHH!"
Dengan satu hantaman cahaya merah, kening Max pun berdarah oleh serpihan guci dari lantai.
"Kami sekarang tidak berbeda." Mile tidak membiarkan mulut Max bicara sembarangan lagi. "Mencelakainya, berarti kau cari masalah denganku!!"
Bersambung ....