BAB 23
Apo pun tersentak mundur saat melihat suaminya bersandar di dinding. "Mile?" katanya pelan. Lalu segera membuka jalan. "Umn, apa kau mau pakai kamar mandinya? Silahkan. Aku sudah selesai kok."
Mile menangkap tangan Apo. "Lain kali lebih andalkan diriku."
Apo pun tertahan di sana. "Apa?"
"Istriku mati-matian menahan birahi dan menyelesaikannya sendiri," kata Mile dengan senyuman masam. "Rupa-rupanya toilet gelap lebih dia sukai, padahal suamimu adalah iblis. Dia tidak benar-benar butuh tidur."
"Oh, maaf. Aku hanya ...."
"Hanya?" Mile memerangkap Apo di dinding.
Apo pun mencari alasan secepat mungkin. "Aku tidak enak kalau memintanya di jam seperti ini," katanya. Lalu mengecup bibir Mile sekilas. "Pokoknya begitu. Ayo tidur. Aku tidak akan ulangi lagi."
"...."
Terlanjur tak enak hati, Apo pun segera melarikan diri. Di seberang sana, erangan nikmat Bas juga sudah berhenti. Harusnya Apo bisa tidur tenang setelah ini, tetapi tidak semudah itu.
"Ini bukan salahku, tapi Bas," batin Apo sembari menarik selimut hingga sebatas bahu. Lagi-lagi dia memunggungi, daripada tidak tahu harus bagaimana kepada Mile. "Dan kurasa aku dan Mile memang tidak cocok. Hubungan ini rasanya kembali memburuk saja."
"Oh, ya. Apo ...." kata Mile tiba-tiba.
"Hm?"
"Aku ada urusan mendadak. Harus pergi sekarang juga."
Apo pun membuka mata lagi. "Kemana?" Lelaki itu berbalik, tapi Mile justru memberinya ciuman daripada jawaban.
"Begitu selesai, aku akan segera pulang. Take care."
Sejak mereka berdua mulai "akur", itu adalah pertama kali Mile meninggalkannya begitu saja. Tanpa kejelasan alasannya. Tanpa kejelasan tujuannya. Apo jadi merasa aneh dalam sekejap.
"Tuan Natta , pagi ini Shigeo dan Lil' Cattawin sepertinya kena demam," kata seorang pelayan yang membantunya beres-beres kamar.
"Iyakah?"
"Suhu mereka tidak normal, Tuan," katanya. "Terus kotoran di kotak litter juga terlalu encer. Kami jadi khawatir terjadi sesuatu pada mereka."
Apo pun segera mengecek kondisi para anabul-nya. Dia sempat membelai Shigeo yang bahkan tak sanggup membuka mata, lalu Cattawin yang napasnya pendek-pendek. Belum jelas apa yang sudah terjadi, tetapi mereka terlihat lemah sekali.
"Boleh kami bawa ke dokter hewan terdekat?" tanya dua pelayan yang mengikutinya.
Apo menghela napas panjang. "Baiklah. Dan tolong beritahu aku kondisinya nanti."
"Baik."
Setelah itu Apo melihat pemandangan rumah dengan pelayan yang berseliweran. Menu-menu sarapan pagi ini jiga enak, tapi entah kenapa Apo mendadak ingin suaminya hadir meski hanya diam sebagai kucing di sisinya.
Mungkin ... apa ya? Mile memang membuatnya tidak betah. Baik saat menemani, menatap, mengajak bicara, apalagi menyentuh. Hanya saja, rasanya tak ada tempat yang lebih aman di dunia ini kecuali saat sang suami ada.
"Mau tidak mau, aku sudah bersentuhan dengan dunia iblis," batin Apo. Lelaki itu berdiri di balkon kamar. "Jadi, tidak aneh jika harus lebih waspada. Kebetulan atau untung, kemarin Bas mungkin tidak berbahaya. Tapi, besok-besok bisa jadi iblis lain mendatangiku sembarangan."
Diantara tirai panjang yang berkelebatan, Apo melambaikan tangan pada mobil di halaman. Di sana Shigeo dan Lil' Cattawin dipeluk dua pelayan. Mereka tidur berselimut dan siap dibawa ke klinik.
Tak ada telepati dari Bas sejak kemarin. Padahal Apo ingin bicara dengannya sebelum resepsi, tetapi ya sudahlah. Bila yang dikatakan iblis itu memang benar, maka Apo tak perlu khawatir. Sekarang atau besok, dirinya tetap bisa lepas dari Mile.
"Apo."
Mendadak suara familier terdengar dari belakang. Perlahan, Apo pun berbalik demi memastikan kehadiran sosok itu.
"Bas?"
"Aku."
Apo yakin iblis itu sadar soal kemarin. Saat dirinya menciduk kegiatan bercinta Bas dengan Jeje. Namun, aneh. Bas tak terlihat canggung sama sekali.
"Aku memutuskan datang begitu ada kesempatan," kata Bas. "Kau tahu? Ini langka, tetapi Jeje benar-benar membantuku dengan satu kesempatan. Jadi, bila kau lihat suamimu pergi pagi tadi, itu karena rencana kami berdua."
"Eh?"
"Intinya dia takkan pulang sampai hari H resepsi," kata Bas. "Jeje tahu cara menyibukan suamimu beberapa hari. Jadi, kusarankan kau serius saat melakukan misi pelarian diri ini."
Kepala Apo pun terasa pening seketika. "Tunggu, kenapa?" tanyanya. "Aku memang sangat ingin pergi, tetapi harus kupastikan alasan kau membantuku."
"Apa?"
"Bukankah kita belum tahu satu sama lain?" kata Apo. "Aku belum bilang iya soal misi ini."
Desisan Bas pun terdengar. Iblis itu mungkin tak pernah memprediksi Apo akan melemparkan pertanyaan tersebut.
"Apa kepentinganmu tidak lebih penting dari bantuan kami?"
"Tentu saja, sangat," kata Apo. "Tapi setahuku Phi Jeje sangat mendukung hubungan Mile denganku. Lalu kenapa sekarang dia membantumu memisahkan kami?"
DEG!!
"Kenapa aku mengatakannya?" batin Apo sembari mengepalkan tangan. "Apa yang sebenarnya kuinginkan, Bible? Aku mungkin sudah gila."
"Jadi sekarang kau curiga padaku?" kata Bas.
"Bukan, maaf membuatmu salah paham," kata Apo. Dia mengusap tengkuk tanpa sadar. "Aku hanya bersikap hati-hati. Bagaimana pun situasi ini tak masuk akal bagiku. Kau yang mendadak datang, Phi Jeje yang berubah pikiran, belum lagi kita belum tahu satu sama lain."
"Aku sudah tahu siapa dirimu."
"Tapi aku tidak, Bas," balas Apo. "Aku tahu ini bagus untuk kepentinganku. Tapi Mile tidak memperlakukanku seburuk itu. Jadi, jika kesepakatan kita bisa melukainya, aku akan memikirkannya sekali lagi."
Bas tertawa miris. "Ha ha. Katanya menolak, tetapi kau berlagak jadi istri yang cinta mati sekarang," katanya. "Aku jadi bingung dengan pemikiranmu."
"Aku lebih bingung dengan pemikiranmu," kata Apo. "Padahal tadinya kau menyuruhku hati-hati agar tidak ketahuan Phi Jeje. Tapi ini? Kau sekarang malah berkomplot dengannya."
Bas tampak berusaha menahan amarahnya. "Kau tahu sehari lebih dari cukup untuk merubah pikiran seseorang, Apo," balasnya. "Lagipula kakak mana yang sanggup menolak keinginan adiknya? Tapi kau harus paham, Jeje tetap memiliki pemikirannya sendiri."
Entah karena terdorong apa, Apo jadi mundur-mundur tanpa sadar. "Tunggu dulu, Bas. Kenapa kau jadi marah padaku?" katanya. "Kupikir kita akan melakukan kesepakatan. Tapi kalau melihat kau mempersulitnya, apa ini sungguh berkaitan dengan keselamatan Mile?"
"Jika ya?"
"Tapi kupikir kau akan membantuku-"
"Ssshhh ... aku sudah tidak tahan lagi," desis Bas.
BRAKHHHH!!
Secepat kilat, mendadak Bas berubah jadi ular hijau raksasa yang menanduk Apo. Tubuh lelaki itu mental sekejap. Punggungnya menghantam dinding begitu kasar, hingga darah keluar dari mulutnya.
"Uhookhhhhhh!"
"MAX, SEKARANG!" teriak Bas keluar jendela.
PRAKHHHH!
Apo baru saja akan bangun, tetapi satu tandukan lain datang dari elang gigantis yang memecahkan kaca jendelanya. "DATANG!" teriak Max sebelum mencakar wajah Apo-
"ARRRRGHHHHH!!!"
Meleset.
Lengan Apo lah yang mengucurkan darah hingga menetes-netes di lantai.
"RASAKAN ITU, PELACUR!" maki Bas puas. Dan saat Apo sadar dari syok, Max sudah mentotok lehernya dari belakang dalam wujud manusia.
BRAKHH!!
"Selesai, Bas," kata Max. Tatapannya berkilat sebelum melangkahi dada Apo. "Sekarang bagianmu bawa dia pergi dari sini."
Bersambung ....