Chereads / Tempat tertinggi / Chapter 22 - Ch 1 : Desa Di Tengah Gurun, Bag 1

Chapter 22 - Ch 1 : Desa Di Tengah Gurun, Bag 1

"Wuuuuiiiiissssshhhhh"

Hembusan angin kencang dengan suhu yang sangat dingin menghalangi penerbangan dari Rudy dan Inara.

Yah, yang telah menunggu mereka di atas area pegunungan Es tersebut ialah badai energi Mana dengan atribut ber-element Es yang sangatlah dingin!

Pantas jika tidak ada satu pun mahluk hidup yang mampu menembusnya selama ini, karna badai es ini bahkan mampu membekukan Mana itu sendiri.

Untung saja Rudy telah mempelajari tentang energi psikis, dan dia juga memiliki kapasitas energi yang sangat besar, sehingga dia mampu menahan dampak dari salah satu bentuk lain perubahan Mana tersebut.

(nanti akan kita jelaskan tentang atribut-atribut element yang merupakan perubahan bentuk dari Mana)

"Oh, ini gila. Pantas semua yang terpilih diantar oleh Dewa secara langsung! Jika saja Saya tahu akan seperti ini jadinya, arrggggghhhh, sial!"(isi pikiran Rudy)

"Inara?______Inara? Kamu tidak tertidur, kan? hey? jawab Saya Inara? hey?"(Rudy)

Rudy berteriak memanggil-manggil Inara yang sedang dia gendong di punggungnya tersebut, tapi entah kenapa Inara tidak merespon panggilannya itu.

"Jangan bilang kalo Kamu tertidur? Inara? hey? Tolong jangan bercanda di saat seperti ini, hey?____ Inara?"(Rudy)

Rudy terus memanggil Inara tapi tetap saja tidak ada tanggapan. Rudy yang panik pun mengerahkan semua energi psikisnya, kemudian dia mempercepat kecepatan terbangnya menorobos badai Mana ini.

=======================

Flashback ke sehari sebelumnya.

Rudy dan Inara yang telah menyelesaikan latihan, siang ini telah berniat untuk menyebrangi area pegunungan es tersebut.

Dan sekarang mereka berdua sedang berbincang santai sambil makan di sebuah restoran di kota SmallTown ini.

"Jadi berapa ManaCube yang berhasil Kamu serap dalam satu minggu ini?"(Rudy)

"Hemmmm. Itu sekitar 200. 100 Saya gunakan untuk memperkuat energi psikis, dan 100 lagi untuk energi Mana/Spiritual Saya. Emmm, kenapa Kamu menanyakan hal itu?"(Inara)

"Fufufufu. Tidak ada apa-apa. Saya kira Kamu itu jenius. Hemmmmm, Saya terlalu memikirkannya berlebihan ternyata, fufufufuufufufu."(Rudy)

"Urgh . . . Dasar sombong! Huuuuuuu, memangnya berapa banyak yang berhasil Kamu serap?"(Inara)

Mendengar penghinaan dari Rudy, Inara pun sedikit cemberut dan balik bertanya berniat membandingkan antara dia dengan Rudy.

"Hemmmm, Ra-Ha-Si-A, ckckckckkckck."(Rudy)

Rudy tidak mau memberi tahu Inara bahwa dia sebenarnya telah menyerap total 7000 lebih ManaCube selama satu minggu ini!

3000 ManaCube dia gunakan untuk memperkuat energi Mana/Spiritualnya, dan 4000nya dia gunakan untuk memperkuat enegi psikisnya.

Jadi jika itu ditambahkan dengan ManaCube yang telah dia serap sebelumnya, total kekuatan untuk energi psikis Rudy saat ini adalah 6800 ManaCube. Jika saja ManaCube itu tidak digunakan sebagai penutup jalan terowongan, maka Rudy akan menghisap ke 10.000 ManaCube yang berada di sisi lain dari terowongan tersebut!

Yah, selama ini Rudy berfikir bahwa Inara juga memiliki kapasitas otak yang sebanding dengan dia, karna Inara sudah beberapa kali berhasil menggagalkan skema-skema jenius yang telah dia persiapkan. Tapi ternyata Rudy hanya berpikir terlalu jauh karna kejadian akhir-akhir ini.

Padahal, alasan kenapa Inara mampu mengetahui skema-skema milik Rudy, bukanlah karna kejeniusannya. Melainkan karena otak super milik Rudy tersebut memang tidak di fokuskan untuk bidang-bidang sekelas interaksi sosial yang sepele.

Lanjut...

Setelah selesai makan siang, mereka berdua berjalan seperti biasa tanpa bergandengan tangan.

Saat ini Rudy masih tetap dengan trend tas ransel depan belakangnya, dan detail lainnya tidak perlu dijelaskan karna hanya buang-buang waktu.

Sedangkan untuk Inara, ehem. Dia menggunakan mantel bulu berwarna biru yang terlihat sangat cocok dengan keimutannya, lalu dia mengenakan celana panjang berbahan parasut tebal berwarna merah, dan sepasang sepatu boat hitam yang dibuat khusus untuk kegiatan mendaki.

Lanjut...

Mereka berdua terus berjalan menyusuri jalanan yang berada dekat dengan penginapan.

"Puk puk puk puk puk puk"

Suara langkah kaki mereka yang bergerak dengan ritme teratur, terarah, dan terkendali, ehem.

Mereka berniat menuju ke taman tempat biasa mereka lepas landas setiap harinya.

Dan selang beberapa saat, mereka akhirnya tiba di taman tersebut. Kemudian mereka melihat kesekeliling untuk memastikan jika ada orang lain yang sedang berada disekitar mereka.

Setelah memastikan jika tidak ada orang lain, mereka berdua pun lepas landas dengan tidak saling bergandengan tangan!

Lalu?

"Ma? Ma? Itu kakak-kakak yang sering terbang bergandengan tangan setiap hari itu, loh."(Anak Tanpa Nama)

"Oh iya Nak. Tapi kali ini sepertinya mereka tidak bergandengan tangan, hemmmm. Mungkinkah mereka berdua itu sudah bercerai?"(Ibu Tanpa Nama)

"Kami berdua bahkan belum pacaran?"(Rudy dan Inara)

Mendengar percakapan ibu dan anak barusan, lantas membuat Rudy dan Inara berteriak secara bersamaan.

Dan ternyata tanpa pernah mereka sadari bahwa di balik pohon besar yang berada tepat di tengah taman, ada sebuah tenda kecil berwarna hijau yang cukup usang dengan banyak lubang disana-sininya.

Yah, sosok Ibu dari Anak tanpa nama ini sepertinya telah diceraikan oleh suaminya, lalu mereka akhirnya ditelantarkan begitu saja!

Sebagai single parent, Ibu tanpa nama ini harus berjuang demi kelangsungan hidup anaknya yang masih kecil dan polos tersebut.

Dan begitulah, tanpa Rudy dan Inara sadari ternyata selama seminggu ini, ibu dan anak tanpa nama ini selalu melihat Rudy dan Inara yang selalu lepas landas di area ini.

Biasanya memang ibu dan anak tanpa nama ini hanya akan melihat Rudy dan Inara yang terbang setiap pagi dari lubang yang ada di tenda mereka, sehingga bahkan Rudy yang super waspada pun tidak pernah menyadari keberadaan mereka.

Ibu dan anak tanpa nama ini memang tidak pernah peduli meskipun mereka melihat Rudy dan Inara yang bisa terbang. Yang mereka pedulikan hanyalah tentang Rudy dan Inara yang seharusnya selalu terbang sambil bergandengan tangan, itu saja!

Mungkin ibu dam anak tanpa nama ini sudah lelah dengan masa lalu mereka dan tidak punya waktu lagi untuk memikirkan bahwa orang yang bisa terbang itu adalah hal yang menakjubkan.

Dan setelah melihat ibu dan anak tanpa nama itu, Rudy pun mengambil sebuah bungkusan plastik yang cukup besar dari dalam ranselnya. Dia kemudian menggunakan kekuatan psikisnya untuk menerbangkan bungkusan tersebut ke tempat Ibu dan Anak tanpa nama itu.

Saat ini Ibu dan Anak tanpa nama itu sedang berdiri di depan tenda mereka sambil bergandengan tangan melihat ke arah Rudy dan Inara.

Lalu bungkusan plastik yang diterbangkan Rudy pun melayang tepat di depan Ibu dan anak tanpa nama itu. Ibu tanpa nama itu pun meraih bungkusan tersebut kemudian, Ibu dari anak tanpa nama itu mendengar suara yang langsung masuk ke dalam pikirannya!

Ibu tanpa nama itu pun langsung menangis dan memeluk anaknya yang kebingungan karna tidak mengerti apa yang sedang terjadi.

Kemudian, sambil tersenyum Rudy pun memegang tangan Inara dan melesat terbang meninggalkan ibu dan anak tanpa nama tersebut.

Melihat sosok Rudy dan Inara yang pergi, anak tanpa nama itu pun bertanya kembali kepada ibunya.

"Ma? Ma? Kenapa Mama menangis? Kakak-kakak itu tidak bercerai, kan? Lihat itu mereka sudah bergandengan tangan lagi sekarang?"(Anak tanpa nama)

"Iya Nak, mereka tidak akan bercerai? hiks . . . hiks . . . Tidak apa-apa, Mama cuma bahagia saja saat ini, hiks, hiks, hiks, mulai sekarang kita bisa tinggal di tempat yang lebih baik, hiks, hiks, hiks. Kita juga tidak akan kelaparan lagi, hiks, hiks, hiks hiks."(Ibu tanpa nama)

Dan begitulah cerita flashback ini berkakhir.

Akhirnya, Ibu dan Anak tanpa nama itu pun memulai kehidupan baru mereka yang bahagia.

Lanjut ke waktu yang sekarang.

Melihat Inara yang tidak juga merespon, Rudy pun terbang dengan cara gila bermaksud untuk segera menerobos area beku ini. Kemudian, setelah berjuang dengan sekuat tenaga akhirnya Rudy pun berhasil keluar dari area pegunungan es tersebut dan mencapai sisi lain dari dunia.

Rudy masih menggendong Inara yang sedang tak sadarkan diri dipunggungnya.

Yah tepatnya saat ini Inara diikat tepat di atas tas ransel yang ada dipunggungnya Rudy.

Hal detailnya sengaja tidak digambarkan, karena itu sedikit tidak cocok dengan kesan dramatis yang sedang berlangsung saat ini.

Lanjut...

Setelah Rudy berhasil keluar dari badai es, yang dia lihat saat ini adalah hamparan padang pasir yang sepertinya tidak memiliki ujung!

Rudy yang melihat hal ini tidak lagi sempat berpikir karna dia merasa khawatir dengan kondisinya Inara. Kemudian dia langsung saja melanjutkan penerbangannya tersebut dan melintasi gurun pasir ini untuk mencari tempat yang bisa digunakan untuk berkemah.

Tapi entah mengapa dari saat ketika menerobos area beku Rudy tidak bisa terbang secepat biasanya. Dia merasa bahwa udara di sisi lain dunia ini sangat berbeda dengan di dunia pusat. Tapi sayangnya Rudy jelas tidak memiliki waktu untuk memikirkan hal tersebut. Dia hanya berpikir untuk segera menemukan tempat berlindung sementara dan kemudian merawat Inara.

Rudy terus terbang selama 6 jam tanpa pernah berhenti hingga kemudian dia melihat sebuah oasis yang cukup besar.

Rudy pun turun ke area pinggiran dari oasis tersebut agar mereka tidak terlihat oleh penduduk yang ada disana. Dia mencari pohon yang cukup rindang dan mendirikan tenda yang telah mereka persiapkan di sana. Setelah tenda itu berdiri Rudy pun langsung membentangkan alas dan membaringkan Inara di atasnya.

Rudy yang cemas melepaskan semua pakaian yang sedang Inara kenakan karna pakaian itu masih lembab akibat badai es sebelumnya, padahal sudah setengah hari mereka terbang melewati gurun yang panas ini, tapi pakaian mereka berdua belum juga kering.

Yah, hal ini jelas menandakan betapa berbahayanya badai es yang mereka lewati sebelumnya!

Lanjut...

Setelah melepaskan semua pakaian Inara , Rudy pun mengelap tubuh Inara yang basah dan kedinginan.

Setelah mengelap tubuh Inara sampai kering, Rudy pun membungkus Inara dengan 3 lapis selimut tebal, dan setelah menyelesaikan semua itu, dia berjaga disebelah Inara.

Rudy pun tidak lupa untuk memasang perisai psikis yang itu melingkupi seluruh area 500 meter dari tenda tempat mereka berada.

Tanpa terasa waktu pun berlalu. Matahari saat ini mulai terbenam sehingga hal ini menyebabkan ruang di dalam tenda itu menjadi sedikit gelap.

Tapi Rudy sengaja tidak menyalakan api atau cahaya apa pun agar mereka tidak akan menarik perhatian dari area yang ada disekitarnya.

Bersambung...