Chereads / Tempat tertinggi / Chapter 27 - Ch 6 : Serangan Bangsa Binatang, Bagian 1

Chapter 27 - Ch 6 : Serangan Bangsa Binatang, Bagian 1

Saat ini Rudy sedang berada di Kota Sakura. Dia sedang sibuk mengurusi segala hal yang diperlukan untuk merelokasi penduduk suku pasir ke-area lain yang ada di pusat dunia ini.

Rudy sedang bersama Reyzo dan seorang pria muda lainnya, yang merupakan salah satu Dewan dari Organisasi Rahasia yang sangatlah dirahasiakan ini. Mereka bertiga sedang berada di dalam sebuah ruangan mewah milik direktur dari perusahaan Mucikari Company.

Rudy pun menyapa pria muda tersebut.

"Apa kabarnya, Mas Tom? Fufufuufu. Sepertinya kamu tambah makmur saja sekarang?"

Pemuda ini bernama Thomas Frontier alias Tomo Prasetsyo. Ehem. Thomas merupakan Arsitek dari sebuah perusahaan raksasa yang bergerak di bidang Real Estate. Nama Thomas juga sudah dikenal luas oleh Investor-Investor besar dari negara-negara maju yang berada di pusat dunia ini.

"Ah, Makmur dari mananya, Mas Rud? Hahaha. Saya pastinya baik-baik saja sekarang. Jika tidak bagaimana mungkin kita bisa berkumpul seperti ini, kan? Hehehehe"

Thomas membalas sapaan Rudy dengan nada bercanda. Kemudian mereka berdua berpelukan sekedarnya agar kesannya lebih akrab.

"Ya, ya, drama kalian sudah cukup sampai disini. Emmm Rudy? Bagaimana kabar Adik Saya? Apakah dia sehat? Apakah dia baik-baik saja di sana? Emmmm kamu tidak melakukan hal yang tidak-tidak kepada dia, Kan?

Reyzo pun menghentikan drama persahabatan yang telah ditampilkan oleh Rudy dan Thomas, tapi saat ini Reyzo malah ganti memainkan drama adik-kakak miliknya sendiri.

Tapi Rudy dan Thomas hanya melirik ke Reyzo sebentar, kemudian mereka berdua pun melanjutkan kembali obrolan, mereka berdua sama sekali tidak memperdulikan rentetan pertanyaan yang diluncurkan oleh Reyzo barusan.

Dan begitulah seterusnya, hal tidak penting seperti ini pun berlangsung cukup lama.

Setelah mereka selesai dengan pembicaraan penuh basa-basi tersebut, mereka mulai membicarakan topik utama dari diskusi mereka saat ini.

Yah. Rudy meminta bantuan dari Thomas untuk menyiapkan sebuah apartemen yang nantinya itu akan ditinggali oleh penduduk dari Suku Pasir.

Rudy juga meminta lokasi dari apartemen tersebut agar berada di area yang tidak terlalu ramai. Dengan begitu para penduduk Suku Pasir dapat secara perlahan beradaptasi dengan gaya hidup masyarakat yang ada di area pusat dunia ini.

Diskusi ini pun selesai dengan baik. Hasilnya adalah, Thomas akan menyediakan Apartement di lokasi yang sesuai dengan yang diminta Rudy, sedangkan Reyzo akan menyediakan semua fasilitas pembantu yang diperlukan untuk menunjang kehidupan sehari-hari para penduduk Suku Pasir nantinya.

Setelah mereka menyelesaikan masalah ini, mereka bertiga pun melanjutkan acara reuni mereka yang penuh drama persahabatan tersebut, dan waktu pun berlalu begitu saja.

Rudy telah berada di dunia pusat selama 2 hari. Dia berencana pulang malam ini karna besok pagi dia harus melakukan bakti sosialnya seperti biasa.

Waktu terus bergulir dan hari pun telah berganti.

Di pagi hari, di area Oasis tempat di mana suku pasir tinggal.

"Hemmm. Kenapa Rudy belum kembali, ya? Biasanya pagi-pagi sekali Dia sudah pulang. Hemmm, apa dia keasyikan karna bertemu dengan sahabat-sahabatnya itu? Dia bahkan sampai melupakan tugas bakti sosialnya pagi ini, Huuuuuuu!" Isi Pikiran Inara

Saat ini Inara sedang melamun.

Dia sedikit tidak memperhatikan anak-anak yang sudah dari tadi sibuk menanyakan berbagai hal kepadanya.

Yah, karna saat ini dia sedang sibuk memikirkan Rudy yang pagi ini telah bolos dari pekerjaannya.

Karna Inara sudah menyelesaikan latihan sihirnya, sekarang dia mulai mengajari anak-anak di sini berbagai pengetahuan mengenai cara-cara menggunakan alat-alat yang berasal dari pusat dunia. Hal ini dimaksudkan agar nantinya mereka tidak terlalu kesulitan lagi beradaptasi.

Yah. karna permintaan dari Inara lah Rudy akhirnya akan memindahkan semua penduduk di sini ke area pusat dunia.

Karna Inara berpikir, mereka semua akan menjalani kehidupan yang lebih layak di sana, khususnya untuk para Anak-Anak ini.

Saat Inara sedang melamunkan semua hal itu, kemudian terdengar suara ledakan keras dari luar dan diiringi juga dengan getaran yang menyebabkan debu yang ada di plafon ruangan belajar tersebut berjatuhan, sehingga ruangan tersebut menjadi berkabut karna debu yang berterbangan di udara.

Banyak anak-anak yang panik dan menangis karna kejadian tiba-tiba ini.

Inara berusaha menenangkan mereka. Lalu dia menyuruh penjaga yang sedang mengawal dirinya untuk segera membawa semua anak ke tempat perlindungan. Dan setelah itu Inara sendiri langsung bergegas menuju ke arah sumber dari ledakan tersebut.

Ketika Inara berlari di luar, dia mendengar banyak suara jeritan dan tangisan yang memenuhi area pemukiman ini. Dam di arah lain terlihat pula kepulan asap hitam yang sepertinya adalah sumber dari ledakan sebelumnya.

Inara pun mempercepat langkahnya menuju ke arah kepulan asap tersebut, kemudian di sana dia melihat puing-puing bangunan yang berserakan serta beberapa tubuh dari penduduk yang dipenuhi oleh luka. Mereka semua tersebar bergeletakan disela puing-puing bangunan yang runtuh tersebut.

"Apa sebenarnya yang terjadi?"

Inara yang melihat hal ini sedikit takut dan bertanya-tanya dalam benaknya tentang apa yang sedang terjadi saat ini.

"Bang...Bang...Bang...Bang.."

Kemudian beberapa ledakan kembali terjadi!

"Apa itu? Siapa sebenarnya mereka?" Inara.

Akhirnya dibalik kepulan asap hitam itu, Inara dapat melihat beberapa sosok dengan kepala banteng, mereka semua memiliki badan kekar setinggi kurang lebih 2 meter, mereka berdiri layaknya seorang manusia dan memegang senjata.

Sekumpulan manusia banteng itu sedang terbang di udara dengan mengendarai burung-burung besar yang terlihat sangat mengerikan.

Burung-burung itulah yang telah menembakan bola-bola api dan menjadi penyebab dari semua ledakan yang telah terjadi saat ini.

Pertempuran masih berlangsung di antara para penjaga suku dan para penyerang tersebut.

Pertukaran serangan terus mereka lakukan dan hal itu pun menyebabkan rentetan ledakan lainnya, sehingga area pemukiman ini pun telah berubah menjadi medan perang sihir yang berbahaya.

Inara menyaksikan pertempuran tersebut dan ketakutan!

Dia gemetar dan menghentikan langkahnya.

Sekarang Inara hanya melihat sambil berdiri cukup jauh dari lokasi pertempuran yang tengah berlangsung tersebut.

Kemudian sebuah lingkaran sihir yang cukup besar muncul dari bawah dan mengarah ke kelompok penyerang.

Para penyerang yang melihat hal ini menyadari bahwa ini bukanlah mantra sihir biasa. Mereka segera memerintahkan burung-burung tunggangannya untuk menembakan bola-bola api, menggagalkan mantra sihir tersebut.

Tapi sayangnya sihir FireTornado milik Lucasto telah selesai dirilis dan sekarang tornado api raksasa itu meluncur dengan ganas ke arah mereka. Tapi sayangnya tornado api itu harus berbenturan dengan 5 bola api yang juga telah berhasil ditembakan oleh burung-burung tunggangan dari para penyerang.

"Bang...Bang...Bang...Bang...Bang...fiiuuuuuhhhhhhhhhh"

Akibat benturan kekuatan itu. rentetan ledakan keras pun menggema di udara!

Ledakan ini juga disertai dengan gelombang kejut panas yang menyebar dengan sangat cepat ke seluruh penjuru, membawa serta asap dan debu hingga itu memenuhi seluruh area ini.

Tapi sihir FireTornado bukanlah sihir biasa yang lemah, setelah berbenturan dengan 5 bola api, Tornado Api milik Lucasto tidak berhenti berkobar dan terus saja maju ke depan, menyapu semua penyerang yang ada di udara. Para penyerang tersebut tidak lagi sempat menghindar, sehingga mereka semua terhempas, hangus bersamaan dengan burung tunggangan mereka. Mereka meluncur ke bawah dan menghantam beberapa bangunan yang ada, menyebabkan ledakan-ledakan lainnya kembali terjadi.

Saat Tornado Api milik Lucas menghilang, tampaklah seekor Burung Besar dan penunggangnya yang ternyata masih melayang di udara.

"GAHAHAHAHA. Saya tidak mengira akan ada Penyihir Tingkat Lanjut di sini. Yaa Ini cukuplah menghibur!"

Penyerang yang selamat itu tertawa dan berkata dengan sombong!

Suaranya yang keras dan lantang terdengar sangat cocok dengan tubuh besarnya itu.

Setalah selesai berbicara, sosok itu pun melompat dari atas Burung Besar yang dia tunggangi tersebut.

"Ffiiiuuuuuuu.... Buuummmmm"

Sosok Besar itu pun mendarat di pasir, menyebabkan getaran dan kepulan asap debu yang berterbangan disekitarnya.

Dan saat ini dia telah berdiri dengan jarak sekirar 50 m dari Lucasto sambil memegang kapak besar di tangan kanannya.

Melihat kesombongan dari Kepala Banteng tersebut, Lucasto bertanya dengan nada kasar dan marah.

"Siapa Kamu? Mengapa Bangsa Binatang melakukan semua hal ini?"

"GAHAHAHA. Siapa Saya? Mengapa Katamu? GAHAHAHA. BOCAH seperti kamu tidak layak bertanya kepada Saya!"

Pria Kepala Banteng itu malah tertawa dan berkata dengan nada yang meremehkan. Dia sama sekali tudak berniat menjawab pertanyaan Lucasto.

Hal ini lantas membuat Lucasto semakin marah. Lucas pun segera merapalkan mantra sihir FireTornado miliknya kembali, berniat segera menghabisi pria Kepala Banteng ini.

Tapi sebelum Lucas selesai merapal Mantranya, Pria Kepala Banteng tersebut bereaksi, dia segera melompat ke arah Lucas dan dalam sekejap mata telah berada tepat di depan Lucas sambil mengayunkan kapak besar miliknya.

Lucas yang sangat terkejut, dengan refleks memejamkan kedua matanya. Sekarang dia merasakan apa itu ketakutan!

Di dalam benak Lucas saat ini, dia yakin bahwa sebentar lagi dia akan segera mati!

Kapak Besar itu meluncur deras ke arah Lucas, dan benturan keras pun terjadi!

Tapi ternyata tebasan itu malah menghantam sebuah perisai transparan yang telah Inara ciptakan dari energi psikisnya.

Inara juga dengan segera menarik Lucas yang sudah tidak kearahnya. Tentu dengan menggunakan kekuatan psikisnya juga.

Merasa tidak ada yang terjadi, Lucas pun memberanikan diri untuk membuka matanya. Dia akhirnya tahu bahwa saat ini dia telah diselamatkan oleh Inara.

"Nona Inara? Cepat segera Lari dari sini! Pria itu bukanlah tandingan kita? Lari sekarang! . . . Nona Inara?"

Mendengar peringatan dari Lucas, Inara hanya diam. Dia saat ini masih berdiri tegak di depan Lucas, menghadap ke arah pria kepala banteng tersebut..

Inara memang sangat ketakutan, tapi dia benar-benar marah!

Yah Inara yang baik hati itu benar-benar marah dengan apa yang telah dilakukan oleh para penyerang ini!

Karna disekitarnya saat ini, berserakan tubuh-tubuh dari penjaga yang telah tewas. ada juga beberapa penduduk yang terluka parah bergeletakan tak berdaya disekelilingnya. Suara teriakan dan tangisan terus saja menggema di area pemukiman ini. Dan jelas pemandangan seperti ini sangat mengguncang hati Inara!

Karna kemarahan yang berkecamuk dihatinya, Inara pun telah melupakan semua rasa takutnya. Dia pun melangkah maju ke arah Pria Kepala Banteng tersebut.

Inara terus melangkah ke depan dengan segala macam pikiran yang berkecamuk, kemudian ketika dia tinggal berjarak 10 meter lagi dari Pria Kepala Banteng tersebut, Inara pun bertanya dengan nada geram!

"APA YANG SEBENARNYA KALIAN PIKIRKAN TIBA-TIBA DATANG DAN MENYERANG PENDUDUK YANG TIDAK BERSALAH INI SECARA MEMBABI BUTA!"(Inara)

Tapi Pria Kepala Banteng itu hanya melihat Inara dengan acuh. Dia masih saja bertingkah sombong seperti sebelumnya.

Melihat Pria Kepala Banteng yang masih bertingkah seperti itu, Inara pun membentak kepada Pria Kepala Banteng tersebut sambil melepaskan tekanan Mana miliknya!

"HEY? JAWAB SAYA SEKARANG JUGA!"(Inara)

"Wuuuiiiiuizzzzzzhhh"

Udara di sekitar Inara pun mulai bergetar!

Hal ini disebabkan oleh pancaran energi Mana milik Inara yang terus melonjak karna kemarahannya itu.

Setelah melihat pancaran Mana milik Inara ini, barulah Pria Kepala Banteng itu merasakan sinyal berbahaya. Dia langsung beralih ke posisi siaganya dan mulai menganggap serius sosok Inara.

"Hemmmm . . . Jadi Kamu, Manusia dari pusat dunia? Yaa, Saya hanya ada keperluan dengan kalian manusia dari Pusat. GAHAHAHA Bagus kam. Urghhhh Apa ini? Kamu das. Cepat lepaskan Saya!"

Perkataan Pria Kepala Banteng itu terhenti karna Inara dengan paksa mengunci semua pergerakkan Pria Kepala Banteng tersebut dan mengangkatnya ke udara!

Pria Kepala Banteng itu hanya bisa meronta-ronta, berusaha untuk menggerakkan tubuhnya.

"APAKAH KAMU TULI. SAYA BILANG JAWAB PERTANYAAN SAYA!"(Inara)

Inara kembali mengecam dengan nada penuh kemarahan!

Terlihat urat-urat di kening Inara mulai keluar karna penggunaan kekuatan psikisnya tersebut, dan hal ini juga disertai dengan keringat yang mulai mengucur deras dari dahinya!

Bersambung...