Chereads / Tempat tertinggi / Chapter 25 - Ch 4 : Surga Dan Mantra Sihir Yang Apa lah-Apa lah!

Chapter 25 - Ch 4 : Surga Dan Mantra Sihir Yang Apa lah-Apa lah!

Setelah mereka memasuki rumah Kepala Suku, Rudy dan Inara di ajak ke ruangan yang agak lusuh dan sempit. Emmm, bisa dikatakan bahwa ruangan ini lebih mirip gudang, seperti yang ada dirumahnya Rudy.

Lanjut...

Kepala Suku mempersilahkan Rudy dan Inara untuk duduk di kursi yang ada di ruangan ini, sepertinya sesi tanya jawab di antara mereka akan segera di mulai. Tapi dikarenakan matahari yang sudah terbenam, suasana di dalam ruangan pun menjadi sedikit gelap. Kepala Suku yang Menyadari hal ini meminta salah satu Penjaga untuk mengambilkan sebuah benda dari atas lemari.

Rudy sedikit merenung setelah melihat benda yang di bawa oleh penjaga tersebut.

Yah, itu terlihat sangat mirip dengan lampu teplok yang di dunia nya Rudy.

Kemudian Penjaga itu meletakan benda yang di duga lampu teplok tersebut ke atas meja, dan entah kenapa Kepala Suku tiba-tiba mengangkat tangan kanannya, lalu dia mengarahkan jari telunjuknya itu ke arah benda yang terduga lampu teplok tersebut.

Setelah itu Kepala Suku mulai menggumamkan sesuatu!

"Aduh seuneu hérang ngagenclang nurut kana paréntah kuring, Fire..."(Kepala Suku)

Setelah gumaman aneh dari Kepala Suku, seketika sebuah api kecil pun muncul dari jari telunjuk si Kepala Suku. Kemudian api kecil itu terbang menuju benda yang terduga lampu teplok tersebut, dan benda itu pun menyala, menerangi seluruh ruangan.

Maka. Dengan merujuk pada fakta barusan, sudah bisa dipastikan bahwa benda bersinar yang ada di atas meja tersebut adalah sebuah Lampu Teplok, ehem.

Lanjut...

"Woooooohhh, apakah ini yang namanya sihir? Rud, Rud, lihat? Ini adalah sihir, loh?"(Inara)

Inara berteriak kagum dengan fenomena sihir yang ditunjukan oleh Kepala Suku. Dia sangat bersemangat tentang hal ini sampai-sampai dia menarik lengan baju Rudy, agar Rudy menanggapinya.

"Ehm, ya itu Lampu Teplok."(Rudy)

Anehnya Rudy memberikan jawaban yang berbeda dari apa yang dimaksudkan oleh Inara. Dia tidak terlalu peduli dengan kekaguman Inara, melainkan dia lebih memikirkan tentang apa yang telah digumamkan oleh Kepala Suku barusan.

"Oy, oy, apa itu Mantra? Kenapa Saya merasa tidak asing dengan bahasa ini, hemmmmmm, tapi Saya benar-benar lupa!"(Isi Pikiran Rudy)

Yah. dibandingkan sihir dan lampu teplok, Rudy lebih terkejut dengan mantra yang Kepala Suku gunakan untuk mengaktifkan sihir tersebut.

Tapi masalahnya Rudy lupa di mana dia pernah mendengar bahasa yang mirip dengan ini. Dan ini lantas membuatnya berada dalam dilema.

"Oh. Apakah nona Inara belum pernah melihat sihir?"(Kepala Suku)

Melihat Inara yang tampak gembira dan penuh rasa penasaran, Kepala Suku pun menanyakan pendapat Inara.

"Yah, di tempat Saya, Saya tidak pernah melihat hal yang seperti ini."(Inara)

"Oh, begitu. Mungkin karena Surga adalah tempat yang damai dan dipenuhi berbagai macam kemudahan, jadi hal seperti ini tidak diperlukan di sana." ucap Kepala Suku.

Kemudian, "Emm, apakah ada hal yang mengganggu pikiran dari Tuan Rudy?" Karna melihat Rudy yang melamun, Kepala Suku pun menanyakan hal tersebut kepada Rudy.

"Oh, tidak apa-apa. Saya hanya sedang memikirkan tentang sesuatu, ehem. Oh, iya. Mengapa kalian selalu menyebut Kami ini Utusan Surga, bisakah Anda menjelaskan hal itu kepada Saya?" Rudy menanggapi pertanyaan Kepala Suku. Kemudian dia balik menanyakan hal lain yang dia rasa itu lebih penting.

"Oh . . . ternyata itu yang mengganggu pikiran Tuan Rudy, hemmmm?" Ucap Kepala Suku sambil merenung.

Kemudian Kepala Suku pun melanjutkan, "Yah, sudah sejak zaman dahulu Kami menyebut tanah yang ada di seberang pegunungan es tersebut dengan sebutan, Surga. Karma hal ini telah diterangkan di dalam catatan kuno serta dari cerita-cerita yang diwariskan di suku Saya, sudah sejak puluhan ribu tahun yang lalu. Dijelaskan bahwa wilayah di balik Pegunungan Es tersebut merupakan tempat yang kaya dan damai. Di sana kita juga tidak perlu khawatir akan serangan ManaBeast dan Demon. Yah, seperti itulah kira-kira apa yang Kami ketahui hingga sekarang."

Rudy hanya mengangguk-anggukkan kepalanya, memperhatikan penjelasan Kepala Suku tersebut, dan kemudian Kepala Suku melanjutkan penjelasan nya itu.

"Tempat ini dulunya merupakan sebuah kota besar yang dijadikan sebagai tempat persinggahan oleh bangsa Manusia dan Peri. Karna sebelum mereka berpindah ke wilayah Surga, mereka pasti akan berkumpul dan melakukan persiapan nya di kota ini. Tapi semua itu hanyalah cerita pada masa lalu. Tuan Rudy bisa melihat sendiri bagaimana keadaan di sini sekarang." ucap Kepala Suku dengan nada yang agak sedih.

Setelah mendengar penjelasan tersebut, Rudy akhirnya mulai sedikit memahami sejarah dari tempat ini, yang dulunya itu merupakan sebuah kota besar yang sangat penting pada masa nya dulu.

Tapi Rudy masih belum bisa mengerti, mengapa orang-orang di sini menganggap dirinya itu sebagai utusan dari surga.

Rudy pun kembali menanyakan hal tersebut kepada Kepala Suku.

"Saya merasa kalian telah salah paham akan sesuatu. Sebenarnya Kami ini bukanlah Utusan Surga seperti apa yang kalian pikirkan."

"Tidak mungkin kami akan salah mengira. Karna sebelum Tuan dan Nona datang, Sosok Dewa telah datang terlebih dahulu ke tempat ini. Itu ditandai dengan berdentangnya Lonceng Besar yang ada di Altar Persembahan! Dan hal ini telah dituliskan pada catatan kuno yang ada di suku, jadi Kami sangat yakin jika Tuan Rudy dan Nona Inara adalah Utusan dari Surga!"

Kepala Suku pun menjawab pertanyaan Rudy dengan sangat yakin, karna pertanyaan itu seperti meragukan penilaian mereka.

"Maaf maaf, Saya tidak bermaksud demikian? Jadi itulah sebab kalian berlaku demikian. Hemmmmmm . . . Oke, Saya bisa mengerti garis besarnya. Ya, Saya memang telah diberikan tugas oleh Dewa Ildraiz sebelum datang kesini. Saya kira Anda juga sudah tahu detailnya, kan?" Rudy yang merasakan hal tersebut, meminta maaf.

Kepala Suku tidak terlalu memperdulikan hal ini dan dia kembali melanjutkan penjelasannya tersebut kepada Rudy.

"Yaa, Tuan. Sejak 5000 tahun yang lalu suku kami memang diberikan tugas lain untuk membantu para Utusan Dari Surga yang datang ke tempat ini"(Kepala Suku)

"Yah, Saya paham. Dan tolong Anda jelaskan juga kepada Saya tentang Sihir dan Mantra yang tadi. Ehem. Tapi besok saja juga tidak apa-apa, tidak perlu terburu-buru."(Rudy)

"Ya, Tuan. Tuan Rudy dan Nona Inara pasti sedikit lelah. Jadi silahkan Tuan dan Nona beristirahat terlebih dahulu di rumah ini, nanti akan ada juga pelayan yang akan melayani Tuan dan Nona selama anda berada di sini." (Kepala Suku)

Rudy dan Inara menganggukkan kepala mereka, menyetujui saran dari Kepala Suku.

"Kalau begitu Kami bertiga akan undur diri dulu sekarang."(Kepala Suku)

"Ok, terima kasih"(Rudy dan Inara)

Setelah bersalaman, Kepala Suku dan kedua Penjaga pergi meninggalkan Rudy dan Inara di ruangan yang ternyata bukanlah gudang, melainkan ini adalah ruang tamu dari rumah Kepala Suku.

Dan waktu pun berlalu.

Malam hari.

Rudy dan Inara sekarang telah berada di kamar untuk beristirahat.

Tapi karena masih sangat penasaran dengan Sihir, Inara terus saja mengganggu Rudy dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai Sihir yang dilakukan oleh Kepala Suku tadi. Dia sudah tidak sabar untuk menunggu besok pagi, karna dia ingin segera mendengar penjelasan lebih lanjut tentang Sihir dan Mantra tersebut dari Kepala Suku.

Rudy yang sedang sibuk memikirkan banyak hal pun merasa terganggu dengan rengek kan-rengek kan Inara tersebut.

"Inara . . . ? Ini sudah malam, loh? Tunggulah besok pagi. Kakek Tua itu tidak akan kabur, kan?"(Rudy)

Rudy pun menegur Inara, berusaha untuk menghentikan rengekkannya tersebut.

"Uhhh . . . maaf? Saya terlalu bersemangat. Emmmm, Kamu sepertinya sedang memikirkan sesuatu, ya?"(Inara)

Inara berhenti merengek, dia menyadari bahwa Rudy saat ini sedang memikirkan hal lain yang lebih penting, lalu pembicaraan mereka berdua berlanjut.

"Yaa, Saya sedang memikirkan tentang banyak hal!"(Rudy)

"Apa itu karena kondisi penduduk di sini?"(Inara)

"Urghh, yah, itu juga salah satunya. Hemmmm. Kamu juga sudah melihat sendiri, kan?"(Rudy)

"Ya, bagaimana anak-anak itu bisa tumbuh dengan baik di tempat yang seperti ini? Huuuuuuu, tidak bisakah Kamu membantu mereka, Rud?"(Inara)

"Hemmmmmm?"(Rudy)

Mendengar pertanyaan Inara itu, Rudy hanya menghela nafasnya.

Akhirnya Mereka berdua berdiam dalam lamunannya masing-masing.

Yah, wajar saja jika mereka berdua merasa sedih setelah melihat kehidupan memperihatinkan penduduk di desa ini.

Semua penduduk desa terlihat sangat kurus dan lemah. Rumah-rumah mereka juga hanya berupa reruntuhan yang sama sekali tidak layak untuk di huni! Mungkin rumah bobrok yang Rudy dan Inara tinggali sekarang merupakan hunian terbaik yang ada di sini. Belum lagi tentang makanan, pakaian, dan masih banyak lagi hal menyedihkan lainnya, yang Rudy dan Inara lihat di desa ini.

Lanjut...

"Rud? . . . Rud? . . . hey?"(Inara)

Melihat Rudy yang masih melamun dan belum menjawab pertanyaannya, Inara pun kembali merengek, sambil menarik-narik lengan baju miliknya.

"Ehem, apa lagi?"(Rudy)

"Huuuu, dari tadi Kamu tidak memperhatikan perkataan Saya , ya?"(Inara)

"Uhum, maaf, hehehehe."(Rudy)

"Huuuuuuufft."(Inara)

Inara kesal karna sepertinya Rudy masih sibuk dengan pikirannya sendiri dan tidak mau menanggapinya.

Tapi Rudy malah terkesima melihat wajah Inara yang sedang cemberut itu.

Rudy akhirnya sadar bahwa rekan perempuannya ini merupakan wanita yang sangat mempesona!

Rudy pun mengingat kembali saat pertama dia melihat Inara malam itu.

Dan setelah mengkhayal sedikit, Rudy pun menjawab.

"Oh Tuan Putri Dari Surga . . . Hamba akan berusaha sekuat tenaga untuk mencari cara menolong para penduduk yang kesusahan ini. Tuan Putri tenang, tidak perlu khawatir. Silahkan yang mulia beristirahat dengan nyaman malam ini. Fufufufufufufufufu"(Rudy)

"Ruuuuuuuuudddyyyyyy!"(Inara)

"Fufufufufufufuufu . . . fufufufufufufu"(Rudy)

"Huuuffffftttt, terserah Kamu, hemmmm. Selamat malam!"(Inara)

Setelah mengatakan itu, Inara langsung naik ke tempat tidur sambil menyembunyikan senyumannya.

Yah, dia merasa sangat senang. Inara percaya bahwa semua pernyataan yang Rudy buat barusan pasti akan menjadi kenyataan. Dia percaya bahwa Rudy akan segera mencari solusi untuk membantu kehidupan penduduk yang ada di sini menjadi lebih baik.

Lalu?

Melihat Inara yang sudah naik ke tempat tidurnya, Rudy baru ingat bahwa di kamar ini hanya ada satu buah tempat tidur saja.

Tapi Rudy tidak terlalu mempermasalahkan hal ini, karena ini bukan kali pertama mereka tidur dalam satu ruangan.

Waktu terus berjalan.

Malam indah ini pun berakhir begitu saja, dengan Inara yang tetap tertidur pulas, dan Rudy yang malah bermeditasi di lantai sampai mentari pagi tiba.

========================

Bersambung...