Chereads / Tempat tertinggi / Chapter 23 - Ch 2 : Desa Di Tengah Gurun, Bagian 2

Chapter 23 - Ch 2 : Desa Di Tengah Gurun, Bagian 2

"Kyaaaaaaaaaaaa"

Mendengar teriakan ini, Rudy yang sedang duduk bersila dalam meditasi nya, kaget! Dia dengan refleks melompat ke belakang sehingga tenda mini tempat dia berada ikut terseret bersama dengan dia. Kemudian tenda itu membungkus seluruh tubuh Rudy, dia berguling-guling ke sana dan ke mari di atas pasir seperti bungkusan sampah yang sedang ditiup oleh angin.

Rudy terus berguling ke kanan dan ke kiri, berusaha untuk melepaskan dirinya.

Inara seharusnya kaget dan bingung, karna ketika dia bangun, dia mendapati bahwa dirinya dalam keadaan yang tanpa busana, tapi setelah melihat keadaan Rudy yang sekarang, dia malah tertawa lepas karna kejadian tersebut.

"Xixixixixixi . . . fufufufufufu . . . maaf, maaf, Saya tadi tanpa sadar berteriak, xixixixixi."(Inara)

Inara tertawa mengejek Rudy yang sedang kesusahan, lalu Rudy yang telah berhasil mengeluarkan kepalanya tersebut, membalas ejekan Inara.

"Dasar Bocah! Menyesal Saya tidak melakukan apa pun sebelumnya. Hemmmmmm."(Rudy)

"Fufufufufufufu... fufufufufu ... fufufufufufufufufufu"(Inara)

"Hemmmm. Yah sudahlah, toh Saya juga tidak berminat bertengkar dengan Gadis Kecil. Xixixixixixixi banyakin makan sana, hushhhhhh!"(Rudy)

"Huuuuuuuu, ya, Saya memang masih kecil, Hemmmm."(Inara)

"Fufufufu, ehm, ya, apakah Kamu sudah baik-baik saja? Bagaimana perasaan Kamu saat ini, maaf, semua ini terjadi karna kelalaian Saya."(Rudy)

"Emmmmm. yah, terima kasih. Saya sudah tidak apa-apa, eh? Apakah Kita sudah berhasil menyebrang?"(Inara)

Setelah menyadari bahwa saat ini mereka sedang berada di area hutan, Inara pun bertanya kepada Rudy.

"Emmm, yah entah bagaimana Saya berhasil menembus badai es tersebut. Apakah Kamu tidak merasakan adanya perbedaan di sini?"(Rudy)

"Yah, Saya rasa nafas Saya agak sesak, hemmmm."(Inara)

Inara yang hanya terbungkus selimut itu, berdiri. Kemudian dia berjalan-jalan melihat area hutan yang ada disekelilingnya.

Saat ini Inara juga merasakan bahwa gerakannya terasa agak berat. Dan kenapa Rudy bertanya, karna memang dia telah mengetahui tentang hal ini sebelumnya.. Dia khawatir bahwa Inara akan merasa kesulitan untuk beradaptasi dengan lingkungan di mana mereka berada sekarang ini.

Yah, mungkin karna energi Mana yang terkandung di udara di sini jauh lebih tebal, hingga hal ini menyebabkan udara di sini terasa lebih berat dibandingkan dengan pusat dunia sebelumnya.

Yah, hal inilah yang membatasi pergerakan mereka berdua.

Sepertinya Rudy dan Inara harus segera menyesuaikan diri mereka dengan perubahan tersebut.

Lanjut...

Rudy yang sudah melepaskan diri dari cengkraman tenda mini tersebut, kini telah duduk bersandar di bawah sebuah pohon. Dia sedang memandangi Inara yang masih asyik berkeliling, tapi karna merasa ada yang aneh, Rudy pun berbicara pada Inara.

"Ehem, hey Inara? Sebelum berkeliling setidaknya pakailah pakaian Kamu terlebih dahulu. Ehem, jangan menambah sulit kehidupan dari pria baik-baik seperti Saya ini, ehemm."(Rudy)

Karna Rudy tahu kalau saat ini Inara itu sedang tidak mengenakan apa-apa, dia pun mengingatkan Inara dan menyuruhnya untuk segera mengenakan pakaian.

"Eeee? Yah, maaf! Saya akan segera memakai pakaian Saya."(Inara)

Mendengar perkataan Rudy, Inara yang malu langsung buru-buru mengambil tas ranselnya dan menghilang di balik pepohonan.

"Sek' sek' sek' sek" (ilustrasi ganti pakaian)

Setelah mengenakan pakaiannya kembali, Inara berjalan ke arah Rudy. Saat ini Rudy sedang duduk bersandar dengan matanya yang tertutup seperti sedang tertidur.

kemudian...

"Puk puk puk puk"

Rudy mendengar suara langkah yang mendekatinya, dia pun membuka matanya dan melihat bahwa Inara sudah ada didekatnya.

"Ehem, yah, tidak perlu memikirkannya, Saya akan bertanggung jawab!"(Rudy)

Rudy langsung mengatakan hal yang sedikit aneh kepada Inara, tapi Inara yang pintar segera mengetahui maksud dari perkataan Rudy tersebut.

Kemudian Inara membalas perkataan Rudy.

"Emmm . . . yah, terima kasih telah menjaga Saya."(Inara)

"Itu sudah kewajiban Saya. Hemmm, yaa, Saya akan melepaskan wujud psikis Saya untuk melihat pemukiman yang ada di tengah Oasis ini. Kamu makan saja dulu, sekalian menjaga tubuh Saya di sini, ok?"(Rudy)

"Ya..."(Inara)

Setelah mengucapkan perkataan-perkataan ambigu tersebut, Rudy pun duduk bersila dan memejamkan kedua matanya untuk bermeditasi dan memfokuskan kesadarannya.

Saat ini, Rudy sepertinya telah melepaskan wujud psikisnya.

Sedangkan Inara yang ada didekatnya masih sedikit tersipu karna mendengar kata-kata Rudy yang barusan.

Inara pun memberanikan dirinya, dia mendekatkan mukanya ke muka Rudy lalu dia mencium pipi sebelah kanan milik Rudy.

Setelah melakukan hal tersebut, dengan sambil malu-malu Inara duduk di sebelah tubuh Rudy sambil memakan makanan kaleng yang memang telah mereka siapkan sebelumnya.

Dari kejauhan...

Rudy yang hanya berupa wujud psikis melihat dengan jelas adegan yang dilakukan oleh Inara barusan!

Dia pun bergumam kesal, "Dasar tubuh brengsek! Menikmati kenikmatan seperti itu sendirian. Hemmmmm, berengsek!"(Wujud Psikis Rudy)

Rudy kesal karna ciuman pipi pertamanya telah dirampas oleh sosok yang itu adalah tubuhnya sendiri!

Kemudian dengan sambil tetap mengeluh, wujud psikis Rudy pun terbang melanjutkan kegiatan mata-matanya.

========================

Di tempat lain?

Di dalam sebuah ruangan yang cukup luas, sekitar 30 orang sedang berkumpul di depan sebuah Altar. Mereka terlihat sedang berdoa kepada 2 Sosok Dewa yang mereka percayai.

Yah, di Altar tersebut terdapat dua buah patung yang berdiri tegak, dengan sebuah lonceng besar menggantung pada tiang yang berada tepat diantara kedua patung tersebut.

Kemudian?

Seorang Pemuda yang kira-kira seumuran dengan Inara, memecahkan keheningan tempat ini. Dia bertanya kepada pria tua yang sepertinya adalah pemimpin dari mereka.

"Kepala Suku? Untuk apa lagi kita bertahan di gurun yang gersang ini. Para penduduk yang lain telah lama meninggalkan kita tapi mengapa kita harus terus berdoa kepada langit sedangkan Dewa atau pun Utusannya itu tidak pernah datang lagi. Sepertinya bahkan mereka juga sudah meninggalkan kita! . . . Kepala Suku?"(Pemuda)

Setelah mendengar keluhan dari pemuda tersebut, pria tua itu melirik ke arah si pemuda dan menghela nafasnya.

"Heeemmmm, menjaga tempat ini sudah menjadi tugas dari suku Kita sejak puluhan ribu tahun yang lalu. Kita tidak bisa mengabaikan tugas ini karna ini merupakan tugas yang Dewa telah berikan kepada Suku Kita!"(Kepala Suku)

Mendengar jawaban dari Kepala suku tersebut, Pemuda itu pun melanjutkan keluhannya dengan nada yang sedikit keras!

"Kakek! Sampai kapan lagi Kita harus bertahan hidup di gurun yang gersang ini! Sudah lebih dari 2000 tahun Dewa tidak datang untuk membawa Utusan dari Surga, kan? mere."(Pemuda)

"Sudah cukup! Silahkan Kamu keluar dari sini, sekarang!"(Kepala Suku)

Pemuda labil itu akhirnya keluar dari aula ini setelah perkataanya disela dan dia disuruh keluar oleh kepala suku yang adalah kakeknya sendiri.

Setelah pemuda itu pergi, aula tersebut pun kembali hening dan mereka kembali melanjutkan doa mereka.

Yah, pemukiman yang berada di tengah gurun ini adalah tempat tinggal dari suku yang telah ditugaskan sebagai penjaga oleh Para Dewa sejak zaman dahulu.

Tepatnya itu sejak proses evakuasi yang dilakukan oleh Bangsa Manusia dan Peri dari sisi dunia ini puluhan ribu tahun yang lalu. Suku inilah yang telah ditugaskan oleh salah satu Dewa untuk menjaga area ini.

Tapi karena 10.000 tahun yang lalu terowongan penghubung telah ditutup, maka proses evakuasi Bangsa Manusia dan Peri pun dihentikan. Namun sekitar 5000 tahun setelah terowongan itu tertutup, Sosok Dewa yang lain datang lagi ke Kota ini.

Yah, itu adalah pecahan wujud psikis dari Dewa Ildraiz.

Saat itu adalah kedatangan yang pertama Dewa Ildraiz untuk mengantarkan Mahluk Yang Terpilih dari dunia pusat ke sini. Dan sejak saat itulah suku ini diberikan tugas yang baru oleh Dewa Ildraiz, yaitu membantu Utusan yang datang dari pusat dunia untuk mengatasi masalah ManaCube yang berada di terowongan penghubung tersebut.

Oasis ini dulunya merupakan Kota Persinggahan untuk manusia dan peri sebelum mereka menyebrang ke sisi dunia bagian pusat. Tapi setelah perintah dari Dewa Ildraiz, oasis ini pun berganti fungsi sebagai kota tempat tinggal bagi para Utusan selama mereka mengerjakan tugas-tugasnya.

Lanjut...

Area Oasis kecil ini dulunya merupakan sebuah hutan luas dengan Kota Besar yang berdiri tepat di tengah-tengahnya. Dulu kota ini adalah simbol penting yang menandakan perbatasan antara kedua sisi dunia.

Tapi sayangnya tempat ini sekarang telah menjadi gurun yang tandus!

Hutan yang dulunya luas serta kota besar itu telah menghilang perlahan tertutup pasir gurun sejak seribu tahun yang lalu.

Orang-orang yang dulunya adalah penduduk di sini juga telah berangsur-angsur pergi ke tempat-tempat lain yang lebih layak untuk melanjutkan kehidupan mereka.

Dan sekarang, di area Oasis yang terus menerus menyempit ini, tinggal tersisa sekitar 200 orang penduduk. Mereka semua adalah sisa dari anggota suku yang masih bertahan dan terus menjaga tempat yang telah terlupakan ini.

Yah, meski mereka semua harus hidup dalam kesusahan setiap harinya, mereka tetap bertahan di sini karna hal itu adalah tugas yang telah suku mereka emban sejak zaman dahulu.

Yang jelas suku penjaga ini telah hidup di dalam penderitaan untuk waktu yang sangat lama dikarenakan tugas dari Dewa tersebut.

Beralih kembali ke Rudy.

Wujud psikis Rudy saat ini sedang berkeliling mengamati keadaan pemukiman dan para penduduk di Oasis ini. Dia melihat rumah-rumah tua yang terbuat dari batu dan banyak bagiannya yang telah hancur menjadi puing-puing. Puing-puing tersebut berserakan di area Oasis ini, bahkan sebagian besar reruntuhan tersebut juga telah tenggelam di dalam pasir.

Setelah melihat semua hal ini Rudy pun mengehela nafasnya dan bergumama.

"Hemmm. Ini jelas tempat yang tidak layak, kan? Bagaimana mereka bisa membesarkan anak-anak dengan baik di area yang seperti ini, hhhhmmmmm?"(Pikiran Rudy)

Rudy sangat prihatin melihat kehidupan orang-orang yang ada di sini.

Kemudian Rudy melanjutkan pengamatannya, sampai akhirnya dia mendadak berhenti karena dia telah mendengar sesuatu yang membuat dia kaget!

"Eh? Mereka juga berbicara dengan bahasa umum yang sama dengan Saya? Hemmmm, sepertinya bahasa umum merupakan bahasa resmi yang telah manusia gunakan sejak zaman dahulu, ya. Bagus kalau begitu, hemmm?"(Pikiran Rudy)

Karna Rudy hanyalah berupa wujud psikis, jadi antara dia berbicara dan berfikir tidak ada bedanya.

Lanjut.

Setelah mengetahui bahwa bahasa yang digunakan sama, dan juga tidak adanya hal berbahaya atau aneh tentang penduduk yang ada di sini, Rudy pun berniat untuk kembali ke tempat Inara berada.

Rudy terbang rendah di atas pemukiman bobrok tersebut sambil terus mengamati. Kemudian dia melewati sebuah bangunan besar yang berdiri kokoh di tengah area pemukiman tersebut. Bangunan ini memang terlihat agak mencolok jika dibandingkan dengan situasi bangunan lain yang ada di area ini, tapi Rudy tidak terlalu peduli dan melanjutkan penerbangannya tersebut.

Kemudian tanpa diduga.

"Teng' . . . Teng' . . . Teng' . . . Teng' . . . Teng' . . . Teng' ...?"

Suara lonceng yang cukup keras menggema di seluruh area Oasis.

Dan di dalam aula tempat di mana altar persembahan dan lonceng besar itu berada.

Saat ini pria tua yang merupakan pemimpin dari suku ini tersentak dan seluruh tubuhnya gemetar karna kejadian ini! Dia bahkan sampai meragukan apakah hal yang terjadi sekarang adalah sebuah mimpi belaka. Kemudian dengan ragu dia pun memandangi semua anggota suku lainnya untuk memastikan apakah mereka juga menyaksikan hal yang sama dengan dia.

Karna menurut catatan turun menurun dari suku mereka, dikatakan bahwa lonceng besar yang berada di atas Altar tersebut tidak pernah lagi berbunyi semenjak 2000 tahun yang lalu.

Jadi jelas saja jika mereka semua meragukan realitas mereka setelah menyaksikan kejadian bersejarah seperti yang terjadi sekarang.

Setelah sadar dengan realitas, Kepala Suku pun langsung bersujud dan menangis di depan altar Dewa tersebut. Hal ini lantas membuat semua anggota suku yang melihatnya bingung, karna mereka tidak tahu apa arti dari dentuman lonceng tersebut.

Memang kisah tentang Lonceng Besar tersebut hanya diwariskan secara turun-temurun oleh Kepala Suku dari generasi sebelumnya kepada Kepala Suku generasi selanjutnya, dan itu terus berlanjut hingga sekarang.

Menurut catatan dan cerita yang telah diwariskan itu, di ketahui bahwa lonceng besar tersebut merupakan artefak magis yang akan otomatis berdentang apabila sosok Dewa berada didekatnya. Hal ini juga dituliskan pada catatan kuno lain dari 5000 tahun yang lalu, sebelum sosok Utusan dari surga datang ke sini, akan ada sosok Dewa yang datang terlebih dahulu ke Altar ini untuk menyampaikan pesanya. Dan kedatangan sosok Dewa tersebut akan ditandai dengan berdentangnya lonceng besar yang ada di altar persembahan ini sebanyak 7 kali.

Tapi anehnya saat ini lonceng besar itu hanya berdentang sebanyak 6 kali. Dan setelahnya juga tidak ada pesan dari Dewa seperti apa yang telah dicatatkan pada catatan kuno.

Memang kejadian saat ini sedikit berbeda dari apa yang telah kepala suku ketahui, tapi dia tidak terlalu memikirkan sedikit perbedaan tersebut, karna saat ini dia sedang merasa sangat bahagia.

Sambil tetap bersujud, Kepala Suku menengadah ke arah lonceng tersebut dengan penuh air mata syukur yang membasahi wajah tua nya.

Lalu dia berteriak dengan penuh emosional.

"Ahhhh . . . Ini adalah pertanda kedatangan dari Dewa! Dewa masih belum melupakan suku kita! Puji syukur untuk Dewa dari Surga, Puji syukur untuk Dewa dari Surga!"(Kepala Suku)

"Kepala Suku? Kepala Suku? Apa yang sebenarnya terjadi?"(Penjaga)

Melihat Kepala Suku nya yang sedang berteriak sambil menangis, seorang pria kekar yang berumur sekitar 30 tahun bertanya kepada Kepala Suku tersebut. Pria itu tidak mengetahui apa sebenarnya yang sedang terjadi sekarang.

Tapi tanpa memberikan penjelasan lagi, Kepala Suku tersebut langsung memberikan perintah kepada pria kekar tersebut.

"Cepat segera kumpulkan semua anggota suku kita yang tersisa ke sini! Semuanya! Karna Dewa telah datang kepada kita..."(Kepala Suku)

Setelah mendengar perkataan yang mencengangkan dari Kepala Suku nya tersebut, pria kekar itu langsung berlari menuju area pemukiman untuk memberi tahu semua anggota suku perihal kejadian ini.

Hal ini jelas menyebabkan kehebohan diantara semua anggota suku yang tersisa, mereka semua segera pergi menuju ke bangunan besar tempat di mana altar persembahan berada.

Setelah semua anggota suku berkumpul di aula, mereka semua duduk dengan hikmat dan mendengarkan perkataan dari Kepala Suku itu. Setelah nya mereka semua mulai sibuk untuk mempersiapkan upacara perayaan atas kedatangan Dewa tersebut dan mereka juga bersiap untuk menyambut seorang Utusan dari surga yang sebentar lagi akan datang ke desa mereka ini. Mereka semua melakukan persiapan dengan penuh suka cita karna penantian panjang suku mereka akhirnya akan terbayarkan sekarang.

Tapi sayangnya Rudy tidak tahu tentang kejadian yang sedang berlangsung di pemukiman tersebut. Sekarang dia sudah kembali ke tubuh fisiknya dan sedang menjelaskan semua hal yang dia saksikan kepada Inara. Dan setelah berdiskusi, Rudy dan Inara memutuskan untuk memasuki area pemukiman tersebut, sore hari nanti.

Bersambung...

=======================

keterangan pada novel:

Lonceng besar yang berada di altar merupakan artefak magis yang biasanya digunakan untuk mengukur kapasitas energi psikis yang dimiliki oleh para Dewa.

Yah, artinya lonceng ini hanya beresonansi pada energi psikis saja.

Tapi yang lebih penting adalah seberapa besar energi psikis yang diperlukan untuk menggerakkan dan membunyikan lonceng ini bahkan untuk 1 kali saja?

Dan catatan tambahan: kekuatan psikis adalah salah satu bentuk perubahan lain dari Mana, tapi kekuatan psikis umumnya hanya dimiliki oleh para Dewa beserta para utusannya, serta semua mahluk yang tinggal di atas langit!

==================