Happy Reading!
"Saya terima nikah dan kawinnya Kiara Claire bin Albraga dengan mas kawin tersebut dibayar tunai."
"Bagaimana para saksi? Sah?"
"Sah."
***
"Ra kayaknya lo harus hati-hati sama Faldo," ucap Cia kepada Claire atau kerap dipanggil Kiara. Fyi, Cia ini merupakan salah satu sahabat dekat Kiara.
"Hati-hati? Emang kenapa?" tanya Kiara mengernyitkan dahinya bingung.
"Gue liat-liat nih ya si Faldo tuh ngincer ranking 1 paralel. Lo liat aja semester kemarin Faldo ranking 2, di bawah lu pas," ucap Cia membuat Kiara ikut berfikir keras.
"Apalagi selisih nilai kalian dikit, makanya lo harus hati-hati Ra," lanjut Cia menjentikkan jarinya.
"Tenang aja, nggak akan ada yang bisa ngalahin gue," balas Kiara dengan percaya dirinya yang sangat tinggi.
Kiara Claire, siswi yang terkenal sangat ambisius dan cerdas, bahkan ia bisa mempertahankan ranking 1 paralel selama 2 tahun ini. Dan sekarang ia sudah menduduki kelas 12 semester akhir.
Dan ya, dia mempunyai 2 sahabat dekat yaitu, Cia dan Natasha. Mereka sudah berteman sejak masih SMP, tak heran mereka sangat dekat.
"Si Nat mana? Tumben nggak keliatan," ucap Kiara melihat seisi kelas namun tak melihat batang hidung sahabatnya itu.
"Noh anaknya dateng, panjang umur." Cia menunjuk ke arah Natasha yang baru saja masuk kelas dengan wajah sumringah.
"Kenapa lo seneng banget kayaknya Nat?" tanya Cia melihat Natasha yang kini sudah duduk di hadapannya.
"Kalian udah liat pengumuman belum?" tanya Natasha membuat Kiara dan Cia kompak menggelengkan kepala.
"Ih kalian tuh emang nggak update ya. Jadi minggu depan bakalan ada pekan olahraga gabungan sama SMA Couller," ucap Natasha dengan semangat.
"Oh iya karena ini awal semester dan kita baru aja mulai masuk sekolah, jadi nggak heran juga kalau diadain pekan olahraga," balas Cia mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Tapi tumben sekolah kita mau ngadain pekan olahraga gabungan, sama Couller lagi," ucap Kiara. Karena dikabarkan sekolah mereka tidak akrab dengan SMA Couller.
"Justru itu Ra, pasti sekolah kita mau ngalahin Couller di pekan olahraga kali ini," ucap Natasha menciptakan teorinya sendiri.
"Bisa jadi sih," timpal Cia dan Kiara hanya menanggapi dengan anggukkan kepala sebelum akhirnya ia menyadari satu hal.
"Eh bentar, SMA Couller?" tanya Kiara memastikan. Natasha dan Cia kompak menjawab dengan anggukkan kepala.
"OH IYA ITU SEKOLAH MANTAN LO KAN RA?!" teriak Cia membuat Kiara meringis kecil karena teriakan Cia yang begitu kencang, untung saja tertutupi dengan suasana kelas yang sangat ramai.
"Iya," jawab Kiara sembari menganggukkan kepalanya lemah.
"Siapa ya namanya Gerry? Gorsa? Geras?"
"Gersa Nat," ucap Kiara membenarkan.
"Nah itu Gersa, namanya susah amat lagian," ucap Natasha mendecak kesal.
"Tapi gue rada ngeri sih sama Gersa itu, soalnya dia keliatan terobsesi banget sama lo Ra," ucap Cia mengingat bagaimana hubungan Kiara dan Gersa dulu.
Kiara hanya mengendikkan bahunya acuh, lagi pula itu semua adalah masa lalu. Ia yakin Gersa mantannya itu pasti juga sudah melupakannya.
"Tapi lu kan mantan osis angkatan tahun kemarin Ra, masa gatau kalau bakal ada pekan olahraga?" tanya Cia mengingat baru saja kemarin osis kelas 12 mengadakan serah terima jabatan kepada pengurus osis yang baru.
"Gatau juga, bagus deh pengurus osis tahun ini bisa mandiri," jawab Kiara.
"Gue mau ke perpus dulu ya," ucap Kiara sembari mengeluarkan beberapa buku dari dalam tasnya.
"Mau ngembaliin buku?" tanya Natasha dijawab anggukan kepala oleh Kiara.
Sesampainya di perpustakaan.
"Faldo kamu dari kelas 10 pasti bukunya ada aja yang ilang," ucap Bu Jian kepada Faldo yang saat itu sedang di perpustakaan. Nampaknya ia sedang diomeli karena kehilangan buku paket.
"Nggak hilang kok bu, cuma lupa naroh aja saya mah," balas Faldo membela diri.
"Sama aja, pokoknya besok harus kembaliin atau nggak kamu bayar denda aja," ucap Bu Jian.
"Iya bu." Faldo mengangguk patuh dan berjalan keluar perpustakaan hingga secara tak sengaja berpapasan dengan Kiara.
"Eh Kiara mau ngembaliin buku ya?" tanya Bu Jian ramah, sangat berbeda saat dengan Faldo.
"Iya Bu," jawab Kiara tersenyum sembari mengangguk pelan.
"Taroh di rak langsung ya," ucap Bu Jian dan Kiara langsung menyusun buku-buku itu.
Seusai itu Kiara berjalan menuju ke kantin karena Cia baru saja mengirim chat bahwa Cia dan Natasha saat ini berada di kantin.
Belum sampai di kantin, Kiara mendengar suara bising dari kamar mandi wanita. Setelah ia amati ternyata ada sekelompok siswi kelas 12 yang terlihat melabrak salah satu siswi kelas 10.
"Si Trisha ngelabrak siapa lagi?"
"Anak kelas 10 kalau nggak salah namanya Dara, katanya dia tadi ngasih air minum buat Faldo pas main basket di lapangan."
"Berani banget, pasti dia belum tau kalau Trisha cinta mati sama Faldo."
Samar-samar Kiara mendengar percakapan orang-orang yang sama-sama sedang mengintip atau lebih tepatnya menyaksikan.
Kiara tak mau ambil pusing dan lanjut berjalan menuju kantin.
"Kiara," panggil Natasha yang melihat Kiara. Kiara pun segera menghampiri Natasha dan Cia, ternyata mereka sudah memesan minuman untuknya.
Setelah duduk, Kiara melihat di seberang ada Faldo dan teman-temannya sedang bercanda gurau dengan bahagia.
"Padahal adek kelasnya lagi dilabrak gara-gara dia, tapi dia malah dengan santainya ketawa-ketawa di sini," ucap Kiara dalam hati.
Ya lagi pula itu tidak ada hubungannya sama sekali dengannya.
Sepulang sekolah.
Kiara pulang cukup sore hari ini, walaupun tidak ada pelajaran namun teman-temannya itu selalu menahan ia saat mau pulang. Kiara menunggu bis di halte dekat sekolahnya, ia lebih nyaman naik bis daripada membawa kendaraan sendiri.
10 menit berlalu, akhirnya bisnya datang. Kiara pun segera naik dan memilih tempat duduk dekat dengan jendela agar sejuk.
Butuh sekitar 20 menit bagi Kiara untuk sampai rumah.
"Clair pulang," ucap Kiara memasuki rumahnya. Saat di rumah ia terbiasa dipanggil Claire oleh Ayah dan Neneknya.
Kiara tinggal bersama ayah dan neneknya serta 2 asisten rumah tangga. Sedangkan ibunya telah meninggal saat liburan akhir semester lalu. Kiara adalah anak tunggal, sehingga bisa dibilang ia memikul beban yang sangat berat.
"Lo ngapain di sini?" tanya Kiara terkejut melihat seorang laki-laki duduk di ruang tamunya.
"Ssstt jangan keras-keras nanti dimarahin ayah mertua pake lo-gue," ucap Faldo. Ya, Faldo adalah suami sah Kiara sejak liburan akhir semester kemarin.
Keluarga Kiara bisa disebut mapan, bahkan sangat mapan. Tujuan pernikahan tersebut juga bukan karena masalah ekonomi, melainkan karena wasiat dari kedua keluarga. Apalagi Kiara juga harus menuruti karena ibunya saat itu sedang sakit parah dan berkata ingin melihat Kiara menikah.
"Clair udah pulang?" tanya Ayah Kiara, Braga. Kiara menjawab pertanyaan Braga dengan anggukkan kepala.
"Mulai sekarang kalian berdua bisa coba buat satu rumah ya, kalian sudah 5 bulan menikah jadi ayah pikir ini saatnya kalian coba buat mengurus rumah tangga," ucap Braga membuat Kiara sedikit terkejut dan tidak rela. Sementara Faldo ia sudah diberi tau terlebih dahulu oleh orang tua nya sehingga ia tidak terkejut lagi.
"Ya udah kamu mandi dulu, semua barang-barangnya udah diberesin sama bibi," ucap Braga dan dibalas anggukan kepala oleh Kiara.
Kiara berjalan menuju kamarnya. Sesampainya ia di kamar, ia menghela napasnya sejenak.
"Aku juga nggak bisa nolak kan yah," lirih Kiara seraya meringis kecil.
To be continued...