Happy reading!
Kiara pun segera menyelesaikan sarapannya. Sebelum berangkat ke sekolah ia berinisiatif untuk membangunkan Faldo terlebih dahulu.
Tok tok tok
Kiara mengetuk pintu kamar Faldo berkali-kali namun tak kunjung dapat jawaban.
"Fal lo sekolah nggak?" tanya Kiara.
"Paling masih tidur juga, biarin aja lah," ucap Kiara lirih.
Saat Kiara hendak pergi tiba-tiba pintu kamar Faldo terbuka dan muncullah Faldo yang terlihat sangat lesu dan pucat. Kiara terkejut melihat penampilan Faldo.
"Lo kenapa? Lo sakit?" tanya Kiara dan reflek menyentuh dahi Faldo.
"Gue? Gapapa gue cuma masih ngan-"
"Tuh lo panas banget, lo demam ya," ucap Kiara memotong perkataan Faldo.
Faldo mengernyit bingung dan menyentuh dahinya sendiri.
"Enggak, nggak panas tuh," ucap Faldo membuat Kiara menepuk dahinya sendiri.
"Ternyata demam bisa nurunin iq orang," lirih Kiara yang melihat Faldo masih terus memeriksa suhu badannya sendiri.
"Udah lo istirahat aja ntar gue suruh bibi bikinin bubur aja buat lo," ucap Kiara dan mendorong Faldo kembali masuk ke dalam kamar dan menutup pintunya.
Kiara pun kembali ke dapur mencari bi Rumi. Namun, ia tidak menemukan keberadaan bi Rumi. Bahkan ia sudah mencari sampai ke halaman belakang. Kiara akhirnya bertanya dengan satpam rumahnya, Pak Yose.
"Pak liat bi Rumi nggak?" tanya Kiara, ia sedikit terburu-buru karena jam sudah menunjukkan pukul 06.42, sementara ia harus ke sekolah. Ya walaupun minggu ini digunakan untuk persiapan pekan olahraga, sebenarnya tidak apa-apa jika telat, namun kata telat tidak ada di dalam kamus Kiara.
"Tadi bi Rumi katanya mau belanja buat persediaan non," jawab Pak Yose membuat Kiara langsung menepuk dahinya.
"Ya udah makasih ya pak," ucap Kiara dan kembali masuk ke dalam rumah.
"Kalau udah kayak gini terpaksa gue nggak sekolah hari ini," ucap Kiara menghela napas dan berganti baju.
Setelah selesai berganti baju, Kiara menyiapkan air untuk mengompres Faldo agar demamnya cepat turun.
Kiara masuk ke dalam kamar Faldo, untuk pertama kalinya. Dilihatnya Faldo sudah kembali tidur, cepat sekali.
Dengan hati-hati, Kiara mengompres Faldo dan ia langsung kembali menuju dapur untuk membuat bubur dan sup jagung. Ia sempat terpikirkan makanan apa yang mungkin disukai Faldo? Tapi bagaimanapun Faldo masih sakit.
Sebenarnya Kiara ini jago memasak, hanya saja saat di rumahnya sendiri ia tidak diizinkan untuk memasak oleh papanya. Semenjak mamanya meninggal, papanya memberi ia banyak sekali peraturan.
Kiara menghela napasnya pelan dan tersenyum miris. Membayangkan bagaimana papanya memperlakukan dia selama ini. Rasanya ia ingin menertawakan dirinya sendiri.
Kiara menggeleng-gelengkan kepalanya, untuk apa ia memikirkan hal yang sudah lampau. Ia pun mulai memasak, pertama ia memasak buburnya terlebih dahulu. Sembari menunggu buburnya matang, Kiara memotong-motong jagung untuk dibuat sup. Ia memasak porsi kecil, hanya untuk Faldo saja.
Beberapa menit kemudian, Kiara sudah selesai memasak bubur dan sup jagung.
"Bi Rumi nih kesasar di pasar apa gimana? Masa jam segini belum pulang," ucap Kiara menyadari bahwa bi Rumi belum juga pulang dari tadi pagi.
Kiara pun menyiapkan bubur dan sup jagung serta obat untuk Faldo. Namun, saat ia hendak membawa makanan dan obat tersebut ke kamar Faldo, tak sadar bahwa ternyata Faldo duduk di kursi meja makan sambil menelungkupkan kepalanya di atas tangannya.
"Ini bocah ngapain malah tidur di sini? Kok gue nggak sadar ya?" tanya Kiara pada dirinya sendiri. Sebegitu fokus dirinya kah saat memasak? Sampai-sampai tidak menyadari bahwa Faldo duduk di meja makan.
Kiara menepuk bahu Faldo pelan, bagaimana pun ia harus membangunkan Faldo untuk makan dan minum obat.
"Fal, Faldo," ucap Kiara sembari terus menepuk bahu Faldo.
Perlahan Faldo mengangkat kepalanya dan mendongak untuk menatap Kiara.
"Lo ngapain malah tidur di sini?" tanya Kiara sembari berkacak pinggang.
"Gue nyium bau bau masakan, jadi gue nggak sadar jalan sendiri ke sini," jawab Faldo membuat Kiara mengernyitkan dahinya. Faldo ini tengah berbohong? Apa ia kira bisa membohongi Kiara?
Kiara pun menghela napas dan segera memberikan bubur dan sup jagung yang sudah ia buat untuk Faldo.
"Jangan lupa abis makan minum obat," ucap Kiara mengambil obat untuk Faldo dan ia taruh di meja makan.
Faldo mengangguk patuh dan mulai memakan masakan Kiara. Sembari Faldo makan, Kiara pun membereskan dapur.
Ia tersenyum puas saat masakan yang ia masak telah habis dimakan oleh Faldo.
"Sana balik ke kamar lo," ucap Kiara setelah melihat Faldo selesai minum obat.
"Lo nggak mau mapah gue gitu?" tanya Faldo yang tiba-tiba menunjukkan muka memelas.
"Nggak, lo aja tadi bisa jalan sendiri ke sini," ucap Kiara menolak.
"Jangan lo pikir gue bisa dibohongin berkali-kali ya," ucap Kiara dalam hati.
"Tadi kan turun tangga, sekarang naik tangga gue nggak ada tenaga Ra," ucap Faldo beralasan.
"Ini anak alasan mulu, tapi masuk akal juga," ucap Kiara lirih bahkan Faldo tidak akan mendengarnya.
Kiara menatap Faldo yang masih memertahankan ekspresi memelasnya. Kiara menghela napasnya dan membantu memapah Faldo menuju kamar. Memang benar naik tangga ini membutuhkan energi yang lebih.
"Kayaknya si Faldo emang nggak boong," ucap Kiara dalam hati.
Sementara Faldo tersenyum penuh kemenangan, namun ia cepat-cepat memudarkan senyumnya saat Kiara mengalihkan pandangan menatapnya. Ia kembali memasang wajah memelas.
"Lo istirahat aja nggak usah kemana-mana, kalau ada apa-apa panggil gue aja," ucap Kiara setelah melihat Faldo sudah berbaring di kasur.
Faldo mengangkat jempolnya dan mengangguk patuh.
Setelah melihat Kiara keluar, Faldo segera mengeluarkan handphone nya dan menghubungi salah satu asisten di studionya.
"Halo Kal," ucap Faldo begitu panggilannya sudah dijawab. Asistennya ini bernama Haikal, seumuran dengan Faldo namun berbeda sekolah. Mereka berdua kenal dari salah satu event fotografi.
"Halo kenapa Do?" tanya Haikal di seberang.
"Hari ini gue nggak bisa ke studio, lo yang handle jadwal pemotretan hari ini ya," jawab Faldo. Sebenarnya ia berniat tetap pergi, namun karena tadi Kiara sudah mewanti-wantinya jadi ia tidak berani melanggar. Definisi suami takut istri.
"Oke aman bos."
"Thanks Kal," ucap Faldo dan memutuskan panggilannya. Setelah itu ia tertidur, ia merasa sangat lelah karena akhir-akhir ini sangat sibuk sehingga tidak bisa tidur cukup.
Kiara yang sudah keluar dari kamar Faldo segera kembali ke dapur untuk membereskan obat-obat Faldo. Namun, saat ia sampai di dapur semuanya sudah rapi.
"Bi, bibi dari mana aja?" tanya Kiara yang melihat bi Rumi sedang menyusun sayur-sayuran di kulkas.
"Dari pasar non, terus tadi ada orang promosi kompor lagi diskon jadi bibi lihat sebentar," jawab bi Rumi membuat Kiara reflek menepuk dahinya. Apa lagi bi Rumi menjawabnya dengan semangat yang menggebu-gebu.
"The real semua ibu ibu pasti kayak gitu," ucap Kiara dalam hati.
"Non Kiara nggak ke sekolah?" tanya bi Rumi.
"Oh iya bi, soalnya Faldo masih demam jadi nggak ada yang ngerawat nanti," jawab Kiara.
"Ya udah bibi lanjutin aja," lanjut Kiara yang telah menunda pekerjaan bi Rumi.
"Iya non."
To be continued...