Happy reading!
"Nah ini adegan krusialnya Ra," ucap Faldo saat ada adegan pernikahan Rapunzel.
"Ra? Kiara," ucap Faldo memanggil-manggil Kiara namun tidak ada jawaban. Faldo pun melirik ke sofa ternyata Kiara tertidur. Faldo melihat jam, dan ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 21.50, pantas saja.
Faldo beranjak dari tempat tidur dan membawa selimut untuk menyelimuti tubuh Kiara. Ia masih belum sembuh total sehingga tidak bisa menggendong Kiara kembali ke kamar. Faldo memperhatikan Kiara sejenak sembari tersenyum kecil. Tak menyangka wanita yang sudah ia sukai selama 4 tahun sekarang telah menjadi istrinya, ya walaupun ia yakin saat ini Kiara belum ada rasa apa pun padanya.
Namun ia yakin, suatu saat nanti pasti Kiara akan jatuh cinta kepadanya. Faldo pun kembali ke tempat tidurnya dan memejamkan matanya, memutuskan untuk tidur.
Pukul 03.10, Kiara terbangun dari tidurnya. Ia menyadari bahwa semalam ia tertidur di kamar Faldo.
"Gawat gue ketiduran," ucap Kiara sembari menguap kecil.
Kiara baru sadar ternyata ada selimut yang menyelimuti tubuhnya, ia yakin bahwa semalam Faldo yang menyelimutinya. Kiara pun duduk sejenak, mengumpulkan nyawanya. Ia beranjak mendekati Faldo untuk mengecek kembali suhu badan Faldo.
"Udah lumayan turun panasnya," ucap Kiara menghela napas lega. Setelah itu, ia pun kembali ke kamarnya dan melanjutkan tidurnya dengan nyenyak.
Keesokan harinya.
"Pagi bi," sapa Kiara kepada bi Rumi yang sedang menyiapkan sarapan di meja makan.
"Pagi juga non Kiara," balas bi Rumi.
Kiara pun duduk dan mulai memakan sarapannya dengan tenang.
"Oh iya bi, sarapan buat Faldo udah disiapin belum?" tanya Kiara, hampir saja ia lupa bahwa Faldo saat ini sedang demam.
"Anu itu non, tadi pagi pagi den Faldo udah pergi keluar," jawab bi Rumi dengan raut wajah yang terlihat takut-takut.
"Hah pergi kemana bi?" tanya Kiara sembari menahan emosinya yang hampir meledak.
"Katanya ada kerjaan begitu, terus kata den Faldo juga udah sembuh demamnya gitu," jawab bi Rumi membuat Kiara reflek menepuk dahinya sendiri. Ia yakin dengan pasti bahwa Faldo berbohong demi bisa pergi keluar.
"Awas lo liat aja ya Fal," lirih Kiara kesal dan melanjutkan sarapannya sambil menahan emosi.
Biasanya di hari weekend seperti ini, Kiara akan menghabiskan waktunya untuk belajar. Hari ini pun sama saja, ia belajar dari pagi sampai sore. Hal itu sudah biasa baginya, bahkan sebelumnya pun hari-harinya selalu dipenuhi oleh belajar belajar dan belajar terus menerus.
Tak terasa hari pun mulai petang, Kiara memutuskan untuk menyudahi kegiatan belajarnya.
"Bi buat makan malam ini aku aja yang masak ya," ucap Kiara yang melihat bi Rumi sudah siap mulai memasak di dapur. Kiara tiba-tiba memiliki sebuah ide licik.
Bi Rumi pun menurut dan mengerjakan hal lain, sementara dapur telah dikuasai oleh Kiara. Ia berencana memasak sup buntut, tentu saja ia tiba-tiba berinisiatif memasak karena ada alasannya.
Setelah matang, Kiara menyiapkan sup buntut satu mangkok untuk Faldo.
"Rasain nih, biar lo keasinan mampus," ucap Kiara tersenyum kecil sembari menambah banyak garam di mangkok yang sudah ia siapkan untuk Faldo.
Setelah menaruh semuanya di meja makan, Kiara mendengar suara motor Faldo dari halaman depan, itu artinya Faldo sudah pulang.
"Wah mampus nih gue kena marah Kiara apa enggak ya," ucap Faldo yang sedari tadi tidak tenang, bahkan dari tadi ia sudah berulang kali menarik napas dengan berat. Namun di luar perkiraannya, Kiara justru menyambutnya dengan penuh senyuman lebar dan mengajaknya makan malam bersama.
"Gue tambah takut kalau Kiara tiba-tiba jadi adem ayem gini," ucap Faldo dalam hati risau.
"Ah tapi siapa tau Kiara jadi baik gini karena udah jatuh cinta sama gue, kalau kayak gitu gue harus siap-siap," batin Faldo sehingga tak sadar ia sedari tadi melamun.
"Kok lo malah bengong, nggak makan?" tanya Kiara yang melihat Faldo hanya diam dan tak kunjung mulai makan.
"Iya ini makan," jawab Faldo tersenyum lebar dan mulai memakan sup buntut buatan Kiara.
Faldo langsung makan dengan suapan besar, dan ekspresinya langsung berubah.
"Buset asin bener," ucap Faldo dalam hati. Bagaimana pun ini adalah masakan istrinya tercinta mana mungkin ia bisa mengatakan secara langsung.
"Nggak enak kah?" tanya Kiara yang menyadari perubahan ekspresi pada wajah Faldo, diam-diam ia menahan senyumnya.
"Ehem enak kok, tapi kayaknya ini kebanyakan garam deh Ra," ucap Faldo dengan halus, agar tidak menyakiti perasaan Kiara pikirnya.
"Rasain, suruh siapa tadi pagi belum sembuh udah keluar aja? Awas aja ya kalau besok-besok lo sakit nggak bakal gue rawat lagi," ucap Kiara memarahi Faldo dengan tiba-tiba membuat Faldo sedikit terkejut.
Setelah mengatakan hal tersebut, Kiara langsung berjalan menuju kamarnya dan menutup pintu kamarnya cukup keras menandakan bahwa ia sedang marah dan sengaja agar Faldo menyadarinya.
"Bahaya, siaga satu Kiara udah marah besar," ucap Faldo merutuki dirinya sendiri.
Faldo pun langsung berjalan menuju kamar Kiara. Namun, saat ia akan mengetuk pintu kamar Kiara tiba-tiba ia terpikirkan sesuatu.
"Bentar, kalau gue mohon-mohon maaf ke Kiara sekarang pasti nanti dia tambah marah sama gue," ucap Faldo sembari berpikir keras di depan kamar Kiara.
"Oke berarti gue harus bikin strategi dulu," ucap Faldo dan berjalan menuju kamarnya sendiri.
"Halo kak," ucap Faldo kepada Esther, kakaknya. Ya, strategi yang ia maksud adalah meminta saran kepada kakaknya.
"Kenapa? Tumben lo nelfon gue, pasti ada maunya," ucap Esther di seberang.
"Lo suudzon mulu kalau sama gue, gue mau minta saran."
"Saran apa? Gue sibuk nih."
"Halah sibuk kencan buta kan, gue aduin mama lo," ucap Faldo.
"Enak aja ya lo ngadu ke mama nggak gue kasih saran," balas Esther mengancam Faldo.
"Jangan lah, jadi gini cara ngebujuk cewek yang lagi ngambek gimana?" tanya Faldo, sebenarnya ia sedikit gengsi bertanya hal seperti ini dengan kakaknya.
"Kenapa emang? Oh lo berantem ya sama Kiara," ucap Esther.
"Enggak berantem ya, enak aja orang rumah tangga gue tuh adem ayem," ucap Faldo mengelak.
"Terus siapa yang ngambek?" tanya Esther.
"Kiara."
"Nah tuh kan berarti berantem, gue kasih tau aja nih ya kalau istri udah ngambek tuh dunia udah berakhir, semangat ya Fal gue doain semoga lo panjang umur."
Tut tut tut
Setelah mengatakan hal itu, Esther langsung memutuskan panggilan secara sepihak.
"WOY APAAN GUE BELUM DIKASIH SARAN," teriak Faldo dengan penuh emosi.
"Bukannya dikasih saran malah dikasih semangat buat apa," ucap Faldo masih dengan emosinya yang membara.
"Sekarang gimana?" tanya Faldo pada dirinya sendiri, ia mengusap wajahnya bingung.
To be continued...