Chereads / Sepuluh kristal / Chapter 2 - Banyak hal yang aneh

Chapter 2 - Banyak hal yang aneh

melati, mawar, dan beberapa jenis bunga lain yang baunya menggoda masih bisa dikalahkan oleh aroma badan Giza yang beberapa hari ini belum mandi. bahkan hidungnya pun bisa mencium betapa menjijikkan aroma tubuh zombie yang selalu berada di kamar ini.

selama tak ada yang mengajak Giza pergi keluar, dia tak akan mandi. prinsip yang selalu dia pegang teguh ini akan menghancurkan penciuman manusia yang mendekati dirinya. namun karena hari ini perasaannya sedang dilanda rasa bahagia. akhirnya keinginan dia untuk mandi muncul.

handuk yang berbulan bulan tak pernah Giza pakai akhirnya berguna juga. langkah kakinya menuju ke arah kamar mandi tanpa berbelok belok dan kulit yang dilapisi daki dan debu akan menghilang untuk beberapa hari ke depan.

"sial, dingin sekali air disini ".

kalimat yang sama pernah dikeluarkan oleh zombie satu ini. sebelumnya cairan yang keluar dari Giza pernah menempel di pipinya yang memaksa dia untuk mandi. dia pernah merasa bersalah karena telah menjadi beban bagi ayahnya. tapi setelah mempelajari beberapa manusia di internet, ternyata dia bukan satu satunya melainkan salah satunya.

Giza keluar dari kamar mandi. kulitnya yang kotor seperti kembali ke pengaturan pabrik. Aroma badannya yang wangi dan gigi putihnya yang bersih terpantul dari kaca yang Dia pandangi sambil tersenyum indah. rambut yang lurus dan mengkilap seperti orang yang sangat berbeda dari beberapa hari yang lalu. namun semua itu hanya bertahan untuk beberapa hari saja.

tanpa pikir panjang Giza sudah menyiapkan agendanya hari ini. Dia ingin mempamerkan kesempurnaannya kepada Siska, gadis yang berada di dalam mimpinya tadi malam. namun langit tak mengijinkan hal itu terjadi. hujan deras beserta petir yang menggelegar menghancurkan keinginan pangeran itu keluar dari kerajaannya.

akhirnya dia melepas baju dan celananya lalu kembali bermain game di depan komputer hingga hari berganti dari siang menjadi sore. sesekali Dia berteriak kegirangan saking asiknya bermain game dan sesekali juga dia marah karena karakter didalam gamenya mati terbunuh.

tak lama dia merasakan getaran diperutnya. rasa lapar yang amat sangat Giza rasakan hingga keinginannya untuk bermain game menghilang.

"andai Siska berada di rumah ini sekarang. Aku tidak perlu pergi keluar untuk membeli makanan lagi". permintaan yang sangat mustahil terucap dari mulut manusia ini.

tanpa kata yang terucap, keadaan pun menyanggupi permintaan Giza. seketika pemadaman listrik terjadi hingga seluruh bagian rumahnya gelap gulita seperti berada didalam goa tanpa penerangan satupun, Giza yang sedang asik menikmati rasa sakit perutnya pun berubah menjadi rasa takut yang luar biasa.

"bukankah ini pertanda bagus?".

pertanda bahwa akan ada sesuatu yang buruk akan terjadi. suara yang hening menusuk telinga Giza dengan cepat. suasana rumah menjadi mencekam seketika ditambah langit gelap yang menghujani rumah pemuda itu membuat perasaannya jadi cemas dan tak karuan.

Giza bergegas keluar dari kamarnya dan segera mencari lampu senter yang biasanya berada di laci meja ruang tamunya. dengan gelisah tangannya meraba raba isi laci namun tak menemukan senter itu.

suara ketukan tiga kali terdengar keras dari pintu rumah yang terkunci rapat itu. ketakutan menyelimuti dirinya membuat seluruh bulunya berdiri tegang. Dia tak berani membuka pintu itu namun rasa penasarannya menolak untuk sejalan dengan kemauannya. Giza memberanikan diri untuk mendekati pintu yang dibaliknya ada seseorang yang menunggu dirinya.

"sial aku lupa menggunakan pakaianku".

baju zirah yang dia tinggalkan di kamarnya membuat kepercayaan dirinya untuk membukakan pintu itu menghilang.

" sebentar!".

giza berteriak kepada seseorang yang berada dibalik pintu itu dan berlari menuju kamarnya untuk memakai baju. namun belum jauh dia dari pintu itu dengan cepat terbuka hingga membuat angin yang dingin dari luar masuk kerumahnya. seluruh bulunya yang hanya berdiri tadi bergoyang tertiup angin.

" aku sudah tidak sabar menunggu terlalu lama".

suara wanita yang masih melekat di otak terdengar sangat jelas ditelinga Giza membuat dia berpaling dengan cepat melihat sumber suara itu. namun bukan kebahagian yang Giza rasakan ketika mendengar suara gadis yang dia mimpikan tadi malam tapi rasa takut yang bercampur rasa malu. penampilan Siska yang sangat berbeda dan benda tajam yang dia bawa di tangan kanannya membuat seluruh tubuh pemuda itu membeku.

geraman dan hembusan nafas besar keluar dari makhluk itu, matanya menyala merah dengan rambut yang sangat berantakan terkena hujan.

"Si- siska? ".

dengan terbata-bata menyebut namanya, Giza mencoba menjauh dan masuk ke kamar. namun kilatan cahaya dari petir seperti memperlambat waktu. seketika Siska berteriak dan berlari menuju Giza, sebuah pisau ditangan Siska yang sangat tajam terlihat jelas sedang diarahkan ke arah badan Giza.

Giza terjatuh ke lantai menahan seluruh badan dan tangan Siska yang memegang pisau mengarah ke wajahnya. terlihat jelas dimata pemuda itu penampakan wajah seorang wanita cantik bermata merah menyeramkan sedang berusaha ingin membunuh dirinya.

Suara geraman seperti kerasukan sesuatu membuat jantung Giza berdetak sangat kencang. namun nafsu pemuda yang tak sengaja keluar di waktu yang tidak tepat itu membuat sesuatu berdiri tegak tak terkendali dibalik kain tipis yang menempel di badannya.

suara lain terdengar di telinga Giza yang membuat suara hujan dan petir membisu di telinganya. langkah kaki seseorang menggunakan alas kaki dari kayu terdengar semakin dekat menuju ke arahnya. terlihat lelaki dengan badan yang sangat tinggi dan kekar membawa katana panjang sedang terdiam dibalik beratnya badan Siska yang menimpa tubuhnya.

Suara daging terbelah terdengar di atas celana dalamnya. mulut siska mengeluarkan cairan hitam hingga melumuri wajah Giza. badan Siska terangkat oleh pedang katana yang menusuk tubuhnya dan secara ajaib seluruh rumahnya menjadi terang kembali, hujan yang deras terhenti membuat pemandangan yang dilihat Giza semakin membuatnya mual.

Tubuh Siska yang menggeliat kesakitan mencoba melawan tapi tindakannya seketika terhenti dan tubuhnya mulai mengeluarkan api biru yang membakar dirinya sendiri hingga menyala nyala dan hangus tak tersisa seperti tisu yang terbakar.

"kamu adalah target mereka berikutnya".

suara yang sangat berat keluar dari orang yang telah menyelamatkan dirinya dari gadis cantik yang mencoba membunuhnya itu. Perasaan Giza semakin campur aduk.

" apa? si siapa dirimu? ".

" panggil aku paman. aku adalah petualang yang kebetulan lewat ".

"pa... paman?! ".

" aku akan memberikanmu kesempatan untuk menjadi lebih kuat".

katana yang berlumur cairan hitam itu Paman masukan kedalam sarung katana yang menggantung di pinggang nya lalu berbalik dan menurunkan seseorang yang dia gendong di punggungnya ke lantai. ternyata itu adalah ayah Giza yang tertidur.

"hidupmu akan berubah sebentar lagi. kau akan memiliki seseorang yang akan setia menjagamu".

Giza sedikit bingung dengan apa yang Paman itu katakan. tapi karena perasaannya yang sangat kacau membuat pendengarannya tak fokus.

bagai seorang pahlawan tanpa tanda jasa Paman pun berjalan pergi menjauh meninggalkan kenangan aneh di otak Giza. ingatannya tetang orang itu seperti sebuah mimpi yang tak bisa dimasukkan akal.

Giza menutup rapat pintu rumahnya dan menyeret ayahnya masuk kedalam. terlihat tangan ayahnya menggenggam kantong berisi makanan yang basah terkena hujan. tanpa ragu pemuda itu melahap semuanya. hari ini dia hanya makan satu kali.

"ayah, bagun lah. atau kau akan kedinginan".

Giza menghembuskan nafas yang lega. tubuhnya masih gemetar mengingat kejadian barusan itu. perlahan tubuhnya lemas tak berdaya, pertarungannya dengan wanita yang baru dia kenal itu ternyata tak senikmat film yang sering dia lihat di internet. dengan cepat pandangannya menjadi kabur, pemuda itu tergeletak di lantai hingga tak sadarkan diri.

Suara ketukan tiga kali terdengar lagi tapi kali ini cahaya matahari yang hangat terpancar dari jendela kaca yang ada di dalam kamar Giza.

Suara pintu kamarnya terbuka dengan cepat. terlihat seorang wanita cantik berambut panjang mendekati tubuh Giza yang sedang tertidur pulas di atas ranjangnya.

"kak! seharusnya kamu bangun sekarang, aku sudah menyiapkan makanan".

suara gadis yang pernah Dia dengar berulang ulang kali terdengar lagi dan kini memanggil dirinya kakak. matanya terbuka lebar dengan cepat dan melihat kearah sumber suara itu. betapa terkejutnya pemuda berumur 23 tahun itu melihat sosok gadis yang tadi malam ingin membunuhnya kini memakai celemek dan pisau yang sangat tajam.

"Siska! ".