Di hari yang masih pagi ini Giza disuruh untuk membeli bahan makanan di pasar tradisional yang tidak jauh dari rumahnya. Dia baru menyadari bahwa di kota ini ada sebuah pasar, Giza tidak bisa menolak apa yang Siska suruh karena Siska berjanji jika dia mau membantunya untuk bertemu dengan paman setelah Giza mau menuruti apapun yang adiknya mau.
suasana yang ramai dan bising memang membuat dia ingin muntah, ditambah bau amis yang keluar di daerah penjualan hasil laut yang masuk hingga ke hidung membuatnya tidak betah lama lama berada di pasar.
Giza memberanikan diri untuk membeli dan bertanya ke pedagang, ucapan canggung selalu keluar dari mulutnya membuat dia sulit untuk menawar harga namun berkat keinginannya untuk bertemu Paman membuat dia akhirnya menyelesaikan semua yang ada di daftar belanjanya.
Giza berjalan pulang dengan badan yang lemas, kakinya seperti tidak memiliki energi lagi untuk berjalan. Ditambah kantong yang dia bawa di kedua tangannya penuh dengan bahan belanjaan.
"akhirnya aku pulang dari pertempuran! ". Giza menaruh semua barang belanjaannya ke lantai dan segera mencari Siska namun tidak ada keberadaannya di seluruh bagian rumah. Akhirnya dia hanya duduk di sofa dan menunggu.
"Mungkin dia sedang keluar". Anggapannya benar. Beberapa menit setelah dia duduk di sofa. Suara pintu rumah terbuka. Siska berteriak melihat barang belanjaannya berada di lantai. Giza terkejut dengan suara adiknya yang menggelegar hingga membuat seluruh tubuhnya reflek menuju ke siska.
"kok di taruh sini? ". Siska menunjuk barang belanjaan yang kakaknya taruh sembarangan di lantai.
"capek".
"masukin dulu ke kulkas ih".
"iya iya, kamu dari mana? Aku sudah tidak sabar bertemu dengan paman".
Sambil membantu kakaknya menaruh barang belanjaan di kulkas Siska menjelaskan kalau dia mengantarkan ayahnya ke bandara karena ayahnya akan pindah kerja ke luar negri untuk beberapa tahun ini. Giza tidak terkejut jika ayahnya pindah kerja di luar negri karena sebelumnya dia sudah pernah ditinggal sendiri selama 4 tahun oleh ayahnya untuk kerja di luar kota.
Siska dititipi untuk menjaga kakaknya yang jarang keluar rumah oleh ayahnya. Dengan kartu kredit yang dititipkan oleh ayah kepada siska berharap bisa mencukupi kebutuhan setiap hari kedua anaknya.
Giza sedikit bingung dengan apa yang ada di pikiran ayahnya hingga dia merasa kalau Adiknya lah yang bisa mengurus dan bertanggung jawab. Bahkan ayahnya sendiri tidak percaya dengan dirinya.
"Baiklah semuanya sudah selesai, saat nya bertemu paman". Giza tersenyum kepada Siska.
"Kenapa kamu sangat ingin bertemu dengan paman? ".
"ada hal yang ingin aku tanyakan kepada paman soal organisasi yang beberapa minggu lalu menculik ku" .
"ke toilet umum? ". Siska bercanda dan masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan kakaknya.
Siska memegang kedua tangan kakaknya sambil menjelaskan bahwa alam yang saat ini Paman singgahi masih asing. Siska tidak memiliki kenalan untuk menjaga tubuh kakaknya. Giza menyanggupinya dengan enteng tanpa memikirkan resikonya.
Kedua mata mereka tertutup dengan rapat, hempasan angin terasa di badan mereka berdua. Sedikit demi sedikit tanah dan kerikil menerjang.. Giza memikirkan bahwa alam ini sangat berbeda dengan alam ke 7.
Sunyi dan gelap. Kulit giza merasakan dingin dari tanah yang menyelimuti seluruh tubuhnya. Dia tidak bisa bergerak seperti terkubur oleh tahan. Ketika dia membuka mata betapa terkejutnya dia bahwa dia memang terkubur di bawah tanah. Dia tidak bisa membuka mulutnya karena jika dia membukanya mulutnya akan langsung terisi dengan tanah.
Sedikit cahaya terlihat dari tangan kananya, degan cepat sesuatu menariknya hingga terlihat langit berwarna merah. Beberapa tanah berjatuhan dari tubuh giza. Ternyata yang menarik dia adalah adiknya.
"Gila, baru kali ini aku tau rasanya dikubur hidup hidup."
"selamat datang di alam ke 4". Siska tertawa melihat reaksi kakaknya yang sangat polos.
"kita harus cepat mencari goa, alam ini tidak aman". Siska menarik tangan kakaknya dan bergegas berlari mencari tempat berlindung.
Siska tidak bisa menjelaskannya kepada kakaknya sekarang karena sebentar lagi sesuatu akan datang hal yang berbahaya.
Setelah menemukan lubang goa yang cukup besar mereka berdua terduduk di atas bebatuan goa.
"Memang akan ada apa. Giza kebingungan dan hanya bisa mengikuti apa yang disuruh adiknya barusan.
"Hujan api".
"a- apa? ". Giza terkejut dan membuka mulutnya dengan lebar seperti tidak percaya dengan apa yang Siska baru saja katakan.
"Alam ini sangat berbahaya, kehidupan berada di bawah tanah, karena di atas bencana alamnya bisa membunuh semua kehidupan".
Setelah beberapa menit mereka berteduh didalam goa ,cahaya merah yang sangat terang menyilaukan mata Giza, suara semburan api dari langit terdengar hingga menyakiti pendengarannya. Dan memang benar hujan api menyelimuti daerah itu dengan cepat.
"Sebaiknya kita menjauh dari lubang goa dan Masuk lebih dalam" . Ajakan Siska disetujui oleh kakaknya. Perlahan mereka masuk lebih dalam.
Suhu di dalam goa sangat berbeda dengan yang ada di luar. Dingin dan lembab, beberapa tumbuhan dan lumut hidup di dinding goa. Suara yang di keluarkan mereka berdua terpantul dan menggema karena diameter yang sangat luas.
Semakin kedalam cahaya yang menerangi mereka mulai sedikit, untungnya siska memiliki kekuatan untuk membuat cahaya dari tangannya dan itu baru diketahui oleh kakaknya.
"Ternyata kamu bisa melakukan hal seperti itu". Giza mencoba mencairkan suasana dan bercanda dengan Siska.
"haha. Kakak meremehkan ku... aku ras malaikat, cahaya seperti ini adalah hal yang mudah" siska tersenyum bangga kepada kakaknya.
Sementara mereka sedang berbincang dan bercanda. Giza tersandung benda yang aneh. Dia terjungkal dan reflek melihat apa yang membuatnya tersandung. Betapa terkejutnya mereka berdua karena Ternyata itu adalah sebuah tulang manusia yang tergeletak dimana mana.
"T- tulang! ". Giza dan siska berteriak sangat kencang kerena terkejut. Tiba-tiba hembusan angin sangat kuat dari dalam goa menghempas tubuh mereka berdua hingga terpental sangat jauh. Suara melengking dan kuat terdengar. Badan mereka bergetar dan pikiran mereka melayang. Sesuatu yang sangat besar seperti memanggil mereka untuk masuk lebih dalam.
Semakin dalam dan semakin sempit lubang goa itu ditambah semua tulang belulang Makhluk hidup yang bertebaran membuat perasaan mereka semakin cemas. Tidak ada jalan kembali karena di luar goa lebih berbahaya. Sampailah mereka di tempat yang sangat luas, langit langitnya sangat tinggi dan lebar tempat itu cukup untuk dihuni satu kota besar namun tidak ada tanda kehidupan hanya sebuah batu seukuran gunung berada di tengah tengah tempat itu. Giza dan Siska terpukau dengan besarnya bentuk batu itu yang sangat aneh. Jurang yang sangat dalam dialiri lava yang sangat terang didepan mereka memisahkan jalan ke arah batu besar seukuran gunung itu dengan mereka.
"Ternyata goa ini sangat besar". Giza melihat langit langit goa yang sangat tinggi.
"Kurasa goa ini jalan masuk menuju salah satu peradaban di alam ini. Lihat! betapa jauh ujung dinding goa di sebelah sana aku hampir tidak bisa melihatnya jika tidak karena lava yang sangat panas dibawah jurang ini " siska menyuruh kakaknya untuk diam ditempat itu. sementara Siska mencoba terbang ke sebrang ujung goa.
"Siska! " giza berteriak dengan kencang memanggil adiknya, suaranya menggema hingga terdengar oleh siska. Dia terkejut dengan adiknya yang tiba tiba terbang seperti burung.
Siska hanya tertawa, kakaknya terlalu polos untuk tau bahwa adiknya ternyata juga bisa terbang. Setelah 10 menit menunggu giza tidak bisa melihat dimana adiknya berada saking luasnya goa yang mereka masuki.
"Kak! Aku disini" suara Siska terdengar dari balik batu yang sebesar gunung itu.
" Cepat kembali" dengan sangat kencang suara giza terdengar oleh siska yang berada di sisi goa yang bersebrangan dengan kakaknya.
Goncangan yang sangat kuat tiba tiba terjadi, tubuh Giza tidak bisa menahan goncangan itu dan hampir terjatuh ke jurang penuh dengan lava yang sangat terang. Giza berteriak sangat kencang meminta tolong adiknya. Bebatuan yang besar berjatuhan dari langit langit goa yang sangat tinggi itu.
Cahaya terang terpancar dari batu sebesar gunung itu bergerak dengan cepat membentuk retakan mengelilingi batu.
"ap- apa yang terjadi!!!! " giza berteriak karena kejadian yang sangat luar biasa itu.
Getaran yang semakin kencang membuat Giza tidak bisa mengendalikan badannya Dia terjatuh ke jurang yang sangat dalam itu. Jantungnya berdetak sangat kencang, dia berteriak sangat kencang namun suara gemuruh yang keluar dari batu raksasa itu mengalahkan suaranya.
Gemerlap cahaya dari langit terlihat, perasaan hatinya yang kacau membuat dia tidak bisa berpikir selain kematian. Dengan cepat tangan Siska menggapai tangan kakaknya yang terjatuh ke jurang. Air mata membasahi pipi Giza ternyata itu berasal dari Siska yang berteriak memanggil namanya dengan keras.
Kesadarannya terbangun dengan cepat. Dia ingat bahwa dia memiliki seorang adik yang tidak bisa hidup tanpanya. Dengan sekuat tenaga jemarinya menggapai tangan Siska.
Siska dengan sekuat tenaga menarik kakaknya ke udara, memeluknya dengan sangat erat mencoba menghindari beberapa bebatuan yang berjatuhan. Dipikirannya hanya ada kakaknya namun Sebuah batu cukup besar mengenai kepala Siska membuat mereka terjatuh ke lubang kecil di sisi dinding goa. Mereka berdua tergeletak tak sadarkan diri cukup lama.
"Perjalanan mu masih panjang".
Suara laki-laki terdengar dari kejauhan. Angin yang menghempas pelan rambutnya. Suara bunga bunga yang bergesekan dengan angin membuat giza terkejut. Dia terbangun dan menyadari bahwa sia berada di taman bunga yang sangat luas.
"A- apa yang terjadi! , dimana adikku? ". Giza berdiri dan melihat ke segala arah dengan cepat dan kebingungan.
Suara laki laki itu terdengar lagi. Suara itu menyebut namanya dan berkata bahwa kelak hari dimana Giza akan menciptakan sejarah yang sama atau membuat sejarah yang baru.
Sesuatu mendorongnya dari belakang hingga terjatuh ke depan dan Membangunkannya dari tidur, Giza terdiam kebingungan, disampingnya terlihat Siska tergeletak, dengan cepat dia memegang tubuh adiknya mencoba
membangunkannya.Dia memeluk dengan erat tak ingin adiknya meninggalkannya, darah mengalir melewati kedua tangannya, semakin sesak yang Giza rasakan jika itu keluar dari tubuh adiknya. Air matanya tak bisa dia hentikan, Sekuat tenaga dia memanggil namanya namun tak sedikitpun gerakan.
"siska!".
Goncangan yang sangat kuat terhenti begitu saja terlihat makhluk raksasa melebarkan sayapnya hingga tubuh Giza terpaku melihatnya. Rantai dileher makhluk itu menyala berwarna biru terang. Tubuh makhluk itu dikelilingi dengan tulisan yang aneh seperti sebuah segel agar tidak bisa keluar dari tempat ini.
Giza berdiri mengangkat tubuh adiknya dengan kedua tangan dan tenaga yang masih dia miliki, perlahan dia keluar dari lubang itu dan mencari jalan untuk keluar dari goa. Kakinya terasa sangat sakit dan sulit untuk digerakkan, cairan merah mengalir dari kepalanya membuat kesadarannya semakin melemah namun semangatnya agar adiknya bisa selamat sangat besar. Dia memberanikan diri berjalan dengan pincang sambil membawa Siska di kedua tangannya. Dia berteriak dengan sangat kencang agar rasa sakit dari kakinya tidak dia rasakan.
Makhluk raksasa membuka matanya. Menyala dan menerangi setiap sisi dari goa . Sayapnya semakin melebar dan suara melengking menggoncang seisi goa. Giza melihat kearah makhluk itu nafasnya berhembus sangat cepat melihat betapa besarnya ukuran makhluk itu dibanding dirinya. Dia terdiam membatu. Ini seperti akhir dari semuanya.
Suara di kepalanya berdengung, suara laki laki yang berada didalam mimpinya tadi terdengar.
"Yang terjadi memang seharusnya terjadi, betapa lemahnya hatimu. Ras manusia, keluarkan aku dari rantai yang menyiksaku ini maka aku akan meminjamkan separuh dari kekuatanku". Suara yang ada di kepalanya seolah dari makhluk itu.
Memang benar, hanya itu satu satunya cara keluar dari tempat ini.
"baiklah! Itukah yang kau mau?! Aku hanya ingin adikku kembali tertawa dan berbicara lagi denganku". Giza berteriak dengan makhluk itu tenaganya sudah terkuras habis dia menurunkan adiknya. Badannya tergeletak di atas tanah, hembusan nafas yang keluar dari mulutnya perlahan melambat matanya mulai berat diselimuti cairan merah yang semakin banyak keluar dari kepalanya.
Mata dari makhluk besar itu tertutup dan rantai yang menyala itu meredup perlahan. Sebuah cahaya seperti tali menyala dari makhluk itu, semakin banyak jumlahnya dan bergerak tak beraturan. Dengan cepat menjadi satu arah menuju tubuh Giza, menusuk dengan cepat menuju dada nya.