040 Pertempuran
Gavriel memberi peringatan keras pada Anindira. Menunjukkan kalau dia lebih takut pada dirinya sendiri yang bisa saja menyakiti Anindira ketimbang pada empat Hyena yang mengepung dirinya.
Anindira hanya bisa mengangguk pasrah dengan semua instruksi dan peringatan Gavriel. Tapi, Anindira tetap tidak bisa fokus dengan segala ucapan Gavriel, karena Anindira tetap saja terganggu dengan kehadiran keempat Hyena yang terus memprovokasi dan mengintimidasi.
Mereka dengan jelas sengaja membiarkan Gavriel dan Anindira bicara. Mereka percaya dengan jumlah dan kekuatan yang mengungguli Gavriel. Menunjukkan jika mereka meremehkan Gavriel.
''Gavriel!'' panggil Anindira sambil memegang tangan Gavriel dengan wajah cemas, ''Ada Emerald di antara mereka... bahkan yang tiga berada di peringkat yang sama denganmu,'' Anindira menjelaskan kekhawatirannya, ''Mereka telah membunuh para penjaga, kau bisa celaka melawan mereka sendirian!''
Gavriel bukan hanya kalah jumlah tapi juga dari segi kekuatan. Tentu saja dia juga sangat mengetahui hal itu.
''Bodoh!'' Gavriel tersenyum kecut melihat Anindira yang keadaannya memprihatinkan tapi masih menyempatkan diri mencemaskannya, ''Pikirkan dirimu sendiri!'' Gavriel menunjuk darah mengucur dari bahu kiri Anindira. Terdapat memar dan luka lecet di wajah dan tubuhnya karena berkali-kali terjatuh dan terantuk ranting pohon, ''Aku tahu tentang diriku, jangan pikirkan nhal itu!'' seru Gavriel dengan wajah memelas, ''Percayalah, aku tidak akan kalah!''
Gavriel mengulas senyum di wajah tampannya dengan mata berbinar ceria. Dengan lembut dan ramah dia menenangkan Anindira menunjukkan rasa percaya dirinya.
''Sekarang, pergilah!... LARI!! JANGAN MENENGOK KE BELAKANG!'' Gavriel memperingatkan kembali Anindira dengan wajah seriusnya kemudian mendorongnya pergi menjauh, ''Ingat, aku juga berbahaya untukmu!''
Anindira tidak mengerti kenapa dia juga harus lari dari Gavriel, tapi dia enggan memikirkan hal yang menurutnya tidak penting saat ini. Baginya itu hanya kekhawatiran Gavriel yang berlebihan.
Saat ini Anindira justru khawatir bisakah Gavriel melawan empat Hyena sekaligus.
Seketika perkelahian pun pecah.
Mereka masuk dalam mode tempur Manusia Buas.
Ini adalah kali pertama Anindira melihat mode Manusia Buas.
Tubuh Gavriel sedikit membesar dari wujud manusianya. Otot di tubuhnya terlihat mengeras. Cakar tajam mencuat keluar dari jari tangan dan kakinya. Telinganya berubah menjadi telinga singa. Bulu surai halus berwarna abu-abu keperakan, menjulur di sepanjang cambang dan punggungnya. Bulu surai Gavriel tampak indah berkilauan diterpa cahaya matahari.
Anindira dibuat takjub dengan kegagahan sekaligus cantik menawan yang di tampakkan dari mode tempur Gavriel sebagai Manusia Buas.
Gavriel tanpa ragu langsung melepaskan serangannya. Dia mantap mengincar leher Hyena yang paling rentan, tapi langsung di tepis olehnya. Mangsa yang diincar Gavriel bisa segera menghindarinya dan dia juga segera mendapat bekingan dari ketiga temannya.
Seketika itu juga Gavriel langsung di serang balik oleh Hyena terkecil di antara keempat Hyena itu.
Secara klasifikasi, Gavriel hanya muda dengan level *Berlian. Tiga Hyena yang jadi lawannya level peringkat sama dengannya. Tapi mereka semua sudah jauh lebih stabil dari Gavriel. Karena secara usia Gavriel juga kalah pengalaman.
Sejak awal Gavriel telah mewaspadai klasifikasi yang jelas merugikannya. Dia paham betul kalau dia kalah dari berbagai aspek dari lawannya. Seperti halnya Gavriel. Keempat Hyena jahat juga sudah pasti mengetahui apa yang di ketahui oleh Gavriel. Tapi hal itu justru mmebuat mereka lengah karena meremehkan lawan.
Kegigihan Gavriel untuk menciptakan peluang agar Anindira punya waktu cukup untuk bisa segera melarikan diri membuatnya bertindak penuh kehati-hatian dengan berbagai prediksi di otaknya.
Didukung dengan akselerasi yang baru saja aktif membuat kekuatannya masih di puncak. Tak kalah tangkas Gavriel bisa segera menghindari serangan dan langsung menyerang balik.
Hanya dalam satu kali lompatan. Ketepatan perkiraan membuat Gavriel mendapatkan leher musuh.
Menit pertama pertempuran dimanfaatkan dengan baik oleh Gavriel yang berhasil menjatuhkan satu dari empat musuhnya.
Satu Hyena tumbang dengan leher robek hanya dalam beberapa menit sebagai pembuka awal pertempuran.
Dua Hyena *Berlian langsung maju tanpa pikir panjang saat melihat salah satu temannya tewas hanya dalam satu serangan. Kesombongan dan keangkuhan mereka menyebabkan emosi membabi buta yang pada akhirnya mengganggu pergerakan mereka.
''Bodoh, mereka terpancing emosi!'' pekik Gavriel dalam hatinya sambil memperlihatkan seringai untuk memprovokasi mereka, ''Aku beruntung... mereka terbawa emosi dan tetap mengandalkan jumlah, bukan nalar.''
Hyena bergerak serampangan berfokus pada kekuatan. Gavriel yang menjaga ketenangannya membiarkan naluri dan minda bekerja sama terus memperhatikan pola serangan lawan. Menggunakan tenaga secara efisien dia berhasil menghindari serangan dua Hyena yang terintimidasi oleh singa muda minim pengalaman.
DUAG
Melihat dua temannya kewalahan menghadapi Gavriel. Hyena Emerald maju menghantam Gavriel, membuatnya jatuh tersungkur.
Dua Hyena berlian tidak melepaskan kesempatan yang dibuat oleh seniornya. Mereka segera menggigit bahu dan perut Gavriel. Seketika itu juga merobek dagingnya mengakibatkan darah pekat mengucur.
Meski begitu, dengan insting dan ketangkasannya Gavriel berhasil mengelak dengan sangat baik menghindari serangan yang bisa berakibat fatal. Bahkan Gavriel tetap mampu melakukan serangan balik meski sudah terpojok.
Dengan kesigapannya Gavriel mendapatkan leher Hyena yang menggigit perutnya kemudian mematahkannya saat itu juga.
Satu lagi Hyena *Berlian tewas di tangan Gavriel.
''ARRGGHHH!!!'' Anindira berteriak histeris melihat Gavriel tersungkur bersimbah darah, ''Gavriel!''
Anindira semakin panik melihat darah segar langsung menyembur keluar dari tubuh Gavriel.
Terkejut bukan kepalang Gavriel mendapati ternyata Anindira bukan melarikan diri tapi malah masih di situ.
''Kenapa kau masih di sini!'' pekik Gavriel dengan mata melotot, ''UHUK...'' Gavriel batuk darah saat menunjukkan kekeksalannya pada Anindira.
''Bagaimana aku akan pergi melarikan diri sendirian saat kau berjuang melawan mereka sendirian...'' Anindira terperangah oleh kekesalan Gavriel dengan wajah kecewa.
''Gadis bodoh!'' seru Gavriel kesal sambil menyesali dirinya sendiri melihat kepolosan gadis penuh luka di hadapannya, ''Kau tidak seharusnya ada sini sekarang...''
''AKHHH!!!'' Anindira memekik keras sambil meronta saat salah satu Hyena menarik tangannya, ''Lepaskan aku!''
DUG
Gavriel langsung menendang Hyena yang menarik tangan Anindira hingga terpental meski dia dalam keadaan terengah-engah karena luka yang dia derita.
ZAP
Gavriel langsung melompat sambil membopong Anindira saat menyadari Hyena *Emerald memanfaatkan kesempatan untuk menyerang. Keadaan Gavriel yang buruk mengakibatkan pelarian yang tidak stabil. Meski berhasil menghindari serangan musuh tapi mereka berdua jatuh tersungkur.
Hyena *Emerald tidak mempedulikan Anindira. Jika Gavriel tidak menggunakan tubuhnya sebagai tameng maka satu lagi luka menanganga akan bertambah di tubuh Anindira.
''Gavriel...'' panggil Anindira sambil berlingan air mata, ''Bagaimana ini...'' suara Anindira bergetar dengan tangan menahan darah yang merembes keluar dari luka di tubuh Gavriel.
Rasa nyeri karena luka yang membuat kulit di beberapa bagian tubuhnya yang terkelupas ketika tersungkur barusan dihiraukan oleh Anindira yang panik melihat betapa banyak darah yang keluar dari tubuh Gavriel.