041 Hasil Perjuangan
Ini kali pertama Anindira melihat pertempuran antara Manusia Buas. Bagi Anindira yang terbiasa hidup dalam kedamaian, kebrutalan ini membuat air matanya mengalir tak terbendung.
Singa perak muda yang menolongnya sekarang dalam kondisi mengenaskan bermandikan darah hampir di sekujur tubuhnya.
Gavriel terluka dan terpojok tapi dia tetap tidak menyerah. Dia sangat gigih dengan penuh perhitungan dia berusaha mengumpulkan kekuatan dan tetap waspada untuk melawan dua Hyena yang tersisa.
''Menyingkir Anindira!'' pekik Gavriel mendorong tubuh Anindira menjauh guna menghindari serangan lanjutan.
BRUG
Anindira dan Gavriel sama tersungkur dalam keadaan terpisah. Gavriel mati-matian berusaha agar Anindira menjauh dari medan laga berdarah yang mulai menghabisakan tenaganya.
Hyena berlian yang tersisa mulai ciut nyalinya karena tak disangka Singa kecil yang diremehkan mampu menewaskan dua temannya.
Di serangan berikutnya Gavriel telah memperhitungkannya dengan matang. Dalam satu gebrakan, Gavriel menghindari dua serangan sekaligus dari kedua Hyena.
Gavriel sempat memberikan perlawanan. Dia melempar Hyena berlian yang tersisa sampai tersungkur. Tanpa jeda dia segera menyerang Hyena Emerald menyerang tanpa ampun. Gavriel beradu badan dengannya. Dan seketika itu juga, terdengar suara retakan tulang. Kemudian Gavriel terlihat memuntahkan darah saat dia jatuh tersungkur.
Melihat hal itu Anindira spontan berlari menghampiri kemudian segera memeluk tubuh Gavriel. Dia tidak memedulikan apa yang akan terjadi pada dirinya. Anindira berniat menghalangi serangan yang akan dilancarkan Hyena Emerald. Tubuhnya bergerak spontan menjadi perisai pelindung bagi Gavriel.
Gavriel tidak tinggal diam. Dia mengerahkan seluruh tenaganya untuk segera berbalik dan melindungi Anindira.
Seandainya Gavriel kurang gesit beberapa detik saja. Bisa dipastikan Anindira akan terbunuh seketika itu juga.
Sayangnya tubuh Gavriel yang telah terluka sangat parah tidak bisa melindungi Anindira dengan sangat baik karenanya Anindira masih bisa merasakan dampak dari serangan Hyena yang tidak peduli pada wanita yang lebih lemah.
''UGH...'' Anindira mengerang kesakitan di atas tubuh Gavriel. Anindira tidak mampu untuk segera bangun setelah apa ayang terjadi padanya.
''Brengsek!'' pekik Gavriel dalam hatinya. Dia merasa sangat kesal karena tidak bisa melindungi Anindira dengan baik. ''Maafkan aku karena hanya bisa melindungimu seperti ini...'' gumam Gavriel di dalam hatinya mengungkapkan penyesalannya sambil terus mendekap Anindira.
''Agh... Gavriel, tidak! Pergilah!... Lari!... Gavriel, lari!...''
Anindira yang masih terisak, menangis menahan perih luka di tubuhnya juga melihat pemandangan miris Gavriel yang kepayahan dengan tubuh penuh luka.
Tubuh Anindira sekarang jadi basah dan lengket dengan darah Gavriel yang juga bercampur dengan darahnya sendiri. Dengan cepat darah Gavriel merembes membasahi baju dan tubuhnya saat memeluknya.
''Kumohon hentikan...!'' pinta Anindira memohon ketika melihat Hyena *Emerald menghampiri dengan wajah kesal, ''Dia terluka...'' ratap Anindira merayu Hyena Emerald yang juga terluka oleh serangan Gavriel.
''H-h-hen-ti-kan...'' ujar Gavriel terbata-bata, ''Anindira, berhenti... jangan memohon untukku!'' suara Gavriel bergetar nyaris tak terdengar.
Gavriel yang masih dalam kesadaran penuh mengutuk dirinya sendiri melihat Anindira memelas memohon belas kasih dari Hyena untuk dirinya.
Gavriel mengingat bagaimana Anindira dengan sangat berani mencoba memblokir serangan dari Hyena. Dan, sekarang, dia juga tetap memeluknya, berusaha melindunginya dengan segenap kemampuan yang dimilikinya.
Wanita yang secara fisik lebih lemah dari pria. Tentu saja apa yang dilakukan Anindira membuat Gavriel terenyuh. Bahagia sekaligus kecewa pada dirinya sendiri meninbulkan penyesalan yang dalam hingga membuat Gavriel menitikkan air mata.
''Gavriel, lakukan penyesalan nanti. Bangun sekarang, dan lindungi dia meski untuk itu kau harus mati!'' seru Gavriel di dalam hatinya.
Gavriel tidak mau berlama-lama menyesali diri. Saat ini dia harus fokus pada musuh di hadapannya. Demi Anindira, dia harus bangkit melewati batas kemampuan dirinya sendiri. Dia harus bisa melampaui dirinya sendiri untuk bisa menyelamatkan Anindira.
Adrenalin Gavriel sudah terpacu sejak awal pecah pertempuran. Kini semakin meningkat. Menguatkan semangat juang Gavriel demi untuk Anindira.
Saat itu juga…
Aliran kekuatan supranatural mengalir deras di dalam tubuh Gavriel.
Perasaan aneh tiba-tiba mendatanginya terasa seperti menghunjam jantungnya. Dia seolah merasakan sesuatu yang sangat kuat mengalir deras mengikuti alur peredaran darahnya. Hawa panas menggelegak di dalam jiwanya. Perasaan yang sama dia rasakan saat dia memasuki peringkat berlian dari peringkat sebelumnya, peringkat emas.
Gavriel mengalami lonjakan tenaga. Tubuhnya yang tadinya nyaris tak mampu bergerak, tiba-tiba penuh tenaga. Bahkan berkali-kali lipat dari tenaganya saat awal pertempuran tadi.
Mengacuhkan luka berat di tubuhnya, dengan segera Gavriel menyingkirkan Anindira ke belakang, mendorongnya ke balik pohon.
Gavriel kembali menyerang Hyena bermata Emerald. Mereka saling beradu tubuh lalu menggigit bergantian dengan sangat ganas. Saling merobek daging dengan cakar dan taring mereka.
Pertempuran menjadi semakin sengit dan mendebarkan.
Gavriel yang awal-awalnya terengah-engah seperti hampir kehabisan nafas. Sekarang, Gavriel malah memimpin jalannya pertempuran. Duel maut Gavriel dan Hyena *Emerald akhirnya berakhir saat Hyena *Emerald tumbang dengan kepala nyaris pecah. Tepat seperti apa yang telah dijanjikan Gavriel di awal pertemuan tadi.
Adrenalin lepas setelah Gavirle merasa tenang karena lawan terakhir telah jatuh. Saat itu juga Gavriel pun tumbang dengan nafas tidak karuan.
''Gavriel!'' panggil Aninidra dengan perasaan haru. Dia merasa tenang dan senang karena situasi bahaya telah nberhasil di lalui, ''Bagaimana keadaanmu?!''
''Lari!... Anindira… lari!'' perintah Gavriel dengan suara lirih dan lemah, dengan tangan yang terus berusaha mendorong Anindira untuk menjauh darinya, ''Aku mohon, pergi menjauh dariku…''
Gavriel berusaha mengatur kesadarannya yang mulai berontak karena terganggu aroma manis menggoda yang keluar dari tubuh Anindira. Aroma yang keluar dari tubuh Anindira memancing bukan hanya hormon adrenalin, tapi juga hormon norepinefrin dan dopamin dalam diri Gavriel.
''Apanya yang lari?!'' Anindira mengacuhkan peringatan Gavriel dan fokus pada luka-lukanya, ''Bodoh, kau sekarat!''
Anindira memegangi tubuh Gavriel, berusaha menutup lukanya dengan apa pun yang dia temukan untuk menutup pendarahan.
''Bodoh!'' seru Gavriel memekik, ''Baumu menggangguku... Kumohon pergilah!'' seru Gavriel lagi dengan tangannya yang terus saja berusaha menyingkirkan Anindira agar segera menjauh darinya, ''Sekarang, Anindira!''
''Gavriel!'' Anindira memanggilnya dengan wajah kesal, ''Diamlah dulu... Aku kerepotan mengatasi darah keluar tubuhmu!'' Anindira tidak menggubris peringatan Gavriel.
''Anindira, kumohon pergi dariku...'' Gavriel memelas. Wajahnya tampak tersiksa menahan sesuatu, ''Aku tidak akan bisa menahan diriku lagi... Sebentar lagi aku akan menggila...''
''Apa kau masih belum puas... kau sudah menjatuhkan musuhmu, apa lagi?!'' sahut Anindira sambil terus memberikan pertolongan pertama pada Gavriel.
''Anindira tidak bisakah kau menurut saja tanpa membantah?! Aku mohon, kau yang menyiksaku sekarang. Pergilah aku mohon... Sekarang!'' Gavriel memelas memerintahkan Anindira dalam keadaan lemah.
''Aku tidak mengerti maksudmu?!'' jawab Anindira bingung, ''Sudahlah, biarkan aku melakukan sesuatu!''
Anindira terus membantah Gavriel sambil tetap melakukan apa yang bisa dia lakukan untuk membantu Gavriel agar tidak kehilangan semakin banyak darah.
''Kau sudah tenang sekarang... itu lebih baik. Lukamu sangat parah. Kalau tidak segera diobati, kau bisa mati…'' ucapan Anindira terhenti saat melihat Gavriel tiba-tiba bangun. Dia terlihat sangat aneh.
Gavriel perlahan bangun dengan mata yang tidak fokus. Menatap nanar ke arah Anindira. Lalu tangannya segera meraih tubuh Anindira, meremasnya kuat, membuat Anindira berteriak kesakitan. Tapi sayangnya jerit Anindira tidak menghentikan tindakan aneh Gavriel seolah sedang di rasuki sesuatu.
''Gavriel!'' Anindira memanggil dengan wajah terkejut dengan kelakuan anehnya dan mulai merasakan sesuatu yang mengerikan akan segera datang.