Chereads / WANITA UNTUK MANUSIA BUAS / Chapter 42 - Kesadaran

Chapter 42 - Kesadaran

042 Kesadaran

Gavriel membawa Anindira jauh ke dalam hutan, membawanya pergi dari medan pertempuran sudah penuh darah.

Selain desah nafas Gavriel yang berderu tidak karuan hanya terlihat tatapan kosong darinya. Gavriel nyaris tidak merespons apa pun dari Anindira. Kengerian kembali membayangi Anindira melihat betapa menyeramkan Gavriel saat ini seolah dia adalah orang lain. Gavriel yang ada di hadapannya sekarang sama sekali tidak seperti Gavriel yang dia kenal.

Anindira berusaha melarikan diri tapi tidak bisa.

Kuatnya cengkraman tangan Gavriel membuat tangan Anindira memar. Itu tidak seberapa dibandingkan teror yang dirasakannya. Anindira bergidik ngeri menatap Gavriel yang tidak menunjukkan emosi. Berapa kali pun Anindira berteriak dan meronta. Gavriel tetap dingin tidak menanggapi air mata yang membasahi pipi Anindira.

Kelelahan dan luka parah membuat Gavriel tidak lagi mampu mengendalikan dirinya.

Gavriel membabi buta merobek pakaian Anindira. Saking kasarnya, bukan hanya pakaiannya yang robek tapi juga daging di tubuh Anindira yang ikut terkoyak oleh kuku tajam Gavriel yang tidak disarungkan kembali.

Meski Anindira menjerit dan menangis histeris, Gavriel tetap tidak menggubrisnya. Gavriel telah kehilangan kewarasannya karena lonjakan kekuatan yang baru saja di dapat. Adrenalin yang tersisa terpicu aroma feromon yang ratusan kali lebih kuat dari *afrodisiak terus menghambur keluar dari tubuh Anindira memancing iblis penuh hawa nafsu yang tertidur untuk bangkit.

*****

#Info

Anindira memasuki Fase masa subur pada siklus haid wanita yang biasa terjadi di pertengahan periode menstruasi.

Di dunia ini, aroma yang keluar dari tubuh wanita pada saat siklus masa subur tercium sebagai zat perangsang birahi bagi pria manusia buas yang punya indra penciuman luar biasa.

Bagi pria yang sudah memiliki pasangan itu tidak akan menjadi masalah. Mereka hanya perlu melepaskan hasrat seksual mereka pada pasangannya. Tapi, bagi mereka yang masih lajang, itu bisa sangat berbahaya.

Biasanya, aroma itu akan mengganggu para lajang jiwa dan raga. Tidak berbahaya karena meski sangat kuat sebagai afrodisiak, manusia buas tetap punya kontrol diri yang cukup tinggi. Para pria yang senantiasa menjaga harga diri dan kehormatan mereka, tidak serta merta mabuk dan membiarkan diri mereka dikuasai hawa nafsu. Mereka tetap memiliki kemampuan pengendalian diri untuk bisa mengendalikannya. Apalagi, jika si wanita memiliki wali yang kuat. Mereka tidak akan berani bertindak sembrono.

Bagi wanita yang telah memiliki pasangan, mereka cukup bersenggama, maka aroma itu akan mereda, sampai akhirnya saat masa subur berakhir, maka aroma itu akan menghilang dengan sendirinya.

Untuk kasus Anindira. Karena dia sendiri baru memasuki siklus itu tiga bulan sebelum datang ke dunia ini, siklus haidnya belum stabil. Dan, saat di hutan, pengaruh stres dan kelelahan fisik sekaligus tekanan batin mempengaruhi hormon ditubuhnya. Karenanya siklus haidnya terhenti sementara.

*****

Pengaruh siklus masa subur Anindira yang membuat bau feromon berhamburan keluar telah membuat Gavriel mabuk. Gavriel tidak lagi bisa menggunakan nalarnya kecuali mengikuti insting untuk melakukan hubungan badan.

Anindira tidak lagi punya tenaga untuk melawan Gavriel. Dia hanya bisa pasrah dengan air mata yang terus mengalir menerima semua perlakuan kasar Gavriel.

Gavriel menekan dan menindih tubuh Anindira dengan tatapan mata kosong dan wajah tanpa ekspresi dia mencium Anindira. Dia bahkan sampai menggigitnya karena gemas oleh semangatnya untuk bercinta. Gavriel terus menggagahi Anindira dan beberapa kali memasukinya dengan ganas sampai melukai bagian dalam rahim Anindira.

Gavriel baru berhenti melakukan aksi brutal menggagahi Anindira saat dia sendiri kelelahan. Nyaris seluruh tenaga di tubuhnya terkuras habis. Meninggalkannya dalam keadaan kepayahan bahkan hanya untuk bernafas.

Gavriel sekarat berada di ambang kematian. Luka-lukanya sangat parah, membuatnya terlentang tidak berdaya di samping tubuh Anindira yang sudah tidak sadarkan diri. Naluri menuntun Gavriel mengatur nafas meski dengan kesadaran tipis. Insting yang tersisa mendorongnya untuk tetap bertahan hidup.

*****

Di lain tempat terlihat kepanikan Zia saat menyadari Anindira tidak ada di mana-mana ketika dia bangun dari tidur siangnya. Zia segera memanggil Kaj yang hari ini bertugas mengawal mereka.

Kaj mengendus aroma milik Anindira;

Menelusuri aroma milik Anindira yang tersebar hingga mengarah keluar dari perbatasan desa. Saat itu juga dia tahu enam penjaga di bagian barat telah dibunuh. Seketika itu juga Kaj panik kemudian segera kembali membawa Zia bersamanya dan melaporkan pada Mischa.

Mischa kehilangan kesabarannya saat mendengar kabar buruk dari Kaj.

Mischa langsung mengamuk meluapkan emosinya pada Kaj yang telah lalai. Dia menghajarnya hingga tersungkur karena gagal menjaga Anindira.

Sialnya. Di tengah keributan yang sedang terjadi Halvir kembali.

Saat itu.

Jangankan Kaj, bahkan Mischa tidak sanggup memandang Halvir. Penyesalan dan rasa bersalah Halvir saat mendengar kabar buruk membuat Mischa terdiam. Hawa kemarahan Halvir menyusup keluar di antara kekecewaan dan penyesalannya.

Zia dan Ezra gemetar hingga merasa sesak menyaksikan kengerian muncul dari diri Halvir.

Segera Mischa mendekap Ezra yang ketakutan, ''Halvir, buat perhitungan denganku. Tapi, lakukan itu nanti. Sekarang, kita cari dulu Anindira!''

''Halvir, tenangkan dirimu!'' Hans memecah ketegangan dari rasa bersalah dan kemarahan Halvir, ''Cari dulu Anindira! Kita tidak punya waktu untuk bertele-tele...''

Halvir tidak menjawab. Dia hanya pergi begitu saja secepat kilat menuju perbatasan desa di sebelah barat, meninggalkan mereka.

Hans, Mischa, Ruvi, Axel, dan Kaj segera menyusul Halvir.

Kaj juga berusaha untuk menyusul meski kepayahan karena luka yang parah akibat di hajar Mischa.

*****

Halvir menemukan mayat-mayat Hyena di jalan saat menelusuri jejak Anindira. Pikirannya langsung tidak karuan. Apalagi sesaat kemudian dia mencium bau darah yang pekat milik Anindira.

Mata Halvir terbelalak. Darahnya mendidih melihat pemandangan dua orang tanpa busana tergeletak bersimbah darah.

Keduanya dalam kondisi kritis. Nafas mereka berpacu adu balap dengan detak jantungnya.

Nafas dan detak jantung Gavriel terdengar sangat kuat tapi kacau tidak beraturan. Sedangkan nafas dan detak jantung Anindira lemah hingga nyaris menghilang.

Anindira terbatuk dan mengeluarkan darah menyadarkan Halvir dari pikiran kacaunya. Halvir segera melepas bajunya dan menutupi Anindira. Lalu, beberapa detik kemudian Mischa dan yang lainnya tiba. Hati mereka miris melihat pemandangan mengejutkan dari dua remaja yang terkapar dalam keadaan sekarat.

''Halvir!'' panggil Hans membangunkannya dari kondisi trans, ''Amber, berikan pada Anindira sekarang!''

Tanpa buang waktu Halvir mengeluarkan beberapa Amber terakhir yang dia miliki. Tangannya sedikit bergetar saat memegang amber karena penyesalan besar merayap di hatinya.

''Seandainya aku lebih serius menyimpan Amber...'' sesal Halvir dalam hatinya.

''Jangan!'' seru Hans sambil memegang tangan Halvir menahannya, ''Cukup satu!'' seru Hans lagi dengan wajah serius menatap Halvir.

''HANS DIA TERLUKA SANGAT PARAH!'' sanggah Halvir memekik saat Hans menghalanginya.

''Justru karena hal itu!'' sahut Hans tegas, ''Nafas dan detak jantungnya sangat lemah peredaran darahnya nyaris terhenti... Dia wanita, dia tidak akan bisa menahan lonjakan energi tiba-tiba saat kondisinya kritis.''

''Axel, bantu aku membawa Gavriel!'' panggil Hans memberi perintah, ''Dia juga hampir mati!''

Penciuman dan pendengarannya berkali-kali lebih kuat dari rata-rata manusia buas membuatnya langsung mengetahui bau yang keluar dari Gavriel dan Anindira.

Dari *si-yazh yang tercium Hans bisa langsung menarik kesimpulan mengenai apa yang telah terjadi. meski begitu untuk saat ini dia memilih untuk diam dan menyimpannya di dalam hati.

Saat ini bukan waktu yang tepat untuk mengatakannya. Jika dia buka mulut sekarang maka Gavriel akan segera kehilangan kepalanya saat ini juga.

Emosi yang ada pada Halvir sekarang akan sangat sulit untuk Hans memberi penjelasan padanya.

Mereka semua mulai menduga-duga segala sesuatu. Tapi tidak seperti Hans. Mereka tidak bisa membaca peristiwa secara jelas. Mereka menduga bahwa Anindira di perkosa oleh Hyena kemudian ditolong Gavriel karena berbagai aroma telah tercampur baur. Begitu pun bau para Hyena yang ikut menempel di tubuh Anindira dan Gavriel. Karenanya kesimpulan mereka berbeda dengan kesimpulan yang di dapat Hans.

Halvir merasa kasihan pada Gavriel yang telah terluka parah karena menolong Anindira. Dia ingin memberikan Amber yang dimilikinya pada Gavriel. Tapi sayangnya, hanya ada sedikit Amber yang dimilikinya. Karena hal itu Halvir mengurungkan niatnya walaupun dengan tulus di dalam hatinya dia sangat berterima kasih pada Gavriel yang telah berusaha menyelamatkan Anindira sampai dia sendiri sekarat dan hampir mati. Halvir sangat berharap kalau Gavriel akan bertahan hidup saat itu dia akan berterima kasih dengan cara yang lebih baik.