045 Gavriel Siuman
Hans memeriksa keadaan Gavriel sekembalinya dari rumah Halvir.
Tiga buah Amber yang diberikan sebagai pertolongan pertama cukup membantu pemulihan Gavriel.
Axel diberi tugas untuk menjaga Gavriel mengikuti instruksi Hans sebelumnya.
''Hans kau kembali!'' Axel menyapanya.
''Ya,'' jawab Hans sambil memeriksa kondisi Gavriel.
Setelah tubuh Gavriel dibersihkan dan diberikan obat. Kecurigaan Hans ternyata benar dan itu juga telah disadari oleh Axel.
''Hans, aroma ikatan pasangan Anindira ada pada Gavriel,'' ujar Axel.
Tapi sebelum dia melanjutkan lagi Hans segera angkat bicara.
''Aku tahu,'' sahut Hans tegas, ''Tapi, itu tidak sepenuhnya kesalahannya. Keadaan yang mendorongnya... dia terjebak situasi.''
Axel menatap Hans serius. Dia menyimak penjelasan lebih terperinci dari Hans.
''Kemungkinan besar Gavriel kehilangan kendali atas dirinya karena lonjakan naik level. Lalu, pada saat yang sama Anindira sedang berada pada masa suburnya. Adrenalin saat pertempuran kemudian perjuangan untuk bertahan hidup di tambah lonjakan naik level terpancing oleh hormon yang keluar dari tubuh Anindira. Sulit bagi Gavriel untuk tetap menjaga mindanya...''
''Meski tidak melihatnya secara langsung aku bisa membayangkan situasi yang di alaminya pasti sangat brutal. Tapi... bertahan hingga seperti itu. Dia kucing bernyawa sembilan...'' sahut Axel menyatakan kekagumannya pada keinginan bertahan hidup yang di miliki Gavriel.
''Kau benar, dia tangguh.''
''Lalu, kenapa Hyena itu ada di sana?! Bahkan para penjaga pun di bunuh...''
''Dugaanku... para hyena itu hendak memasuki desa dengan membunuh penjaga desa. Lalu, Anindira keluar dari desa tanpa di sadari olehnya karena kosongnya penjaga. Para Hyena mengetahui itu dan sengaja membiarkan Anindira untuk berjalan lebih jauh hingga memasuki Hutan biru. Aroma feromon yang keluar dari tubuh Anindira yang sedang dalam masa suburnya memancing para Hyena kembali memasuki Hutan biru. Kemungkinan besar hal itulah yang mengalihkan perhatian mereka dari Zia yang saat itu juga berada tak jauh dari Anindira. Itu sebabnya Zia selamat.''
Axel akhirnya mengerti dengan jelas semua masalahnya. Axel menghormati Gavriel untuk itu. Remaja muda yang baru berusia delapan belas tahun berusaha mati-matian menyelamatkan wanita walau hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Tapi setidaknya dia tetap berusaha dan tidak melarikan diri meski sejak awal situasi tidak menguntungkannya.
Hans mengemas segala sesuatu yang dibutuhkannya. Dia meminta Axel untuk tetap menjaga Gavriel. Pendarahan Gavriel telah teratasi dengan perawatan yang diberikan Hans. Ada tiga tulang rusuknya yang patah. Beberapa luka sobek tampak menganga di tubuhnya akibat cakaran dan gigitan Hyena. Butuh waktu sampai dia sadar kembali dan memulihkan kondisinya.
Dalam sehari Hans bolak-balik, berkali-kali mengecek. Dia mengganti perban dan memberi obat pada Gavriel dan Anindira. Dia juga membersihkan tubuh mereka.
Bubur barley atau bubur jagung yang dicampur rempah obat menjadi jadi makanan sehari-hari Anindira dan Gavriel selama beberapa hari. Saat malam tiba. Halvir dan Hans, keduanya tidur di kedua sisi Anindira memberi kehangatan extra padanya.
*****
Setelah lima hari Gavriel akhirnya siuman. Axel memberi tahu keseluruhan cerita mengenai keadaan Anindira. Gavriel syok dan segera beranjak dari tempat tidur untuk menemui Anindira. Beruntung Hans datang dan segera menghentikannya.
''Jangan bodoh Gavriel!'' seru Hans, ''Kau tidak lagi sendiri... Kau punya pasangan sekarang. Dia sudah jadi tanggung jawabmu.''
''Karena itu aku ingin menemuinya,'' sahut Gavriel dengan suara yang masih lemah, ''Aku ingin melihat keadaanya!''
''Diam dan rawat dirimu sampai sembuh baru kau temui dia!'' pekik Hans memperingatkan, ''Jika sekarang kau temui Anindira. Bahkan belum sempat melihatnya, kepalamu sudah terpisah lebih dulu dari tubuhmu. Dalam keadaan sehat saja kau sama sekali bukan tandingannya. Sayangi nyawamu. Lagi pula yang ada bersama Anindira sekarang adalah walinya. Wali sahnya yang diakui oleh Anindira... Kau yang menikungnya, ingat itu!'' Hans menekan rasa bersalah Gavriel agar dia menurut.
Kepala Gavriel hanya bisa tertunduk menyesal. Meski Gavriel kehilangan kewarasannya saat itu. Tapi perlahan-lahan, sedikit demi sedikit, dia mulai bisa mengingat apa saja yang terjadi di Hutan Biru. Ditambah lagi dengan penjelasan Axel tadi membuat semuanya semakin memperjelas ingatan yang awalnya samar-samar.
Dada Gavriel langsung terasa sebak hingga membuat nafasnya sesak. Darahnya terasa panas tapi tubuhnya terasa dingin membuatnya menggigil gemetaran. Gavriel merasa marah pada dirinya sendiri, mengingat semua kebrutalannya saat menggagahi Anindira.
Rasa sesal dan patah hati bercampur dengan koneksinya dari *ikatan pasangan yang telah tersemat antara dirinya dan pasangannya, yaitu Anindira.
Gavriel adalah pasangan Anindira sekarang. Jiwanya dan jiwa Anindira saling terkait satu sama lain. Mulai sejak hari itu, Gavriel dan Anindira akan bisa merasakan keberadaan masing-masing begitu juga dengan emosinya. Seketika kakinya lemas dan membuatnya jatuh terduduk. Gavriel merasakan rasa sakit dan hancurnya hati Anindira. Air mata Gavriel jatuh mengalir di kedua pipinya. Tangannya menekan dadanya. Ada rasa sakit yang sulit dijelaskan di hatinya. Gavriel yang kalap karena emosi yang membuncah langsung bangkit berdiri hendak berlari keluar.
Gavriel yang histeris segera ditahan oleh Hans di bantu Axel. Secara spontan mereka segera menangkap tubuh Gavriel yang berjuang sekuat tenaga untuk melepaskan diri.
''Tenangkan dirimu!'' seru Axel sambil menarik Gavriel, dia berusaha mendorongnya ke tempat tidur.
''Tidak!'' seru Gavriel sambil meronta. Dia berusaha menepis tangan Axel yang menahannya, ''Anindira... dia kesakitan. Aku harus menemuinya!''
''Apa kau tidak mendengarku tadi?!'' seru Hans menghardiknya dengan tegas, ''Diam dan tenanglah!... Sembuhkan dirimu!'' Hans marah sambil mendorongnya.
''Kau tidak mengerti, dia kesakitan!'' seru Gavriel dengan wajah berang. Dia balik marah pada Hans dan Axel, ''Aku bisa merasakannya...'' ujar Gavriel sambil terus meronta.
Tapi, segera di sambar oleh Axel yang juga jadi berang melihat kelakuan Gavriel..
BRAK
GUBRAKK
Axel melemparnya ke tempat tidur kemudian segera menahan tubuh Gavriel dengan sikunya menekan leher Gavriel.
''BODOH!'' seru Axel melotot tepat di wajah Gavriel, ''Aku tahu!... Aku juga punya pasangan... Tapi, kau tidak bisa menemuinya sekarang!'' seru Axel lagi dengan nada suaranya yang tinggi, ''Dengar!'' seru Axel sambil menekan sikunya lebih kuat lagi menahan leher Gavriel, ''Tidak peduli bagaimanapun pikiran Anindira sekarang... dia telah berpasangan denganmu. Jiwanya terkait denganmu. Mungkin sekarang dia tidak tahu apa yang dirasakan oleh hatinya. Tapi lambat laun dia akan segera menyadarinya…''
Axel mengungkapkan pemikirannya. Perlahan tangan yang menahan leher dan tubuh Gavriel mulai mengendur.
''Kau berpikirlah sedikit jauh ke depan!'' seru Axel menasihati Gavriel, ''Apa yang akan dipikirkannya nanti jika sekarang kau tewas terbunuh oleh Halvir sebelum semuanya jelas antara kau dan Anindira. Kau harus tenang dan bersabar agar kau menyelesaikan kekacauan yang telah kau buat!''
Axel menatap serius Gavriel dengan tangannya yang melintang di bawah leher Gavriel perlahan mulai dilepaskan.
"Gavriel, aku tahu pemikiranmu. Aku tahu, kau akan terus memikirkan Anindira dan berusaha menemuinya. Mengingat kau adalah pasangannya sekarang. Tapi ingatlah, kau harus mewaspadai Halvir sekarang! Kau sudah menyulut api permusuhan dengan Halvir tentu akan sangat tidak bijak jika kau memperburuk keadaan yang sudah memuakkan bagi kalian bertiga. Berpikirlah dewasa, jangan ikuti hawa nafsumu. Berpikirlah untuk menyelesaikannya dengan damai!" Axel menasihati panjang lebar.
"Dengarkan Axel, Gavriel. Dia memahami perasaanmu dengan sangat baik. Halvir tidak akan membiarkannya begitu saja. Sembuh dan bertahanlah dari Halvir! Setidaknya kau harus tetap hidup untuk bisa terus bersama Anindira…" ujar Hans mulai bicara setelah melihat Gavriel tenang, ''Dia tahu apa itu '*ikatan pasangan'. Jadi dengarkan nasihat seniormu dan jangan nakal!''
Gavriel terduduk lemas tak bersemangat. Penyesalan sekaligus kekecewaan berkecamuk dalam batinnya. Dia sangat ingin menemui belahan jiwanya tapi itu tidak mungkin dia lakukan sekarang.
''Berusaha sembuhkan dirimu lebih cepat...'' Hans bersimpati melihat keadaan Gavriel, ''Dengan begitu, saat kau menemuinya nanti, minimal kau tidak mati,'' Hans memperingatkan Gavriel, ''Istirahatkan dirimu dengan baik di sini. Ada obat-obatan yang sudah kusiapkan untukmu, minum dengan rutin!''
Hans bicara sambil menunjukkan berbagai obat yang sudah disiapkannya untuk Gavriel.
''Jangan pernah mencoba datang ke sana sebelum aku mengizinkannya!'' seru Hans sambil melotot pada Gavriel. Dia serius memberi perintah sekaligus peringatan, ''Karena kau sudah sadar maka aku hanya akan mengecek keadaanmu sekali sehari.''
Setelah selesai dengan semua wejangannya Hans kemudian pergi meninggalkannya.
''Gavriel, sekarang aku pun tidak akan menjagamu lagi. Tapi setiap hari aku akan membawakanmu makanan. Selebihnya kau bisa mengurus dirimu sendiri! Turuti semua saran Hans, itu semua untuk kebaikan kalian semua. Sekarang kau sudah punya pasangan, bersikaplah dewasa, kau tidak boleh hanya memikirkan dirimu saja!'' Axel memberi nasihat tulus pada Gavriel, ''Jadilah anak baik! Istirahatkan dirimu! Semakin cepat kau pulih. Semakin cepat kau bisa menemuinya,'' Axel menambahkan nasehatnya sambil menepuk bahunya, kemudian pergi meninggalkannya.
******