Chereads / WANITA UNTUK MANUSIA BUAS / Chapter 43 - Hans

Chapter 43 - Hans

043 Hans

Setelah memberikan tiga buah amber miliknya. Atas permintaan Hans, Axel membawa Gavriel ke klinik untuk menerima perawatan selanjutnya. Bukan hanya karena Anindira wanita tapi juga prioritas utamanya karena keselamatan Anindira adalah permintaan tak terucap dari Halvir sahabatya.

''Halvir!'' panggil Hans dengan nada rendah, ''Maaf...'' ujar Hans dengan wajah memelas, ''Sulit baginya untuk melewati malam ini...''

Dengan pandangan tertunduk Hans memberitahu betapa buruknya kondisi Anindira.

''Apa maksudmu?!'' jawab Halvir dengan ekspresi tidak terima, ''Lakukan sesuatu, apa pun itu!'' seru Halvir sambil memegang bahu Hans, ''Jika amber masalahnya. Aku akan menggantinya berkali-kali lipat. *Amber hijau dan*Amber merah akan aku dapatkan untukmu!''

Panutan yang selalu menjadi idola kalangan junior. Pria gagah penuh wibawa di balik wajah datar minim ekspresi. Kehebatan yang telah memikat Hans hingga hijrah dari Kerajaan Singa ke Desa Hutan Biru. Kini memelas tampak putus asa menunjukkan segenap emosi negatif yang berkecamuk di dalam dirinya.

''HALVIR!'' pekik Hans balas memegang bahu Halvir, ''Akan kulakukan apa pun untukmu, bahkan jika kau tidak membayarku. Tapi, ini... bukan hal yang bisa kuatur. Aku telah melakukan apa pun yang perlu di lakukan!''

*Imprint sejati, tentu Hans mengetahui seberapa dalam ikatan itu telah mengunci relung hatinya. Han stahu betul arti Anindira bagi Halvir tapi bagaimana pun, selain hanya bisa ikut bersimpati. Hans tidak ingin mengganggu hubungan Halvir dan Anindira.

''Aku tidak bisa melepaskannya, Hans!'' seru Halvir menatap Hans seperti ingin menangis, ''Tiga bulan aku bersamanya. Aku mengenalnya lebih dari siapa pun yang ada di sini... Aku menyukainya bahkan tanpa *Imprint sekali pun aku pasti akan mendekatinya.''

''Hantaman dan guncangan berdampak pada organ dalamnya hingga mempengaruhi laju pernapasannya. Aku melakukan apa pun yang aku bisa untuknya. Masalah terbesar Anindira bukan hanya itu...''

Hans menyesali keterbatasan kemampuannya dengan kondisi Anindira yang sangat buruk.

''Hans...?!'' panggil Halvir dengan wajah pucat, ''Kenapa dengan Anindira? Katakan dengan benar, jangan berputar-putar!'' seru Halvir lagi dengan emosi.

''Maafkan aku...'' Hans tulus mengemukakan penyesalannya, ''Aku tidak bisa melakukannya... Pendarahannya tidak bisa kuhentikan.''

Hans menunduk. Dia merasa sangat malu untuk menatap Halvir.

''Hans...!'' Halvir memanggilnya dengan wajah dipaksa untuk tersenyum. Matanya terlihat berkaca-kaca, ''Sekarang, bukan waktu yang tepat untuk bergurau. Hentikan itu!... Aku tahu kemampuanmu. Keluargamu tidak mengakuinya tapi aku mengakuimu. Jangan kecewakan aku. Kau pasti bisa melakukannya...''

Halvir mendesak Hans.

''Halvir, dengarkan aku!'' seru Hans sambil mengguncang bahu Halvir berkali-kali, ''Yang kritis saat ini adalah pendarahannya... pendarahan di dalam rahimnya,'' Hans menekan intonasi kalimat terakhirnya mencoba memberi penjelasan tegas.

''Kalau begitu, tutup. Hentikan pendarahannya!'' seru Halvir memekik menjawab Hans, ''Kau mampu menghentikan pendarahan disaat aku terluka parah. Darah yang keluar dari tubuhku waktu itu jauh lebih hebat dari ini. Tapi kau bisa mengobatiku,'' ujar Halvir tidak mau kalah.

''Kau seorang pria. Aku mampu melakukan apapun padamu. Tapi, tidak dengan Anindira. Dia wanita!''

''Tentu aku tahu dia wanita.Tapi percayalah padaku. Dia seorang yang tangguh!''

Halvir pantang menyerah. Dia terus mendesak Hans.

''Bukan itu masalahnya!'' sahut Hans dengan emosi.

''Lalu apa lagi?!'' jawab Halvir ikut meradang.

''Dia wanita dan aku masih lajang. Bagaimana aku akan menyentuhnya?!'' Hans menjawab dengan nada tinggi.

Halvir terdiam. Dia terkejut dengan apa yang dikatakan Hans. Halvir masih belum bisa mencerna dengan baik maksud perkataan Hans karena pikirannya sedang kalut. Tapi hatinya tersentak seperti tidak terima dengan apa yang baru saja di katakan oleh Hans.

''Halvir, tenangkan dirimu. Dengarkan aku baik-baik!'' Hans berusaha membuat Halvir tenang agar bisa berpikir dengan kepala dingin, ''Halvir, aku sangat menghormati dan menghargaimu lebih dari siapapun. Lebih dari Kepala desa, para tetua, bahkan Raja di Kerajaan Singa. Halvir, aku tidak pernah tertarik pada Anindira. Prioritasku adalah kamu, bukan Anindira!''

''Tapi Hans, aku hanya memintamu untuk mengobatinya!'' sahut Halvir memotong ucapan Hans.

''Aku tahu!'' seru Hans langsung menyahut ucapannya Halvir, ''Saat ini yang ada dalam pikiranmu tidak ada yang lain kecuali hanya bagaimana agar Anindira bisa selamat.''

''Kalau kau tahu, kenapa kau menolak?!'' Halvir menyahut dengan nada tinggi.

Hans melepas tangannya dari Halvir. Dia mundur selangkah dengan wajah lesu sambil mendesah panjang. Dia menatap Halvir dengan sorot mata tajam dan sangat serius.

''Halvir fokus! Aku lajang. Sekali lagi, aku pria lajang ku rasa kau selalu melupakan itu... Kalau aku membuka selangkangan wanitamu…'' Hans dengan sengaja menekan kata vulgar di kalimatnya, ''Maka, aku sudah pasti akan terjebak *imprint. Kau tahu dengan sangat jelas bagaimana kuatnya sebuah *imprint?! Prioritasku akan berubah… dari dirimu… beralih pada Anindira… Dan, karena hal itu… aku harus bersaing denganmu. Dan aku tidak menyukai hal seperti itu!''

Hans menjelaskan dengan sangat hati-hati pada Halvir. Dia berupaya agar masalah yang terjadi pada Anindira tidak menghancurkan Halvir lebih dalam lagi.

Saat ini, dalam pikiran Hans, hanya ada pikiran, bahwa Halvir belum terikat oleh *ikatan pasangan dengan Anindira. Seandainya terjadi sesuatu yang buruk pada Anindira. Halvir hanya akan patah hati sesaat tanpa ada dampak permanen.

*****

Hans tidak seperti kebanyakan Manusia buas yang akan bersaing menaikkan level agar bisa menarik perhatian wanita. Dia tidak pernah memikirkan tentang hal itu selama ini.

Hans hanya terobsesi pada ilmu pengetahuan dan ingin mencari tahu lebih banyak hal yang belum di ketahui.

Di saat pemuda-pemuda bertipe predator. Terlebih Predator puncak. Singa salah satunya. Mereka akan saling bersaing menunjukkan dominasi. Tapi Hans justru tidak pernah terlibat dengan hal-hal seperti itu. Hans juga hampir tidak pernah berburu karena dia selalu bisa mendapatkannya dari bayaran atas jasa pengobatannya.

Meski dia tidak seperti kebanyakan manusia buas tipe predator. Dia sangat di hormati walau masih sangat muda. Pengetahuan yang dimilikinya melebihi kebanyakan dokter yang jauh lebih senior. Itu semua bukan karena dia berbakat tapi karena dia selalu belajar dan sangat kritis untuk hal itu.

Hans selalu menjelajah dan bereksperimen sekaligus berinovasi dengan berbagai hal utamanya tanaman obat.

Sebagai seorang predator dia tidak malu atau gengsi menunjukkan betapa dia sangat menyukai hal-hal yang berkaitan dengan ilmu kesehatan. Dia tidak malu untuk bertanya dan mencari pendapat lain dari dokter-dokter di berbagai penjuru wilayah, yang kebanyakan dari mereka adalah herbivora. Usaha dan kemauan, juga semangatnya untuk terus berkembang menjadikannya seperti sekarang.

Hans sempat dikucilkan karena dianggap tidak berguna oleh keluarga dan klannya. Itu semua karena dia adalah keturunan dari Klan Singa. Sebagai seorang dari Klan Singa dia lebih memiliki kebiasaan sebagai sebagaimana kebanyakan Klan dari jenis herbivora yang dikenal lebih lemah dari Preedator.

Hans pernah merasa rendah diri hingga tertekan. Tapi berkat Halvir yang tidak pernah skeptis padanya. Akhirnya Hans dengan berani meninggalkan Kerajaan Singa untuk meraih cita-citanya dalam bidang medis. Semangat Hans semakin membara dan obsesinya untuk menggali lebih dalam tentang pengetahuan medis menjadi semakin besar. Berkat itu kecintaannya pada medis menjadi semakin mantap karena sudah tidak ada lagi yang bisa menghalanginya.

Hans menjadi sangat nyaman berada di Desa Hutan Biru. Karena selain Halvir. Mischa, Ruvi, dan banyak sesepuh desa lainnya tidak pernah menilai Hans berdasarkan dari klan mana dia berasal tapi dedikasi dan karakter yang dia miliki sebagai individu.

Mengenai hubungannya dengan wanita. Hans merupakan kandidat yang sangat sulit di tolak. Nilainya untuk perjodohan bahkan melebihi Halvir. Tapi garis batas yang akan langsung di tarik oleh Hans dengan cara yang halus tapi cukup untuk membuat para wanita yang mencoba mendekatinya menarik diri. Hans selalu ramah dengan siapa pun tapi itu tidak menjadikannya menjadi dekat dengan siapa pun kecuali Halvir. Ezra dan Zia pun mengetahui kalau sikap Hans yang ramah dengan senyum yang selalu terpasang di wajahnya adalah palsu dan hanya sebuah formalitas.

*****

Halvir terdiam sejenak setelah mendengar penjelasan Hans.

Sebelumnya dia terlihat semakin frustasi. Tapi, dia lebih tenang daripada sebelumnya saat ini.

''Hans!'' panggil Halvir lalu menjeda ucapannya sambil menatapnya, ''Apa yang kau pikirkan tentang Anindira?''

''Maksudmu?!'' tanya Hans sambil mengernyitkan dahi, ''Aku tidak mengerti.''

''Apa yang kau lihat dari Anindira sebagai seorang wanita?... Dari cara pandangmu sebagai seorang pria,'' ujar Halvir lagi dengan nada suara tenang.

''Tidak ada...'' jawab Hans tegas dan tetap tenang, ''Aku melihatnya sebagaimana wanita pada umumnya.''

Hans terlihat heran dengan sikap dan aura di sekitar Halvir yang tiba-tiba berubah. Halvir tidak lagi tegang. Dia tidak menunjukkan aura yang menyeramkan. Dia sangat tenang sekarang. Karenanya Hans juga bisa bicara dengan santai.

''Kau tidak menyukainya?'' tanya Halvir dengan wajah serius.

''Aku tidak membencinya,'' jawab Hans datar.

''Kalau begitu...'' sahut Halvir sambil menaikkan sebelah alisnya, ''Bukankah tidak apa-apa jika kau berpasangan dengannya!''

Kali ini Hans yang di ganggu ketenangannya oleh Halvir. Hans terkejut dengan ungkapan Halvir barusan sampai terperangah.

''Halvir!'' seru Hans memekik. Tapi Halvir langsung memotong ucapan Hans yang masih keheranan.

''Hans... Maafkan aku. Tapi aku memintamu untuk menjadi pasangan Anindira selanjutnya setelah dia sembuh nanti.''