Chereads / DISANTET MANTAN / Chapter 24 - MENCARI AYAM JANTAN HITAM

Chapter 24 - MENCARI AYAM JANTAN HITAM

Nafi duduk dekat jendela di kamarnya safitri, dia melihat ke arah safitri dengan raut wajah putus asa, entah kenapa dia punya firasat kalau yahman itu tidak sanggup menyembuhkan safitri. Tapi kalau dia tidak melanjutkan pengobatan dengan yahman, dia pasti akan sangat menyesal kalau safitri meninggal karena kena santet, dikepalanya sesekali terlintas wajah kak lina, dia selalu menepis tentang apa yang dibilang yahman. Tapi bagaimana kalau yahman bilang itu ternyata benar? Betapa jahatnya kak lina sama safitri, kenapa kak lina tega menyantet safitri? Apa tujuannya?.

Malam ini nafi diusik lagi ketenangannya, malam tidak mengajarkannya arti ketenangan. Dia harus menelepon ibunya meminta pinjaman uang, satu setengah juta, angka yang besar untuknya saat ini, selama safitri sakit, dia tidak menerima tawaran pekerjaan apapun, tabungannya perlahan-lahan habis untuk biaya pengobatan dan kebutuhan safitri. nafi akan menyerahkan sisa tabungannya dulu ke yahman, karena duit yang ibunya kirim nanti, dia harus ke kota untuk mengambilnya di bank. Hanya emas kawin yang tersisa, dia tidak tega menjual mas kawin yang disimpan sama istrinya.

Ayam mulai berkokok, pertanda sebentar lagi azan subuh akan dikumandangkan, cahaya di ufuk timur akan segera datang. Pagi ini, nafi akan menitipkan safitri ke kak umi, dia akan mencari ayam jantan bewarna hitam seperti permintaan yahman, ayam jantan banyak tapi yang berbulu hitam belum tentu mudah untuk di dapat. Nanti orang pasti akan bertanya kenapa harus yang berbulu hitam, tapi ke pasar belum tentu ada yang warna hitam. nafi akan coba cari di kampung ini dulu, kalau tidak ada dia akan mencari ke kampung sebelah sampai dapat.

"bagaimana sudah keadaan safitri? Apakah ada perubahan setelah diobatin sama yahman?", nafi terkejut melihat kak lina sudah berdiri di pagar rumahnya saat dia mau beranjak pergi. nafi sempat terdiam sejenak teringat sosok orang yang menyantet safitri yang digambarkan oleh yahman.

"belum ada kak lina, safitri belum ada perubahan, tapi malam ini yahman akan datang lagi untuk merajah" bang nafi menepis perkataan yahman yang terngiang di kepalanya, dia menjawab pertanyaan kak lina dengan sopan. Dia tidak mau suuzan kepada tetangganya, kalau memang kak lina yang melakukannya, semoga suatu saat nanti dia akan minta maaf.

"kak lina saya mau panggil kak umi dulu ya kak". Nafi sudah mencoba husnuzan tapi tetap saja perkataan yahman masih terlintas dikepalanya, inilah salah satu keburukan yang ditebarkan oleh dukun, bisa membuat tali persaudaraan renggang dengan dugaan-dugaan yang tidak bisa dikaji dengan bukti. Mungkin kalau nafi orang yang tidak kuat imannya, sudah dilibasnya dengan parang leher kak lina.

Belum sempat nafi keluar dari pekarangan rumahnya, Kak umi pun muncul di depan rumah nafi, " kak umi saya titip safitri ya kak, mau pergi cari ayam". Entah sampai kapan nafi harus menitip safitri ke kak umi.

"iya, akan saya jaga, pergi saja". Kak umi tidak menanyakan untuk apa ayam, kak umi berfikir nafi lagi kepingin makan ayam atau mungkin safitri yang meminta daging ayam.

Nafi mendatangi rumah warga satu persatu menanyakan siapa yang punya ayam jantan berbulu hitam, dia mau membelinya. Seperti dugaannya orang-orang menanyakan kenapa harus berbulu hitam, nafi tidak mungkin menjelaskan itu permintaan dukun, dia mengatakan lagi ingin memelihara ayam jantan berwarna hitam. Tidak ada satu pun ayam yang sesuai dengan permintaan yahman dikampung ini.

Akhirnya nafi menuju ke kampung sebelah, dia tidak berhasil mendapatkan ayam jantan berwarna hitam di kampungnya. Setelah menelusuri beberapa lorong dikampung ini, akhirnya nafi mendapatkan seekor ayam jantan berbulu hitam dari rumah seorang nenek, nenek ini tinggal sendirian di rumahnya pinggir sungai, dia memelihara banyak ayam dan bebek, katanya bebeknya tiap hari berenang ke sungai. Nafi sangat senang akhirnya dia menemukan ayam jantan berbulu hitam ini.

"berapa satu ekor ayam ini nek?". Dalam hatinya nafi berkata, semoga ayamnya tidak mahal.

"itu ayamnya sudah besar kan ya, biasanya kamu beli berapa? Saya kurang tahu, kalau diambil sama agen ayam yang besar itu dibayar delapan puluh ribu". Rupanya nenek ini tidak tau harga ayam di pasar, karena selama ini agen ayam yang selalu membeli ke rumahnya.

Akhirnya nafi menyerahkan uang seratus ribu kepada nenek itu untuk membayar ayam jantan yang dia beli. Hari pun sudah sore, ternyata hampir seharian nafi menelusuri kampung untuk mencari seekor ayam jantan berbulu hitam. Setelah membayar uang ayam, dia pun kembali pulang ke rumahnya dengan membawa ayam yang sudah ditaruk dalam goni, goninya dilubangin sedikit supaya ayam bisa bernafas.

Di sepanjang jalan pulang, nafi membangun kembali harapan yang mulai sirna dalam hatinya, dia berharap yahman bisa membuktikan omongannya mengusir jin dalam badan safitri. Matahari mulai beranjak keperaduannya, menyiratkan malam akan segera membaluti bumi, ternyata belum sampai ke rumah, azan magrib pun berkumandang, hati nafi membuncah dengan harapan yang begitu besar.

Setiba di rumah, nafi langsung membawa ayam hitam itu ke dalam rumah, dan mengurungnya dalam sangkar kecil yang diletakkan di dapurnya, setelah itu dia pun bergegas ke kamar mandi untuk mengambil wudhu shalat magrib. Helaan nafas panjang setelah shalat masih terus dia lakukan, dengan menarik nafas yang dalam dan menghembuskannya pelan-pelan sedikit mengurangi beban di dada yang begitu sesak, mengangkat kedua tangan menengadah ke atas memohon diberikan kekuatan oleh yang maha kuat, terkadang ada doa yang harus kita ubah baitnya, dari memohon dikabulkan menjadi untuk dikuatkan.