Chereads / DISANTET MANTAN / Chapter 30 - APAKAH SAFITRI GILA?

Chapter 30 - APAKAH SAFITRI GILA?

Hari ini, safitri tidak lagi menjulurkan lidahnya seperti ular, tapi tangannya masih membeku seperti ular. Safitri meminta air mineral katanya dia haus, ini merupakan pertanda yang bagus karena selama ini safitri tidak merasakan rasa haus atau lapar. "Semoga tidak sampai sepuluh malam adek sudah sembuh, ayok kita berjuang sama-sama dek ya". kalimat itu yang diucapkan nafi ditelinga safitri.

Bang bur senang mendengar perubahan safitri, 'semoga tidak sampai sepuluh

malam". Bang bur mengatakan kalimat yang sama seperti yang diucapkan nafi. " besok malam tolong bawa jeruk perut ya, biar kita rajah untuk dia genggam ditangannya, biar tangannya tidak membentuk seperti ular lagi". Jeruk perut salah satu buah yang dipercaya yang ditakuti oleh jin jahat.

Malam ini safitri juga diobatin selama satu jam, dan malam ini safitri adalah pasien pertama, dia hanya tidur dengan tenang tanpa mengeluarkan suara apa-apa, dia hanya menatap orang-orang di sekelilingnya, sepertinya kesadaran safitri mulai kembali, dia mulai peka sama lingkungannya, tapi dia belum pernah memanggil suaminya sekalipun, entah sudah berapa lama dia tidak tersenyum, nafi pun sudah mulai lupa bagaimana guratan senyum diwajah istrinya.

Setelah pengobatan selesai, safitri kembali dibawa masuk ke mobil untuk dibawa pulang, malam ini tidak sempat menonton pasien lain karena safitri yang pertama dan langsung pamit pulang setelah selesai, kak umi berjanji akan ikut tiap malam untuk bawa safitri berobat.

"abang" safitri menyebut kata itu saat mereka lagi mengeluarkannya dari mobil untuk dibawa masuk ke dalam rumah. Abang, Cuma itu kata yang keluar, tidak ada lagi kata selanjutnya, nafi sangat senang mendengarnya, sudah berbulan-bulan safitri tidak pernah lagi memanggil namanya. Nafi tidak henti tersenyum melihat kearah safitri, safitri sudah kembali bisa mengingat. Kak umi dan pak abdullah ikut senang melihat perkembangan safitri.

Pagi ini nafi tersenyum memandang safitri, dia masih ingat dengan kejadian semalam, safitri memanggilnya abang. " apa merasa haus? Mau minum dek?". Nafi mencoba buka obrolan dengan safitri, tapi safitri hanya menggeleng tidak menjawab. "mau duduk", nafi sangat senang mendengar kalimat tersebut, segera nafi menghampiri safitri membangunkan tubuh istrinya untuk disandarkan di dadanya, dia tersenyum sambil membacakan shalawat untuk istrinya.

Malam ini safitri terbaring sambil senyum-senyum sendiri, dia melihat ke kiri tersenyum, ke kanan tersenyum, nafi mulai khawatir melihat gelagat istrinya seperti orang yang tidak normal, apakah safitri mengalami gangguan mental sekarang? nafi coba menghilangkan kalimat gangguan mental dibenaknya. Bang bur yang saat ini sedang menjadi pawang, hanya tersenyum melihat gelagat safitri sambil mengosok-gosok jeruk perut di telapak tangan safitri, sekarang tangan safitri sudah tidak berbentuk ular lagi, ternyata begitu cepat penyembuhan safitri di sini.

"abang, cium sekali, sudah lama saya tidak dicium", safitri mengucapkan kalimat itu tanpa rasa malu sedikitpun. "tidak boleh ngomong begitu dek, rame sekali orang di sini".Nafi merasa sangat malu tapi dia juga sangat bahagia karena safitri sudah mulai membaik, kesadarnnya sudah mulai kembali. Tapi safitri terus mengoceh dengan kalimat itu dan menarik tangan suaminya supaya duduk dekat dengannya. " abang, saya mau duduk di pangkuan abang", celoteh safitri sama nafi sambil terkekeh. Pawang dan orang-orang yang ada di situ pada tersenyum, mereka ikut senang melihat safitri sudah mulai berbicara.

"roh nya belum Kembali semua, saat rohnya sudah Kembali ke badannya semua, dia kan Kembali normal seperti dulu, tidak akan bertingkah seperti anakanak lagi". Nafi lega dengan penjelasan bang bur, istrinya bukan jadi gila tapir oh nya yang belum lengkap Kembali ke jasadnya.

" ini ada air yasin satu jeregen, air ini sudah dibacakan surah yasin sebanyak 44 kali, nanti tolong dicampurkan kedalam air dalam ember besar untuk dimandikan istrimu. Sebelum dimandikan, baca surah Al-fatihah sebanyak tiga kali, An-nas sebanyak tiga kali dan surah Al-falaq sebanyak tiga kali, air ini kami ambil dari pesantren dekat laut yang tidak jauh dari sini, para santri yang sudah membacakan surah yasin ke dalam air ini, kalua mau bersedekah untuk para santri, kamu boleh langsung mengantar sendiri sedekahnya ke pesantren atau menitipkan sedekahnya di sini sama saya besok malam boleh juga, nanti saya minta tolong anak saya untuk mengantarkan sedekah itu ke pesantren, sedekah seikhlasnya saja", pawang menyerahkan jerigen air yang berisi lima liter air itu ke nafi.

Nafi mengatakan akan menitipkan sedekahnya di sini sama pawang, nanti kalau safitri sudah sembuh dia akan mengajak safitri mengunjungi pesantren tersebut. Kini nafi penuh dengan rasa bersyukur, matanya berkaca-kaca saat mengatakan terimakasih pada bang bur, dia bilang dia tidak akan lupa sama tempat ini.

"kamu sudah tau jenis kelamin anak kamu? Anak kamu itu kalau aku lihat perempuan, nanti kalau dia lahir dan panjang umur, anaknya sangat aktif, tidak bisa diam selalu bergerak", nafi sangat senang mendengar penjelasan dari bang bur. Kandungan Safitri pernah di USG, tapi saat itu belum kelihatan jenis kelamin bayinya. Melihat perubahan kondisi safitri yang mendapatkan keajaiban dari Allah, sepertinya tidak perlu sampai sepuluh malam, tetapi nafi berniat membawa safitri sampai sepuluh malam ke tempat ini.

Saat tiba di rumah, safitri sudah terlelap, mulutnya sampai mangab, dia seperti anak kecil yang kelelahan bermain seharian, kak umi malam ini juga tidak menginap, setelah turun dari mobil dia langsung pamit pulang. Nafi masih memperhatikan wajah safitri lekat-lekat, dia tersenyum sendiri saat mengingat kejadian di tempat berobat tadi, safitri minta dicium di depan umum, kalau kesadarannya kembali normal seratus persen pasti dia tidak akan melakukan hal itu, dia akan sangat malu kalau diceritakan nanti. Malam ini, malaikat meniup angin surga yang sendu di rumah ini, semoga besok pagi Allah memberikan matahari yang bersinar cerah, menunjukan keajaiban baru untuk safitri.

Pagi ini, kak umi datang cepat untuk membantu nafi memandikan safitri dengan air yasin yang dikasih oleh bang bur semalam, saat dimandikan safitri tidak berkata apa-apa, tidak menjerit atau menangis, dia hanya tersenyum ke arah kak umi, aura wajahnya kembali mulai bersinar, biarpun tubuhnya cuma tinggal tulang berbalut kulit tapi wajah manisnya kelihatan sendu untuk dipandang. Setelah selesai dimandikan dan dipakaikan pakaian, safitri keluar dari kamar, dia minta duduk diruangan yang mengarah ke dapur, nafi memenuhi ke inginan istrinya, dia memangku safitri duduk di ruangan itu.

"abang itu apa?", safitri menunjuk ke arah kulkas, nafi syok mendengar pertanyaan safitri, kenapa safitri bertingkah seperti anak kecil, kenapa dia tidak tahu kulkas, hati nafi kembali di hantui rasa khawatir. "itu kulkas dek, kulkas kita kan!" biarpun merasa konyol nafi tetap menjawab pertanyaan safitri, hatinya seperti di iris dengan pisau yang begitu tajam." Oh itu kulkas?, besar ya kulkasnya, besar sekali bentuknya.. hehe.. hehee ..hee", safitri terkekeh seperti orang gila, nafi tidak menjawab apa-apa lagi, dia memeluk safitri dari belakang dengan erat sambil menahan air matanya yang mau tumpah, "tuhan.. apalagi ini?". entah apa yang ada di benaknya saat ini, perasaannya hancur dengan rasa sakit yang berbeda.

Setelah melewati sepuluh malam pengobatan, kini safitri tidak seperti orang gila lagi. Kesadarannya sudah kembali pulih, tapi sekarang dia belum bisa berjalan, di tempat tidur yang sudah berbulan- bulan membuat otot kakinya lemah, dia harus dipapah seperti anak kecil untuk belajar jalan, dia sangat kelihatan seperti orang lumpuh saat belajar jalan, tidak lebih dari tiga menit dia sanggup jalan dalam sehari, nafi tidak memaksanya, dia sangat sabar dengan prosesnya sudah tujuh bulan dia sabar kenapa tidak kalau harus sabar sedikit lagi.

Sebenarnya ada satu hal yang membuat nafi tidak sabar, yaitu rasa ingin tahu nya tentang masalah pertunangan safitri yang pernah gagal, rasanya dia ingin menanyakannya sekarang juga kepada safitri. Tapi, melihat kondisi safitri yang belum pulih sempurna dia harus mengurungkan niatnya, lagi- lagi harus bersabar untuk hal yang berbeda.