Chereads / DISANTET MANTAN / Chapter 32 - SAFITRI MELAHIRKAN

Chapter 32 - SAFITRI MELAHIRKAN

"lihat lah.. dia sangat manis, oh tengok jari-jarinya sangat imut masyaallah..". ibu santi memandikan bayi baru lahir itu dengan hati-hati, beratnya hanya 2.2 kg. Dia sangat kecil, walaupun bulannya cukup, tapi dia terlihat seperti bayi premature, tubuhnya sedikit lebih besar dari botol sirup marjan. bayi ini tidak prematur, dia lahir dengan cukup bulan, dia sempurna, tidak ada anggota badannya yang cacat, rambutnya sangat lebat, matanya sayu, tapi suaranya melengking saat nagis ,seperti ratu yang sedang memimpin pasukan perang.

Ibu santi memegangnya sangat hati-hati, jangan sampai tangan atau kakinya patah, dia menangis lagi saat badannya tersentuh air, dia butuh waktu untuk beradaptasi dengan dunianya yang baru.

"namanya siapa, kamu sudah punya nama nak? Nama kamu pasti sangat cantik", ibu santi mengajak ngobrol bayi yang sedang dikasih mandi.

"namanya nuri, azkiatun nuri. Dia akan ceria dan terbang ke sana ke mari seperti nuri, kami berharap dia akan jadi perempuan yang sangat kuat, kelak dia akan menjadi seperti cut nyak dhin dan cut mutia". Nafi berkaca-kaca memandang bayi mungilnya itu.

"lihat lah dek, dia sangat mirip dengan aku, rambutnya lurus seperti rambut ibunya, seperti rambut kamu". Nafi mendekatkan bayi yang sudah dibedung kepelukan istrinya.

"ini bayi siapa? Ini bayi kita? Dia sudah lahir?", safitri mendekapkan bayi itu ke dadanya sambil meraba-raba perutnya yang sudah kempes.

"kapan dia lahir? Aku tidak merasakan dia keluar dari perutku". Safitri menangis terharu, bayinya terlahir dengan selamat tanpa kekurangan suatu apapun, dia hanya kecil, iya dia sangat kecil, dia kekurangan makanan saat berada di rahim ibunya. Dia bejuang melawat maut, dia berjuang untuk memberikan setetes cahaya kehidupan kepada ibunya.

"terimakasih kamu lahir tanpa menyakiti ibu, kamu datang menawarkan harapan baru pada ibu, mari kita berjuang bersama untuk selalu bahagia nak". Safitri memeluknya bayinya dengan erat, sekarang dia punya satu alasan lagi kenapa dia harus hidup.

Nafi mengelus-elus kepala istrinya, mulutnya tak henti mengucapkan kata syukur, mereka berhasil melewati cobaan diawal pernikahan.

"loh, kenapa tangismu makin deras dek?", safitri semakin sesegukan saat nafi menyakan tentang tangisannya.

"aku rindu bapak bang, aku rindu sekali sama bapak dan ibu", safitri mencoba menahan tangisnya.

"ibu besok akan tiba di sini merawat cucunya dek, besok kamu akan bisa memeluk ibu sepuasmu". Nafi menghibur istrinya.