Chereads / DISANTET MANTAN / Chapter 22 - MATA SAFITRI BUTA

Chapter 22 - MATA SAFITRI BUTA

"abang, sudah malam ya? Kenapa gelap sekali? Kenapa adek tidak bisa melihat sama sekali? Apakah mata adek sudah buta? Abang adek takut, adek takut bang". Safitri menangis mencari-cari suara suaminya.

Nafi memeluk erat safitri dipelukannya, dia menggigit bibirnya mehanan perih dihatinya yang begitu menyayat. " ini masih pagi dek, adek masih ngantuk karena belum tidur dari kemarin, mata adek tidak buta, mau abang suapin jus dek?". Tuhan.. kenapa ini, kenapa istriku bilang dia tidak bisa melihat, apakah benar matanya, matanya buta ya Allah?, aku mohon ya rab.. jangan biarkan itu terjadi. Tuhan ku.. rabbi.. aku sudah tidak berdaya, aku sudah tidak kuat dengan cobaanmu ini ya tuhan.. hanya pada-Mu tempat aku berserah diri, hanya pada-Mu tempat aku berlindung, tolong tunjukilah kami jalan keluar dari ujian ini ya rab..

Nafi terus bermunajat kepada Allah sambill memeluk tubuh safitri, dia harus bisa menghibur istrinya, jangan sampai safitri merasa sendirian karena matanya lagi tidak bisa melihat apa-apa. "tidak, aku harus melakukan sesuatu, aku haru menelepon ibu santi minta tolong cek mata safitri", nafi melepaskan pelukannya, mengambil ponsel nya untuk menelepon ibu santi.

"abang, abang dimana? Jangan tinggalin adek sendirian adek tidak bisa melihat apa-apa, tolong jangan lepasin tangan abang dari kepala adek, tolong elus-elus kepala adek" safitri tidak mau ditinggalin sendirian dalam kegelapan.

"abang ada disini dek, disamping adek, abang tidak kemana-mana, abang selalu ada disamping adek", nafi lanjut mengelus-elus kepala safitri.

" assalamualaikum buk santi, ibu lagi sibuk sekali buk? Bisa datang kerumah kami sebentar untuk mengecek mata safitri?". nafi menelepon ibu santi yang lagi bertugas sebagai bidan pustu tanpa melepaskan tangannya dari kepala safitri.

"walaikumsalam, mata safitri kenapa?" ibu santi sepertinya penasaran dengan dengan mata safitri.

"katanya matanya tidak bisa lihat apa-apa buk, apakah ini bawaan hamil buk?", nafi juga masih penasaran apa yang terjadi dengan mata istrinya.

" saya juga tidak tau apa penyebabnya sebelum saya cek, nanti saya kesitu ya setelah pulang dari pustu, jam 12 siang saya datang".

Sebenarnya setiap ibu-ibu hamil itu harus datang ke possyandu desa setiap bulannya, bidan tidak dibolehkan mendatangi ibu hamil kerumahnya biar tidak terjadi kecemburuan sosial. Tapi, berbeda kasusnya dengan safitri,, selama hamil safitri tidak pernah ke pos syandu sekalipun, dan semua orang di desa sudah tau kalau safitri tidak bisa bangun sama sekali. Yang orang-orang kampung tau, safitri sakit karena bawaan hamil, Cuma kak umi dan kak lina yang tau kalau safitri sakit disantet atau kena sihir.

Hari ini nafi terlewatkan lagi sarapannya, sebenarnya selama safitri sakit, melewatkan sarapan sudah hal yang biasa sama nafi. Saat dia melirik jam di ponselnya sudah menunjukan jam 11:00 siang, dan tidak beranjak sedetik pun dari sisinya safitri, tangannya masih membelai kepalanya safitri dengan lembut.

"assalamualaikum" ternyata ibu santi satu jam lebih cepat datang daripada waktu yang dikasih tau sebelumnya.

"walaikumsalam", nafi sudah tau kalau itu adalah suara ibu santi.

Pintu depan tidak ditutup, nafi sudah berpesan pada kak umi saat mau pulang tadi, pintu depannya tidak usah ditutup biar dia tidak harus meningggalkan safitri sendirian saat tamu datang untuk membuka pintu. Ibu santi langsung masuk menuju kamar safitri, dia membuka peralatan medisnya untuk mengecek kondisi safitri, ibu santi menyenter dalam bola mata safitri beberapa kali untuk memastikan kondisi matanya.

"ini matanya baik-baik saja, tidak ada masalah, normal kondisi matanya ini". Ibu santi juga ikut bingung kenapa safitri bilang dia tidak bisa melihat. Nafi lega mendengar penjelasan ibu santi," berarti ini bisa jadi adalah efek dari sihir", Nafi berkata dalam hatinya sendiri, dia sekarang berubah jadi ketakutan yang besar kalau sihir terus menggerogoti badannya safitri.

"astaghfirullah, kenapa tangannya safitri seperti itu nafi? Maaf seperti ular". Ibu santi baru perhatian sama tanggannya safitri, ibu santi sangan terkejut.

" ini safitri bukan Cuma bawaan hamil ini nafi, dia harus dibawa berobat ke dukun, aneh ini, seharusnya dari kemarin-kemarin kita harus curiga sih karena dia banyak mengalami kejanggalan, saat hasil medisnya semua bagus, seharusnya langsung mencoba cari pengobatan-pengobatan alternatif selain rumah sakit". Ibu santi juga menyarankan agar safitri di bawa ke dukun.

"iya buk santi, saya sudah cariin orang untuk mengusir sihir yang jahat ini, nanti sore orangnya datang". Ibu santi lega mendengar perkataan nafi.

Setelah memeriksa mata safitri dan berbincang-bincang dengan nafi sebentar, ibu santi pun harus pamit karena sudah janji dengan pasien lain. Ibu santi tidak pernah berharap disambut baik atau berharap diantar sampai pintu depan saat hendak pulang dia sangat paham dengan kondisi pasutri ini, jadi saat datang kerumah ini sudah terbiasa seperti jailangkung, datang tak dijemput, pulang tak di antar.