"nafi, besok sore juga kamu harus bawa safitri ke sini, dia tidak akan sembuh dengan kamu diamin di rumah saja, dari awal saya sudah prediksi kalau kamu bukan orang yang tepat untuk safitri". Bibinya safitri menyalahkan nafi di telepon.
" siapa yang memberitahukan mak cek kamariah kalau safitri sedang sakit? Oh mungkin ibu yang memberi tahu, mungkin ibunya safitri meminta tolong mak cek kamariah untuk menjenguk safitri".
Nafi jadi tambah setress kalau bibinya safitri sudah ikut campur, dia sengaja menyembunyikan tentang keadaan safitri selama ini karena tau bibi safitri tidak suka padanya, dia sudah menduga kalau dia akan disalahkan dengan keadaan safitri yang sekarang.
"oh tuhan.. hamba butuh kekuatan yang lebih untuk menghadapi ujian ini, aku tidak ingin ada keributan disaat kondisi safitri seperti ini"
"maaf mak cek kemana saya harus membawa safitri?". Nafi masih merasa ambigu dengan perintah bibinya safitri. Apakah bibinya mau nafi membawa safitri ke rumahnya untuk dia rawat?
" ke sini ke rumah saya, nanti malam kita akan membawa dia ke rumah abu leman, banyak orang yang sudah sembuh ditangan abu leman".
" baik mak cek, saya akan segera bawa safitri ke sana"
Nafi lagi memikirkan bagaimana harus memboyong safitri ke sana, melihat kondisi safitri saat ini tidak mungkin dibawa dengan sepeda motor, biarpun ada yang memapahnya di belakang.
" kak umi bisa minta tolong untuk carikan becak kak? Besok saya harus membawa safitri ke panton labu ke rumah bibinya, karena besok malam dia akan dibawa berobat di kampung bibinya".
"ya bisa, saya akan ke rumah bang apon untuk carter becak dia". Kak umi hari ini tidak sempat mengurus safitri, dari semalam dia sudah bilang sama nafi hari ini dia tidak bisa dating, tapi dia sudah ingat nafi untuk meneleponnya apabila ada sesuatu yang mendesak.
"ahh" safitri mengerang saat tubuhnya di angkat ke dalam becak.
"sakit dek ya, sakit. Bertahan yad ek kita pergi berobat sekarang"
"Kak umi tolong bantal dan selimut yang tebal kak, kita tambahan bantal dan selimut biar badn safitri tidak kesakitan".
"saya tidak tahu kalau istri kamu sakitnya separah ini". Kata apon sambil mengedarai becak.
"ya bang, saya sendiri tidak menyangka kalau kehamilan istri saya bisa membuat dia jatuh sakit seperti ini"
Becak yang sudah dilingkari oleh kain Panjang untuk menutupi safitri berjalan dengan pelan, bang apon sangat hati-hati saat ada tanjakan atau jalan yang berlubang. Dia tidak igin penumpangnya mengerang kesakitan saat tubuhnya goyang.
" ya Allah safitri.. kenapa kamu bisa seperti ini nak.. mak cek tidak tahu kalau kamu separah ini". Bibinya safitri menangis saat melihat keponakannya terkapar tidak berdaya, dia kelihatan seperti manyat hidup yang sedang dipapah.
Dalam keadaan sangat sedih, bibi safitri menoleh ke nafi dengan wajah yang kurang suka. Dia tidak ingin safitri melihat rasa ketidak sukaannya pada suami safitri.
Nafi merasakan kalaubibi safitri tidak menyukainya, tapi dia mencoba untuk bersabar dan bertahan untuk kesembuhan istrinya.
" kasihan sekali ya safitri, harus sakit seperti ini demi mengandung buah hatinya, seharusnya masih senang-senang ya, masih suasana bulan madu. Tapi, kagum juga sama suaminya yang mau menemani istrinya saat-saat seperti ini". Salah satu tetangga mak cek kamariah berkomentar dengan semangat.
Nafi merasa perkataan ibu itu menolongnya dari rasa bersalah di mata bibinya safitri, dia tidak perlu menceritakan ke bibinya berapa banyak cara dan perjuangan yang telah dia lewati untuk kesembuhan safitri.
"itu kan memang sudah kewajibannya seoarang suami, apalagi istrinya itu sedang mengandung". Jawab bibi safitri ketus.
"semoga kamu cepat sembuh safitri, mak cek tidak sanggup melihat kamu seperti ini nak". Mak cek kamariah mengelus kepala safitri sambil menangis.
"malam ini kita harus membawa lebih cepat ke abu leman, saya ingin sfitri yang diobatin duluan".
Bang apon tidak diijinkan pulang sama nafi, dia masih membutuhkan becak bang apon untuk membawa safitri ke abu leman. Bibi safitri hanya memili sepeda motor juga sama dengan nafi.
"ahhh hiks hiks". Safitri menangis kesakitan saat tubuhnya dibopong Kembali ke dalam becak.
Bibinya safitri ikut menangis melihat ponakannya kesakitan. Sedangkan nafi, dia menyembunyikan rasa sakit di dadanya yang begitu menusuk.
"rumah abu leman tidak jauh dari sini, sabar ya safitri, kita hanya butuh waktu tiga menit untuk sampai di sana". Bibinya terus mengelus kepala safitri. Kali ini nafi duduk dibelakang bang apon, karena di dalam becak safitri sudah ditemani oleh bibinya.
"ahhh" safitri menangis lagi saat diturunkan dari becak. Kalau bukan karena permintaan makcek kamariah, nafi tidak akan membawa safitri kemari, dia akan mencari orang yang mau datang ke umah untuk mengobati.
Abu leman ini tidak mau di panggil ke rumah pasien, katanya kasihan pasiennya yang banyak datang ke rumah. Selain itu rumah nafi juga lumayan jauh dari sini, butuh waktu empat puluh menit untuk menempuh perjalanan.
Abu leman datang dari arah dapur di belakang menghampiri safitri untuk melihat kondisinya. Dia kaget melihat kondisi tubuh safitri. Safitri yang sedang terbaring kaku di tas tikar, sesekali berusaha membuka matanya melihat ke arah abu leman. Seperti ada sesuatu yang ingin dia sampaikan, tetapi tidak ada yang mengerti makna lirikan mata safitri.
"sudah berapa lama sakitnya seperti ini?". Abu leman berusaha memperlihatkan dirinya yang tenang, dia menggeleng-gelengkan kepalanya mengisyaratkan ikut prihatin.
Setelah abu leman mengoreksi tentang penyakit safitri sama nafi, dia membuka lemari kecil yang terletak di ruang tamu, dia mengeluarkan sebutir telur yang sudah ditaruk dalam mangkok putih yang transparan.
"tolong pindah di bagian kepalanya, saya mengobati pasien itu area kepala, sihir lebih mudah ditarik lewat kepala.
Mak cek kamariah akhirnya menjauh dari kepala safitri, nafi juga terpaksa harus menjauh. Abang apon ikut masuk ke dalam rumah abu leman, dia juga penasaran ingin melihat bagaimana caranya abu leman mengobati pasiennya.
Abu leman menggosok-gosok telur ayam itu di kepala safitri, telur itu di gosok ke seluruh bagian kepalanya safitri. Sesekali safitri menggeliat tidak ingin diobati.
"tolong bawakan piring kemari satu", abu leman menyuruh memerintahkan pada istrinya, istri abu leman ikut terpaku melihat kondisi safitri.
"ini lihatlah banyak jarum yang terdapat dalam telur, jarum ini dimasukkan kedalam tenggerokannya istri kamu oleh yang santet". Abu leman menjelaskan ke nafi tentang asal-usul jarum dari telur itu.
Nafi tidak ingin percaya, tapi dia melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa jarum itu memang ada dalam telur. Nafi tidak mengatakan sepatah kata pun dia hanya duduk diam memperhatikan abu leman melanjutkan pengobatan istrinya. Mak cek kamariah ikut terpana melihat jarum yang terdapat dalam telur.
Tengku leman Kembali merajah, membaca mantra sambil memegang kepala safitri, sesekali dia memijitkan kepala safitri dengan kedua tangannya, safitri hanya menggeliat saat kepalanya di sentuh, dia bahkan tidak sanggup memalingkan kepalanya. Pasien lain mulai berdatangan satu persatu, mereka langsung masuk dan duduk menyaksikan pengobatan yang sedang dilakukan.
" mana suaminya, kemari mendekat, ini saya keluarkan dari kepala istri kamu". Abu leman menyerahkan beberapa paku ke dalam tangan nafi.
Nafi berfikir keras tentang yang sedang disaksikannya saat ini, ini benar-benar diluar logika. Hanya dua kata yang terlintas dikepalanya, kalau bukan sihir maka sulap yang sedang ditonton saat ini. Bagaimana bisa pake itu diambil dari dalam kepalanya safitri tapi, kepala safitri tidak berdarah sedikitpun.
Nafi bukan senang atau takut, dia justru meragukan kalau istrinya akan sembuh di abu leman ini. Apakah dia akan membawa pulang safitri malam ini juga atau membiarkan pengobatannya dilanjut malam besok lagi.
Setelah pengobatan safitri selesai, nafi tidak langsung pulang, safitri masih terbaring di atas tikar. Dia ikut menyaksikan abu leman mengobati pasien yang lain. Ternyata, tehnik yang digunakan adalah sama. Semua pasien yang terkena santet, atau ada mahkluk halus dalm tubuhnya, maka aka nada jarum dalam telur saat diobati. Jumlah jarum yang terdapat dalam telur itu beda-beda, demikian juga dengan jumlah paku yang diambil dalam kepala pasien, itu katanya tergantung seberah parah sakitnya.
Nafi tidak yakin dengan cara pengobatan abu leman, dia seperti sedang menonton sebuah pertunjukan sulap, bagaimana mungkin paku dikeluarkan dalam kepala, tapi kepala pasiennya tidak ada yang berdarah atau merasa sakit saat pakunya ditarik.
"mak cek, saya akan membawa pulang safitri kembali ke kampung kami. Saya akan mencarikan tabib yang bisa datang ke rumah nanti"
"mana bisa cukup dengan satu malam aja pengobatannya nafi, paling tidak ya lihatlah dulu setelah tiga malam". Mak cek kamariah tidak setuju kalau nafi tidak melanjutkan pengobatan safitri di tempat abu leman ini.
"saya akan cari cara lain, saya akan cari orang lain di sana".
"kamu jangan setengah-setengah lah mengobati safitri, bagaimana kalau sudah lama-lama nanti penyakitnya sudah tidak bisa disembuhkan"
"saya suaminya, saya bertanggung jawab penuh untuk kesembuhan istri saya mak cek. Mohon maaf, safitri tetap saya bawa pulang malam ini, terimakasih banyak sudah mau membantu mak cek". Nafi menjawab dengan tegas.
Mak cek kamariah tidak berkata apa-apa lagi, dia kesal dengan keputusan nafi. Tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa karena nafi memang lebih berhak untuk kesembuhan safitri. Dia hanya berdiri di depan rumah abu leman menyaksikan nafi menggendong istrinya untuk dimasukin Kembali ke dalam becak menuju jalan pulang