Chereads / DISANTET MANTAN / Chapter 15 - PENCARIAN TABIB

Chapter 15 - PENCARIAN TABIB

Sore itu nafi mencari tau tentang alamat tengku yang tinggal di kampung simpang keramat, setelah bertanya kebeberapa bapak-bapak yang duduk diwarung kopi diujung kampung dekat sungai, akhinya dia mendapatkan alamat tengku yang ingin dia datangi.

Tenyata kampung simpang keramat itu, selang lima kampung dari dari kampung tempat nafi tinggal, tidak terlalu jauh. nafi meminta kak umi untuk menjaga istrinya yang terbaring dirumah. dengan mengenderai motor maticnya, dia pergi seorang diri menuju ke kampung simpang keramat itu, dia tidak peduli dengan baju kemejanya yang sudah kusut, baju kemeja warna biru dongker yang selalu dia pakai selama istrinya sakit, berganti dengan baju kaos Cuma saat baju kemeja itu dicuci, dan celana jean hitam dia kenakan untuk pasangan sikemeja biru dongker, saat lagi dirumah saja celana itu berganti dengan sarung, selama istrinya sakit dia juga hanya menggunakan dua sarung saja, ketika yang satunya lagi dicuci maka dia menggunakan yang satunya lagi.

kehidupannya berubah setelah istrinya hamil, tidak ada lagi canda tawa dipagi hari, tidak ada lagi pertanyaan mau dimasakin apa dari seorang istri, tidak ada lagi yang bilang bajunya yang sudah diseterika diletakkan dilemai pintu sebelah kanan lapisan kedua. Sekarang dia harus mengurus dirinya sendiri dan juga istrinya yang terbujur lemah ditempat tidur. nafi terus melaju dengan sepeda motornya, kampung perkampung dia lewati untuk menuju ke kampung simpang keramat, sandal kulit yang berwarna coklat melekat erat dikakinya, matahari yang masih panas tidak terasa dikulitnya.

"assalamualaikum tengku, saya mau bertanya apakah tengku kenal dengan tengku hasan? Dimana rumah tengku hasan?". nafi berhenti di salah satu warung kopi yang ada di kampung simpang keramat.

"walaikum salam, ya, saya kenal dengan tengku hasan, rumahnya tidak jauh lagi dari sini, jalan lurus saja sampai ketemu simpang tiga, terus kamu masuk simpang yang sebelah kanan, rumah ketiga sebelah kiri dari simpang itu, rumahnya bercatkan warna kuning" tengku tesebut menjelaskan secara detail kepada naïf.

"terimakasih tengku" ucap naïf.

"sama-sama" tengku tersebut menjawab.

Bebarapa menit kemudian tibalah nafi di depan rumah yang dimaksud, didepan rumah ada tiga anak kecil laki-laki yang berusia sekitar sepuluh tahun sedang asik dengan ikan didalam baskom yang ditaruk diatas teras depan rumah tengku hasan.

"assalamualaikum nak, apakah tengku hasannya ada?" tanya nafi kepada anak-anak tersebut.

"walaikum salam, maaf bang kami tidak kenal dengan tengku hasan" sahut salah satu dari anak tersebut.

"apakah bukan ini rumah tengku hasan, tapi rumah yang saya tuju sudah sesuai dengan arahan dari tengku yang diwarung kopi tadi". bisik nafi dalam hatinya.

" jadi ini rumah siapa?". nafi kembali bertanya kepada anak-anak tersebut.

" ini rumahnya abusyik". Abusyik itu panggilan untuk seorang kakek.

Tiba-tiba ada yang membuka pintu dari dalam rumah, Nampak seorang perempuan paruh baya mengenakan daster warna hijau dengan motif bunga matahari.

" cari siapa bang? Ada yang bisa dibantu?." Tanya perempuan paruh baya tersebut

"maaf apakah ini benar rumahnya tengku hasan?, Saya perlu dengan tengku hasan ". naïf sangat berharap kalau rumah yang dia pijak sekarang adalah benar rumahnya tengku hasan.

" iya benar, tapi tengku hasannya masih di kebun, belum pulang, masuk saja dulu, silahkan duduk saja dulu, sebentar lagi dia akan pulang". Perempuan paruh baya itu menyuruh nafi untuk menunggu di dalam rumah saja.

"tidak apa-apa buk, saya menunggu di teras saja sambil melihat anak-anak ini bermain dengan ikan." nafi memilih menunggu tengku hasan diteras depan rumahnya saja.

Tidak lama beberapa menit kemudian, seorang bapak-bapak paruh baya, kalau dilihat dari perawakannya usianya sudah diangka 60 tahun, mengendarai sepeda motor yang biasanya dipakai oleh orang-orang di kampung untuk ke kebun atau bahkan kegunung untuk mencari rumput makanan kambing atau lembu, motor ini dirancang khusus untuk laki-laki, di badan motor itu betuliskan RX-KING. Motor RX KING itu melaju memasuki halaman rumah tengku hasan yang tanpa pintu pagar, rumah tengku hasan sama seperti kebanyakan rumah yang ada di kampung, pagar yang terbuat dari kayu dan di sekitar pagar ditanami bunga-bunga yang memperindah pagar kayu tersebut, Cuma pagar rumah tengku hasan ini tidak memiliki pintu pagar, anak-anak tetangga bebas keluar masuk untuk bermain di halaman rumah atau di teras depan rumahnya.

Laki-laki paruh baya itu memarkirkan motornya di bawah pohon jambu yang sedang berbunga di samping rumah, selain pohon jambu di halaman rumah tengku hasan juga ada pohon mangga, halaman rumah di kampung rata-rata sangat luas, halaman depan bisa ada sepuluh meter atau bahkan lebih, dan kebanyakan halaman rumahnya bagian samping lebih luas lagi, kebanyakan halaman rumah dibagian samping bisa dibangun satu rumah lagi yang tipe 36 atau 45, para orang tua dikampung biasanya mempersiapkan lahan yang masih satu pekarangan untuk anaknya yang mau menetap di kampung setelah menikah.

Setelah memarkirkan motornya, bapak paruh baya itu melemparkan senyumnya ke arah nafi, dia memakai baju kemeja lengan panjang warna coklat dengan motif kotak-kotak, sarung warna hitam sebagai bawahannya, dan kepalanya ditutupi oleh peci berwana putih.

"assalamualikum, sudah lama tiba?." Laki-laki paruh baya itu menyapa nafi

"walaikumsalam, belum begitu lama tengku, baru beberapa menit yang lalu, mungkin sekitar sepuluh menit" ujar nafi

" kenapa menunggu di luar? Apakah istri saya tidak ada dirumah" laki-laki paruh baya itu bertanya ke nafi

"oh berarti ini tengku hasan" bisik nafi dalam hati

Nafi belum sempat mejawab, istrinya tengku hasan muncul dari dalam rumah menuju teras menyambut kedatangan suaminya pulang.

"sudah pulang tengku, ini ada tamu yang ingin bertemu dengan tengku." Ujar istri tengku hasan kepada tengku hasan.

"darimana? Ada keperluan apa? Apa yang bisa saya bantu?." Tengku hasan bertanya kepada nafi

" begini tengku, istri saya sedang hamil, alhamdulillah kandungannya sudah lima bulan, tapi kondisinya sangat memprihatinkan tengku, dia terkapar lemah ditempat tidur, duduk saja tidak sanggup, dia benar-benar tidak berdaya tengku, sedikitpun makanan tidak bisa melewati tenggorokannya, selama ini dia hidup bergantung kepada air infus." Tiap kali nafi menceritakan kondisi istrinya, matanya berkaca-kaca menahan perih di dada.

Raut wajah tengku hasan ikut sedih dan prihatin mendengar ceitanya nafi, hati suami mana yang tidak sedih jika mengalami hal yang sama dengan nafi.

"apakah dia sudah dicoba bawa ke rumah sakit?." Tanya tengku hasan pada nafi

"sudah tengku, saya sudah membawanya ke semua dokter kandungan yang ada di kota dan di kecamatan kita, semua dokter kandungan yang pernah kami kunjungi mengatakan kalau hasil medis istri saya baik-baik saja, tidak ada penyakit secara medis". nafi menjelaskan sambil menarik nafas yang dalam dan gelengan kepala yang menyiratkan penasaran dan prihatin dengan kondisi istrinya saat ini.

"baiklah, nanti setelah shalat ashar saya akan kerumah kamu untuk melihat kondisi istrimu." Kata tengku hasan pada nafi.

Terlihat secercah harapan diwajahnya nafi, dia tersenyum sambil mengucapkan kata terimakasih yang berulang kali pada tengku hasan.

"kalau begitu saya pamit dulu tengku, saya tidak bisa lama-lama meninggalkan istri saya dirumah" . nafi mohon pamit pada tengku hasan.

Nafi pulang dengan menggenggam secercah harapan, dia sangat berharap dengan kedatangan tengku hasan kerumahnya nanti, bisa membawa keajaiban untuk istrinya. Dia berharap setelah diobati oleh tengku hasan istrinya bisa makan dan bangkit dari kasurnya untuk tersenyum seperti dulu lagi. Di jalan pulang tak henti-hentinya nafi menyebut kalam Allah, berdoa untuk kesembuhan istrinya. Bahkan nafi sampai bernazar akan kenduri satu ekor lembu untuk anak yatim jika istri sembuh nanti.

Setibanya dirumah, nafi langsung menuju kekamar untuk mengecek kondisi istrinya. " Alhamduillah". nafi mengucapkan kata syukur saat melihat istrinya sedang tertidur. Setelah memastikan istrinya baik-baik saja, nafi kekamar mandi mengambil air wudhu untuk shalat ashar, dia sudah tidak sabar menunggu kedatangan tengku hasan.